Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 364 Daniella , ini daddy mu

Setelah Dean masuk keruang ganti pakaian, Lucy pun memasang wajah tidak senang, dengan tatapan yang meminta penjelasan menatap Janice:“Ini adalah maksud mu?”

Janice mengedipkan matanya , belum berkata apa-apa, Tuan Huo yang sangat melindungi istrinya berdiri keluar, “ Aku lah yang mengundang Tuan Shao datang, hal ini saya kurang mempertimbangkannya, maafkan aku.”

Lucy mengarahkan mata menatapnya, tanpa perasaan ia langsung mengekspos,“Aku pikir hubungan Tuan Huo dan Tuan Shao belum dalam sampai langkah itu.”

Setelah selesai berbicara dia kembali menatap Janice dengan dalam, saat ini sudah tidak mempunyai mood lagi, ia kembali menutupi bagian dada dengan telapak tangannya,“Ukuran baju sudah pas, modelnya terlalu berlebihan, jika kamu tidak mencarikan yang sesuai, pada hari resepsi aku akan pergi dengan memakai pakaian kerja aku .

Setelah selesai ia memutarkan badan kembali ke ruang ganti pakaian untuk mengganti baju, kebetulan Dean belum keluar, ia berpamitan kemudian langsung meninggalkan tempat itu.

Dia Kembali ke kantor untuk lembur sebentar, ketika hampir jam 9 dia menerima telepon dari bibi, saat itu barulah dia bangkit untuk pulang.

Ketika merapikan barang tiba-tiba dia teringat tas nya ketinggal di toko baju pengantin, menelepon ke Janice, disana dengan penuh keraguan mengatakan tidak melihatnya, jadi ketika perjalanan pulang ia memutar khusus untuk singgah ke toko itu, tanpa sengaja ia menemukan bahwa toko sudah istirahat.

Dengan pasrah ia menelepon kembali ke bibi, “Aku tidak bawa kunci, kira-kira 10 menit lagi sampai di rumah.”

Setelah sekitar 10 menit naik ke atas, ketika baru saja keluar dari lift dengan cahaya yang tidak begitu terang seperti ada bayangan seseorang di sudut tangga, pikirannya mulai siaga.

Tanpa sadar ia menjulurkan tangan meraba tas itu, setelah itu dia hanya bisa memperlambat langkah kakinya, badan menempel ke dinding, ia sambil mengambil asbak rokok publik disampingya.

Dengan diam-diam menelan ludah, lalu mengangkat asbak rokok itu sampai ke atas kepala, langkah kaki nya pelan-pelan mendekat untuk lebih jelas.

Tiba-tiba, lampu koridor menyala, kegelapan dalam ruangan itu pun hilang, seorang pria yang duduk di sudut dengan penampilan yang sedikit kacau pun hadir di depannya, disamping kakinya terdapat beberapa puntung rokok, setelah pikirannya mulai tenang barulah ia bisa mencium aroma rokok di badan nya.

“Dean, Dean Shao .”

Lucy meletakkan kembali asbak rokok nya , pada saat ini Dean sudah bangkit, dengan tenang menatap Lucy, matanya berusaha menutupi perasaan yang dalam.

Langkah Dean sekali mendekat, Lucy tanpa sadar mengerutkan sedikit alisnya,“Kamu minum arak?”

Dia tidak menyangkal, badannya bersandar pada dinding, seluruh badannya kelihatan sedikit lelah, “Malam ada pesta arak, baru selesai,”

“Baru selesai?” Lucy menatap puntung rokok yang ada di atas lantai, terhadap masala ini dia juga tidak mempunyai mood untuk bertanya, hanya melihatnya, dan bertanya:” Apakah Janice yang memberi tahu mu aku pindah kesini?”

Dean tetap tidak menyangkal, dengan perlahan ia minggir, mengambil tas yang tergantu di pintu tangga gawat darurat yang ada di belakangnya, lalu memberikannya ke Lucy , “ Kamu menjatuhkan ini di toko gaun pengantin.”

Lucy terdiam, menjulurkan tangan dan menerimanya, dengan sedikit canggung ia berkata , “ Terima kasih.”

Saat itu bibi yang membukakan pintu menjulurkan leher nya yang panjang untuk melihat keluar sebentar, setelah memastikan mendengar suara Lucy, bibi bertanya ke arah datang nya suara:” Nona Lu , kamu sudah pulang?”

Lucy mendengar dan menoleh untuk melihat, dan menjawah: “ Aku.”

Setelah itu ia kembali memutarkan kepalanya melihat Dean.

Perasaan dia sedikit rumit, berselang 1 tahun ia belum berencana untuk bertemu dengan Dean, ia mengambil tasnya dan bergumam sejenak, akhirnya tetap saja ia sedikit memejamkan sedikit matanya, dengan tenang hampir mendekati dingin berkata:“Aku duluan masuk.”

“Ya.”Tenggorokan Dean sedikit serak, dia menjawab nya secara langsung, tanpa ada rasa bimbang.

Lucy mengangguk, memutar badan untuk meninggalkan tempat itu sembari menatap puntung rokok di atas lantai, alisnya mengerut,“Kurangi merokok.”

Setelah selesai berbicara ia mendorong sedikit ruang di tangga, setelah berbelok ia pu masuk ke dalam rumah, ia memperkeras suara menutup pintu.

Di ruang tamu yang sangat besar, ayah Lu dengan pandangan yang membosankan duduk di atas sofa menonton TV, Ibu Lu dan bibi mengelilingi 2 anak-anak.

Sepasang tangan Danson memegang sisi sofa dan menaikkan pantat nya setinggi tingginya, Daniella duduk diatas selimut berbahan flanel di atas lantai sambil bermain, mendengar suara buka pintu ia langsung mengedipkan matanya, mengangkat kepala dan melihat Lucy yang baru masuk, dengan suarayang manja ia memanggil : “Mommy--”

Lucy bersandar di pintu besar, matanya ynag awalnya dipenuhi dengan perasaan murung langsung hilang oleh kata“Mommy”yang belum begitu lancar, dia mengganti sepatu di depan pintu, melangkah 2 3 langkah kedepan memeluk Danielle.

Ibu Lu melihatnya dan cemburu, dan bergumam“Kenapa bisa memanggil 1 kata Mommy ? 1 kata “nenek” sudah diajari ratusan kali tetap tidak bisa.”

Setelah selesai berbicara terdengar suara “phiang” dari belakang, memutar kepala melihat Danson duduk di lantai, sedikit pusing memegang belakang kepalanya, anak kecil masih belum terjadi apa-apa, nenek begitu melihatnya langsung terkejut, dengan segera ia pergi dan menggendong anak kecil itu,“Tidak terluka kan?”

Lucy tidak bisa menahan tawa nya, “ Bu, kamu terlalu memanjakannya.”

Setelah itu ia menggendongkan Danson duduk diatas sofa, sekeluarga duduk berbaris menonton TV, bibi pun ikut santai, ia membalikkan badan ke dapur mengambil satu kantong sampao pergi ke arah pintu.

Ia membuka pintu dan keluar, tidak lama dari luar pintu terdengar suara teriakan yang tajam, suara itu mengejutkan 1 keluarga, Lucy mengerutkan, ia melepaskan gendongan anaknya untuk memeriksa keadaan, sudah melihat dan membuka pintu, bibi dengan sangat panik bersembunyi , menggunakan jarinya menunjuk ke arah luar rumah.

Dengan suara panik,“Tu, Tuan——”

Lucy mengikutinya, mendorong pintu, melihat Dean berdiri di samping pintu, setengah badannya ditutupi bayangan, juga tidak melihat jelas ekspresi yang sebenarnya.

Tenggorokannya bergetar, dalam sekejap hati Lucy luluh, ia pun minggir, membiarkannya lewat.

Dia kira-kira bisa menebak apa yang dipikirkan Dean, saat membiarkan ia masuk Lucy dengan suara dingin mengingatkannya,“Melihat anak boleh, untuk selanjutnya tidak boleh muncul disini lagi.”

“Ya. ”Jawaban dia sangat cepat terdengar sampai telinga, tatpan yang ditutupi bayangan sepenuhnya jatuh ke tubuh Lucy.

Langkah kaki itu berjalan kemari, penglihatannya untuk sekejap sedikit tidak bisa beradaptasi dengan terangnya ruangan, Ibu melihat orang yang datang, pandangannya mendalam, dengan ekspresi yang begitu rumit menatap ke arah Lucy.

“Bu, Kamu bawah ayah istirahat dikamar ya.”

Lucy seperti tidak menyadarinya, dengan suara yang berat ia membuka mulut, sembari menunggu pintu kamar tertutup dan memberi kode arah sofa dan berkata,“Duduklah”

Lucy sendiri pergi ke dapur menuangkan secangkir air hangat, pada saat keluar Danson sudah memeluk celana Dean dengan kaki dan tangannya, ingin memanjat ke atas tubuhnya, mata pria itu terdapat pandangan yang sedikit lemah dan terkejut, badannya kaku dan sama sekali tidak bergerak, seperti sebuah patung, hanya sebuah tatapan yang menuju ke anak-anak itu.

“Kenapa kamu tidak memeluknya?”Lucy meletakkan air itu di depannya, kemudian menggendong Daniella yangs sedang bermain kesisinya, “Danson pelan-pelan sudah bisa berjalan, jadi lebih aktif, namun mungkin bakat berbicara nya tidak begitu baik, eblum bisa memanggil orang, Daniella bertolak belakang dengannya, biasanya lebih diam , tetapi sangat pintar, sudah bisa berbicara.”

Suara nya baru berhenti, sepertinya Daniella mengerti, ,tersipu malu dalam pelukan Lucy, lalu melihat ke sisi Dean, mata nya berkedip, dengan suara yang manja menjerit “ Mommy”.

Wajah Lucy menghitam, “Daniella , ini Daddy mu.”

Kata itu memang keluar dari mulut, namun setelah diucapkan ia merasa menyesal, suasana untuk sejenak penuh dengan aura canggung, Lucy menurunkan ujung alisnya, dari awal sampai akhir sama sekali tidak mengangkat kepalanya untuk melihat.

Dean tidak sanggup mendeskripsikan perasaan itu, tekanan ini tidak pernah dirasakannya sebelumnya, matanya gemetar, akhirnya ia bangkit, “ Aku pergi dulu, kamu istirahat dengan baik.”

Setelah itu dia langsung pergi.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu