Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 376 Urusanmu Adalah Urusanku Juga

Saat Lucy Lu akan terjatuh, Dean Shao dengan sigap mengulurkan tangannya, dan membantu Lucy kembali berdiri. Dengan dingin ia berkata, "Jas CEO Xun ini sangat mahal, jika sampai kotor, gajimu selama setahun pun tidak akan cukup untuk membayarnya."

Lucy menarik tangannya, ketika ia sadar apa yang terjadi, ia hanya bisa menjawab dengan nada menyesal, "Maaf, aku tidak sengaja melakukannya."

Saat itu, Anderson Xun yang baru usai menenggak winenya merespon dan menengahi, "Tidak apa, jika wanita cantik yang menumpahkan winenya, aku menerimanya dengan senang hati."

Mendengar perkataan itu, pandangan mata Dean Shao menjadi suram, namun ia dengan cepat menenangkan diri dan dengan sedikit marah membentak, "Belum juga segera pergi!"

Lucy menggigit bibirnya, meletakkan gelas winenya, dan bergegas pergi.

Setelah wanita itu lenyap dari pandangan dan pintu ruangan telah ditutup, Anderson Xun angkat bicara, "Kamu selalu memarahi orang sampai ketakutan, tidakkah itu kurang manusiawi?"

Wajah Dean Shao tidak menunjukkan emosi sedikitpun, sambil merapikan hemnya berkata, "CEO Xun, kaulah yang terlalu lembek pada wanita."

Setelah mengatakannya ia bangkit dan memohon ijin, "Maaf, aku pergi ke toilet dulu"

Ia keluar dari ruangan dan menuju ke wastafel. Saat sedang mencuci tangan, di cermin dilihatnya bayangan Lucy. Ia dengan tenang melanjutkan mencuci tangan, dan berkata, "Sudah kubilang jangan mencampuri urusan ini."

Dengan suara datar Lucy menjawab, "Aku tidak mencampuri urusanmu, tapi kamu menghancurkan rencanaku."

"Urusanmu adalah urusanku juga" usai mencuci tangan, Dean Shao berputar dan memandangnya lekat-lekat.

Hal yang tidak masuk akal ini membuat Lucy terdiam sejenak. Belum sempat ia membantah, dari pantulan cermin ia melihat seorang lelaki, lalu tiba-tiba menunduk, dan berkata dengan dingin, "Anderson Xun disini"

Setelah jeda sesaat, ia melangkah tanpa suara masuk ke dalam toilet wanita.

Tak berapa lama, Anderson melangkah menuju sebelah Dean, menoleh penuh arti ke arah pintu masuk toilet wanita dan bertanya, "Pelayan manakah yang baru masuk ke toilet itu? Mungkinkah kau ada perasaan padanya?"

Dean tak melakukan kontak mata. Ia membalikkan badan, menarik selembar tisu dan mengelap tangannya, dan menjawab, "Wanita yang ceroboh itu. CEO Xun terlalu memujinya."

Perkataan itu membuat Anderson terpaku, lalu sambil menepuk lengan Dean Shao, ia berkata, "Semua orang bilang CEO Shao tidak manusiawi, rupanya benar adanya..."

Tiba-tiba badannya sedikit limbung, matanya juga mulai berkunang-kunang, akibat beberapa gelas wine yang diminumnya tadi.

Dean memilih tidak berkomentar, mengingat Lucy berada di dalam, ia mengecek jam tangannya dan berkata, "Aku ada urusan, aku pergi dulu. Masalah kerjasama tadi, tolong CEO Xun pertimbangkan dahulu."

Anderson Xun tertawa dan melambaikan tangan, dan berjanji "Tak perlu didiskusikan lagi, CEO Shao, walaupun keuntungannya sangat besar, namun dalam kerjasama kesetiaan dan persahabatan lebih penting bagiku. Hubunganku dan CEO Shang harus semakin dipupuk dalam."

"Benarkah?" Dean Shao tidak marah mendengar perkataan yang tak masuk akal itu, ia hanya tersenyum sinis, "Kuharap CEO Xun bisa mempertimbangkan ulang keputusan ini."

Dalam keadaan mabuk, ucapan Dean Shao membuat CEO Xun merasa geram. Ia mencengkeram kerah baju Dean dan mengguncangnya, memaksa matanya memandangnya. Suasana memanas.

Ia mengeratkan cengkramannya pada kerah baju Dean, lalu akhirnya melepaskannya. "Sebenarnya, hari ini aku bertemu denganmu, bukan berencana untuk membicarakan masalah kerjasama. Aku hanya sedang bosan, dan pada saat yang sama..."

Ia berhenti, lalu tiba-tiba melayangkan tinjunya ke tulang pipi Dean Shao. Melihat badan Dean terdorong mundur dua langkah dan menabrak dinding, lalu ia tertawa, "Pada saat yang sama setahun lalu, kau kira aku tidak bisa mengalahkanmu?"

Dean Shao merasakan darah di bibirnya, dan ia mengusapnya dengan tangan.

Matanya tertegun saat melihat lawannya akan melayangkan pukulan lagi, ia menghindar ke samping, dan pada saat yang sama mengulurkan tangan dan menjepitnya dari belakang, lalu mencengkeram lehernya dan menekan badannya ke arah dinding.

"Kamu terlalu banyak minum." ia berkata dengan dingin tanpa melakukan apapun.

Namun, Anderson menggunakan kesempatan ini, dengan kedua tangan penuh tenaga menerobos keluar, lalu kembali meninju pipi Dean Shao.

"Anderson!" Dean menjepit lengannya, setelah perlawanan singkat, tiba-tiba terdengar suara "prangggg" di telinganya.

Lalu ia melihat mata Anderson perlahan memejam, dan tenaganya melemah. Lalu dari kepalanya keluar darah yang membanjiri seluruh wajahnya.

Setelah bergetar beberapa saat, tubuhnya akhirnya ambruk, dan terlihat Lucy berada di belakangnya. Di tangannya terdapat botol wine yang telah pecah hingga tersisa setengah. Ekspresi mukanya pucat melihat pria yang terjatuh didepannya. Ia lalu memandang mata Dean Shao, menelan ludah dan bertanya, "Kamu... apakah kamu baik-baik saja?"

Dean Shao terkejut. Ia tak menyangka wanita ini bisa melakukannya.

Tanpa terburu-buru merespon pertanyaan Lucy, Dean berjongkok untuk memeriksa nafas Anderson. Setelah dipastikannya Anderson tak apa-apa, ia mengambil sebuah USB dari kantongnya dan meletakkannya di sampingnya.

"Ayo pergi," ia bangkit, memandang ke sisi kiri dan kanan koridor, lalu menggandeng tangan Lucy.

Lucy yang panik mulai menyadari keadaan. Ia menghempaskan tangan Dean Shao lalu berjongkok di sebelah Anderson yang terkapar dan meraba-raba. Akhirnya ia menemukan handphonenya di kantongnya.

Dari koridor terdengar langkah kaki. Suara ini mengejutkan Lucy dan membuatnya berkeringat dingin. Ia segera memasukkan handphone itu ke kantongnya, dan pergi.

Ia berjalan cepat, tanpa berani melihat ke belakang.

Orang-orang segera menyadari sosok Anderson Xun yang bersimbah darah di sebelah wastafel. Segera setelah terjadi keributan, petugas keamanan mulai melakukan pemeriksaan. Lucy berlari menuruni tangga, namun setelah dua putaran tangga, ia kehilangan arah.

Setelah turun dengan susah payah, tiba-tiba seseorang menariknya dengan kuat, dan ia pun diseret masuk ke suatu ruangan yang gelap.

Lucy yang baru menenangkan diri, mengenali sosok Dean Shao dalam cahaya remang ruangan itu. Saat ia akan membuka mulut untuk berbicara, Dean segera menutup mulutnya. Tubuhnya menekan Lucy, dan ia bisa mendengar nafasnya yang berat.

Tak bisa bergerak dalam situasi ini, Lucy pun memejamkan mata dan berusaha untuk tenang.

Terdengar suara langkah kaki di luar pintu, dan suara seorang lelaki, "Apakah sudah ditemukan siapa yang melukainya? Telah kuperiksa semuanya, seluruh ruangan satu demi satu, tidak menemukan hasil sama sekali."

Lucy menahan napas. Dibawah tekanan tubuh pria ini, dan mendengar suara langkah kaki di luar, jantungnya berdetak kencang serasa akan lepas.

Akhirnya langkah kaki itu berhenti di depan pintu, dan gagang pintu perlahan terbuka.

Lucy mengernyitkan matanya, memandang pria itu dalam gelap. Sekejap muncul ide di kepalanya, dan ia mengalungkan kedua lengannya di leher pria itu dan menciumnya dengan penuh kehangatan.

Suasana menjadi sedikit tidak terkendali, dan detik selanjutnya, cahaya yang masuk dari pintu yang terbuka memperlihatkan dengan jelas apa yang mereka lakukan.

Pria yang berdiri di depan pintu tertegun, tangannya bergerak dengan canggung di gagang pintu.

Dean Shao berhenti. Wanita itu membetulkan kerah bajunya dengan malu-malu. Matanya menjadi suram.

"Keluar!" Suaranya sedingin es.

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu