Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 441 Shio Kucing

Kalau Miyagi Gong tahu Lucy Lu sangat bisa bicara begini, dia tidak akan mencarinya segera setelah pulang kerja.

Melihat dia membubuhkan tanda puas terhadap laporan tersebut, wanita yang telah terbiasa dengan pekerjaan di luar negeri itu akhirnya tidak dapat menahan diri untuk interupsi angkat tangan, dengan tangan satunya menyentuh jam tangannya, “Direktur Lu, jam pulang kerja sudah lewat 40 menit, aku rasa masalah didalam pekerjaan bisa kita bicarakan lagi besok.”

Selesai bicara, kakinya yang jenjang melangkah hendak pergi.

Lucy Lu muram, kebetulan ponselnya menyala, dia melirik melihat nama yang terpampang, sekaligus membereskan barangnya, “Kau begitu tergesa-gesa, ada janji kencan dengan lelaki mana lagi?”

“Kencan?” bibir merah Miyagi Gong mengerucut, sorot matanya tampak tidak senang, “Hal sia-sia yang buang waktu seperti ini, hanya cocok untuk wanita yang tidak tahu apa-apa sepertimu.”

Dia berkata demikian sambil menaruh jubahnya di pundak, menoleh dan mengangkat alisnya terhadap Lucy Lu. pose yang tampak malas dna menggoda itu membuat Lucy Lu, sebagai wanita, menjadi kaku.

“Aku pergi ya!” Miyagi Gong berjalan menuju pintu, membuka pintu sambil menyapa Lucy Lu, saat keluar dia tidak memperhatikan Bobby Song yang ada di luar, saat menoleh dia terkejut, bulu kuduknya berdiri.

Bobby Song memegangi kepalanya, tubuhnya bergerak memberi jalan. Melihat orangnya telah jauh, dia baru membuka pintu menaruh folder di atas meja Lucy Lu sambil mengangkat alisnya curiga.

“Direktur, menurut anda apakah Direktur Gong ini shio kucing?”

“Bagaimana bisa begitu?” Malam ini Lucy Lu tidak berencana untuk lembur. Saat sedang memakai baju didekat lemari baju, mendengar kata-kata ini menarik perhatiannya.

Bobby Song menggelenfkan kepalanya berkata, “Mirip.”

——

Mobil Dean Shao sudah berhenti di pinggir jalan untuk beberapa saat, memandang keluar jendela mobil untuk waktu yang cukup lama, akhirnya sosok yang ia tunggu keluar juga, disambut oleh angin dingin.

Lucy Lu naik mobil, menikmati angin yang dingin lalu menyilangkan tangannya.

Dean Shao melirik, tiba-tiba melihatnya memakai cincin yang berkilauan, sedikit banyak curiga, “Sekarang kau tidak mencari alasan untuk menyembunyikannya didalam tas?”

Dia mengulurkan tangan, telapak tangannya menggenggam tangan yang putih itu, melihatnya dengan seksama karena tidak terlalu terlihat jelas.

Lucy Lu juga mengikuti arah matanya, setelah suasana menjadi hening beberapa saat, dia menarik kembali tangannya, mengembalikan pandangannya berkata, “Aku bilang pada mama, hari ini aku pergi dinas.”

“Hm?” Lelaki itu masih belum mngerti apa maksud wanita itu, menunggu dia mengikat sabuk pengamannya dulu lalu seketika ia mengerti, “Lalu, ke tempatku?”

Lucy Lu tidak melihatnya, dengan datar berkata, “Iya.” Lalu dengan nada suara yang datar, “Kita ke super market dahulu, beli sayur lalu kita masak dan makan di rumah.”

Dean Shao tidak menjawab, ia malah menginjak gas dan pergi.

Setelah dari super market, sang lelaki membawa plastik belanjaan dan masuk ke dapur. Lucy Lu mengikuti dari belakang, mengambil seikat jamur enoki, saat mencucinya di sebelah wastafel tiba-tiba Dean Shao memeluknya saat ia berbalik.

Seketika jamur enoki itu berserakan di lantai, Dean Shao segera memeluk pinggangnya, memaksanya untuk berdiri tegap.

“Keluarlah, urusan dapur serakan padaku.” Suaranya begitu lembut, membawanya menuju keluar pintu.

Lucy Lu memisahkan dapur dengan pintu kaca, melihat lelaki itu memungut jamur enoki yang berserakan di lantai, tiba-tiba ia tertawa. Dia tiba-tiba teringat percakapannya dengan Rainie Song pagi ini.

Akhirnya ia diam-diam membuka pintu dan membuat sedikit celah, lalu mengintip sosok lelaki yang ada didekat wastafel, tubuhnya tegap dan gagah tampak memberi rasa aman.

“Hari ini Rainie Song datang.” Lucy Lu bersandar pada pintu, sambil mengusap cincin di jari manis.

Dean Shao mendengar itu dia merasa itu bukan sebuah kebetulan. Dia memasukkan ikan yang tadi di beli ke dalam baskom, tapi tidak disangka air itu tersiram ke badannya.

Dia berbalik melihat celemek yang tergantung di dinding, belum sempat ia bicara, wanita yang di samping pintu mengerti maksudnya lalu memakaikan celemek itu.

Saat Dean Shao dipakaikan celemek, ia mengecup keningnya dan berkata: “Dia juga mencariku.”

“Mencarimu?” Lucy Lu tiba-tiba menjadi kaku, menengadah dan melihat Dean Shao, “Mencarimu untuk apa?”

“Membicarakan bisnis.” Setelah mengikatkan celemek, Dean Shao berbalik membereskan area yang kotor dan membersihkan ikan, suaranya begtu ringan dan menenangkan.

Lucy Lu mendengarkan dengan penasaran, dari rak sayur di sebelah ia mengambil sebuah tomat, lalu mencium baunya. Dean Shao merasakan sesuatu lalu berbalik dan membersihkannya, barulah diberikan padanya: “Lambungmu tidak bagus, kurangi makan tomat.”

Lucy Lu tertawa, membuka mulut dan menggigitnya. Baru ia menggigit sebentar dan menelannya, ekspresi wajahnya berubah, lalu ia memuntahkan semuanya ke dalam tempat sampah.

“Kenapa?” tanya Dean Shao sambil melihatnya, wajahnya berubah menjadi perhatian, perhatian sangat tulus dari hati.

Lucy Lu meringis kesakitan berkata, “Amis sekali!”

Mulutnya hanya terasa amis, tapi hatinya hanya merasakan manis.

Dean Shao yang melihat itu mendongak dan mencium bau di tangannya.

Lucy Lu mengangkat lehernya, memberikan tomat kepadanya, “Kalau tidak percaya makanlah.”

“Jangan sembarangan.” Dean Shao membuang muka menghindari pandangannya, berpura-pura sedang membersihkan insang ikan.

Tidak disangkanya wanita itu tidak menghiraukan itu, ia masih memaksanya makan tomat itu, “ Kalau kau tidak makan, aku jadi punya alasan bahwa kau sengaja.”

Yang satu berisik, yang satu menghindar, ikan di tangan Dean Shao jatuh karena licin. Ia balik badan lalu tomat itu ditepukkan ke wajahnya, dan sebelum sempat melakukan yang lain, Lucy Lu pun terpeleset karena menginjak ikan. Kakinya licin, seketika sandal dan ikan itu terpental terbang.

Saat menunggu reaksi, mereka berpelukan dan saling bertatapan, lalu keduanya tertawa.

Wajah Lucy Lu memerah, dia belum pernah melihat Dean Shao yang begitu ceroboh. Wajahnya dipenuhi sari tomat, seperti anak kecil tetangga yang bandel diam-diam curi makan.

Dia menggulung lengan bajunya, membersihkan wajahnya, kemeja yang putih telah berwarna kemerahan karena tomat.

Dean Shao selesai tertawa, wajahnya kembali diam, “Lucy Lu, malam makan apa?”

Tomat sudah dirusaknya, ikan pun sudah tidak terselamatkan.

Lucy Lu menepuk pantatnya dan berdiri, melihat ke kakinya dan memungut ikan yang tidak sengaja diinjak. Dia melihat ekor ikan itu lalu tertawa, “Bukannya masih bisa dicuci lagi lalu dimasak?”

Akhirnya, masakan Ikan kuah merah menjadi sup ikan biasa.

30 menit setelah itu, Lucy Lu melihat kuah didalam panci yang meletup panas, juga potongan daging ikan yang timbul tenggelam, ia puas melihatnya.

“Sudah ku bilang kan bisa dimakan.”

Dia tertawa, menoleh melihat lelaki yang sibuk berdiri didepan kompor. Ia tahu dari mana rasa puas ini.

Dean Shao mendorongnya keluar dari dapur dan segera berdiri di pintu, kemudian teringat percakapannya dengan Rainie Song siang tadi, “Dean Shao dan Zayn Shang berbeda, dia bukan orang yang sangat mencari keuntungan. Tidak mungkin hanya demi sebuah tujuan, ia akan melakukan hal melanggar hukum. Sia-sia, di hati Dean Shao, uang dan jabatan bukan yang paling penting.”

Saat Rainie Song balik bertanya apakah dia bisa melepaskan Dean Shao, Lucy Lu bertanya dengan tegas sekaligus memperingatkan, “Tapi Zayn Shang tidak pantas untuk itu.”

Novel Terkait

That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu