Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 447 Ada Hal Ingin Meminta Bantuan Anda.

Pada hari Jumat, ia kembali lagi ke rumah sakit setelah menyelesaikan masalah kantor, lagi-lagi menemaninya di rumah sakit hingga tengah malam, Lucy Lu baru berbaring di sisi ranjang berusaha untuk tidur.

Dokter mengatakan bahwa waktu pria tua ini tinggal dua hari lagi, sehingga walaupun sedang tidur, Lucy Lu tetap memimpikan ayahnya.

Pada saat itu, hakim Lu yang memiliki semangat tinggi sedang berdiri di depan rak buku besar di ruang bukunya, membuka sebuah buku tentang hukum yang tebal, dengan asal membukanya dan membacanya hingga setengah, kemudian tersenyum dan bertanya padanya, "Lucy, apa yang ada di belakang ini?"

Lucy Lu bersandar setengah di pintu, mengaduk-aduk kopi di tangannya dengan sembarangan, berpura-pura mengerutkan alisnya untuk berpikir dalam waktu yang lama, sebenarnya dia tidak tertarik pada buku hukum yang tebal itu, bagaimana mungkin dia bisa tahu.

Pada akhirnya, biasanya dia hanya akan mencampurkannya dengan beberapa lelucon, terkadang dia tidak terima, jadi dia mengangkat lehernya dan bertanya, "Siapa yang bisa menghafal buku setebal itu?"

Lucy Lu tidak ingat dengan jelas kejadian yang sudah lama terjadi, hanya ingat sebelum dia menikah, sepertinya pernah terjadi hal yang seperti ini.

Pada saat itu, ayahnya tidak sekurus ini, dia bersemangat yang sehat dan rambut hitamnya yang tebal ditata dengan rapi, mendengar nada tidak terima yang sedikit ragu, ia tersenyum, menutup buku di tangannya dan memberikan padanya, "Jika tidak percaya, kamu bisa mengujiku."

Lucy Lu tidak akan percaya lagi, dia telah mencoba cara itu dua kali, dia tidak berani menantang ayahnya dengan kata-kata seperti itu, dia dari lahir adalah hakim, dia selalu percaya diri dalam hal ini.

Ketika masih muda, ia mengikat rambutnya menjadi dua ekor kuda dan duduk di lutut ayah menemaninya mempersiapkan persiapan untuk ujian, pada akhirnya, dia akan tertidur dan ayah sering sekali menyentuh pipinya, berkata dengan tegas dan percaya diri: "Lucy, Ayah ingin menjadi hakim yang baik agar dapat memberi contoh bagi Lucy."

Kenangan yang bertanam di dalam benaknya dan tidak akan terlupakan, di dalam mimpi Lucy Lu gambaran ini sering muncul, dia tidur dengan tidak tenang, alisnya berkerut, bahkan air matanya keluar, memenuhi punggung tangannya.

Pagi-pagi sekali, Ibu Lu membawa sarapan dari rumah, melihat di ranjang ada ayah dan anak perempuannya, ia berdiri di ujung tempat tidur tertegun dalam waktu yang lama.

Dia menghela nafas, bertanya-tanya mengapa keluarga Lu pada akhirnya seperti ini, jika dari awal dia dapat mencegah suaminya dari kesalahan ini, itu akan menjadi hal yang bagus.

Sambil berpikir, dia sambil mengangkat telapak tangannya yang kasar dan menyeka sepasang matanya yang sudah memerah. Ibu Lu pelan-pelan meletakkan kotak makan siang itu di atas tempat tidur, kemudian berjalan mengitari Lucy Lu dengan pelan, mengeluarkan ponsel dari dalam tas di sampingnya, mengirim sebuah pesan.

Jawaban dari pihak lain dengan cepat sudah diterima, di memegang ponselnya, menggetar jari-jarinya, dengan panik ia menghapus catatan pesan, kemudian memasukan kembali ponselnya.

Ketika Lucy Lu terbangun, dia melirik waktu sebentar, masih terlalu dini.

Langit baru saja terang, setelah duduk semaleman, terlebih lagi sambil menyalakan AC, dia merasakan mati rasa di kakinya, seakan-akan masuk ke dalam rumah es.

Sambil memegang bagian belakang lehernya untuk merilekskan tubuhnya, dia melirik kotak makan siang yang diletakkan di meja atas ranjang, lalu dia melirik ke kiri dan kanan, tapi dia tidak melihat bayangan ibunya.

Pada saat ini, perawat mengetuk pintu dan berjalan masuk untuk memberikan obat pada Ayah Lu, sambil melakukan pekerjaan di tangannya, dia sambil memberi tahu Lucy, "Ibumu tadi datang, tapi dia ada urusan sebentar sehingga pergi lagi, sore baru bisa kembali. Dia menyuruhmu makan terlebih dahulu, nanti malam pulanglah kerumah untuk tidur, bibi di rumah akan membantu menjaga disini."

"Pergi keluar?” Lucy Lu mengerutkan kening, ia tidak begitu mengerti, “Apakah dia mengatakan ke mana dia pergi?”

Setelah mengganti obat, perawat itu menggelengkan kepalanya dan kemudian keluar dari kamar rawat dengan membawa piring besi rumah sakit.

Melihat bahwa pintu ditutup lagi, Lucy meraih ponsel dari tasnya dan menelepon ibunya. Panggilannya sudah berdering lama sebelum diangkat, tidak ada suara lain di sana, suara Ibu Lu terdengar tenang dan damai. "Lucy, Ibu ingin bertemu dengan beberapa teman lama ayahmu untuk menanyakan apakah mereka memliki waktu untuk datang ke rumah sakit melihat ayahmu, lagipula……"

Terdengar sangat jelas ia menelan kembali perkataannya di telepon.

Tangan Lucy Lu menegang di sisi telinganya menegang, pandangan matanya terjatuh, menatap punggung tangan ayahnya yang berwarna biru keunguan, tiba-tiba tidak bisa berkata-kata. Air mata yang telah ditahannya lama akhirnya keluar, kemudian memaksa dirinya menjawab, "Baiklah."

Sebelum menutup panggilannya, dia menatakan kembali suasana hatinya, dengan suara tenang menghibur ibunya, "Sebenarnya itu tidak perlu, jika mereka tidak mau tidak apa, ayah belum tentu rindu kepada mereka."

“Iya.” Ibu Lu mendengarkan, matanya tidak melihat ke luar jendela, jendela kaca ditutupi dengan uap air, menghalangi semua garis pandangannya, tetapi pandangan matanya masih kosong, seolah jatuh di tempat yang jauh, "Aku tahu, Lucy, Ibu akan kembali sore nanti, jangan khawatir."

Setelah dia menutup panggilannya, ia menghembuskan napasnya yang panjang.

Sejak kejadian itu, dia telah menemani suaminya melewati banyak gelombang, setelah kabar penangkapan, semua orang yang memiliki hubungan dekat dekatnya dan sahabatnya satu demi satu menghindar dengan ketakutan, dia bagaimana bisa dengan sendirinya, meminta mereka datang ke rumah sakit.

Tapi--

Di kepalanya terus mengulang pemandangan tadi siang, lelaki yang sulit untuk siuman dan sedang berbaring di atas ranjang memasuki pandangan matanya, nafasnya terdengar berat dan mengeluarkan satu kata: "Danielle…”

Dia sudah lama tidak melihat cucu perempuanya.

Pada hari itu, Ibu Lu tampak teguh, ia menepuk dada suaminya dan berkata kepadanya: "Danielle juga merindukan kakek, dia bilang besok ingin datang menemuimu."

Sebenarnya Ibu Lu selalu memiliki sifat yang lembut, dia sudah di bawah lindungan suaminya hampir sebagian besar dari hidupnya, kehidupan sosialnya hanya berada di rumah terkunci, sangat jarang ia merasa khawatir.

Tetapi sekarang berbeda.

Di sebuah kafe di Kota Jin, Ibu Lu mendorong pintu dan berjalan masuk dalam dua langkah, ia langsung dapat melihat wanita yang duduk di dekat jendela, mengenakan mantel wol berwarna abu muda dan bocah kecil di pelukannya juga terbungkus dengan erat, sedang bermain hingga tertawa cekikikan.

Ibu Shao yang sedang tersenyum senang, kemudian ia melirik dari sudut mata dan melihat sosok yang sedang berjalan ke arah sini, membuat fokus pandangannya menjadi terarah ke sana. Tanpa disangka dia melihat orang yang paling tidak ingin dia temuinya, ekspresi wajahnya yang tersenyum cerah dan indah tiba-tiba luntur dalam sekejap, tanpa sadar menggendong anaknya lebih erat-erat lagi, dengan wajah penuh antisipasi berkata, "Untuk apa kamu datang?"

Langkah kaki Ibu Lu tiba-tiba berhenti, dia dengan Ibu Shao masih berjarak meja kopi, setelah mendengar kata itu ekspresi wajahnya menjadi sedikit membeku, tetapi dia berusaha untuk mengeluarkan senyuman di wajahnya, "Aku datang untuk menemuimu, ada urusan ingin meminta bantuanmu."

Dia berusaha untuk merendahkan dirinya, berharap saat mereka berbicara ia bisa mendapatkan kesepakatan terakhir seperti yang ia harapkan.

Tetapi Ibu Shao tidak memiliki ekspresi wajah yang baik, dapat terdengar suara ejekannya dari hidungnya, kemudian memalingkan kepalanya kearah jendela dan berpura-pura menutupi mata Danielle secara tidak sadar, "Kamu adalah istri hakim Lu yang bermartabat, masih mengharapkan bantuan orang lain? Aku tahu dengan jelas apa yang kamu ingin lakukan, kamu bekerja sama dengan Lucy Lu, sehingga membohongiku untuk menemuimu?"

Ibu Lu menarik-narik pakaiannya dengan cemas, tetap berdiri di sana, dengan panik menjelaskan: "Lucy tidak tahu, aku yang diam-diam menggunakan ponselnya mengirim pesan padamu, dia tidak tahu..."

Demi bertemu dengan Ibu Shao, dia sengaja dari kotak mencari gaun yang di belikan Lucy Lu yang sangat di sayangi olehnya, kemudian mengunakan beberapa alat kosmetik yang dia tidak pernah pakai sebelumnya, merias wajahnya dengan make-up tipis. Dengan begini ia tidak akan terlihat terlalu pucat atau terlihat tua, tapi jika di bandingkan dengan Ibu Shao, tetap saja dia merasa sedikit malu.

Sepertinya dia mendengar dengan jelas suara yang tidak jauh itu, Danielle yang awalnya duduk diam di pelukan Ibu Shao saat itu meraih tangan yang menutupi matanya dengan tidak nyaman, karena kekuatannya yang kecil dan tidak dapat melawan, dia cemberut dan mendengus, kemudian terdengar suara menangis.

Ibu Lu yang melihat itu, hatinya tiba-tiba merasa di remas menjadi satu, tanpa sadar melangkah maju, bergumam di mulutnya: "Danielle..."

Begitu dia meneriakkan nama pria kecil itu, air matanya mengalir tak terkendali. Ibu Shao dengan keras kepala masih menutupi mata Danielle sampai dia memutar tubuhnya dan berteriak, "Nenek, nenek ..."

Pada saat ini, kemarahan dihati ibu Shao langsung memenuhi hatinya.

Dia menghabiskan begitu banyak waktu dan kesabaran, sampai akhirnya dapat memupuk perasaan yang cukup dalam dengan Danielle, tetapi wanita di depannya ini datang dan membuat masalah, bagaimana mungkin dia tidak marah.

“Sudah, jangan menangis.” Dia merubah ekspresi wajahnya, setelah melepaskan kedua mata anak itu, ia meletakkan tangannya di lengan anak tersebut, membuat anak itu duduk menghadapnya, berteriak dengan keras, “Aku adalah nenek, nenek kandungmu."

Danielle belum pernah melihat orang tua yang itu begitu galak di hadapannya, tangisannya tiba-tiba berhenti, kemudian dia membuka mulutnya lagi, dan menangis dengan tidak karuan, sambil menangis sambil memutar kepalanya ke belakang dan berteriak: "Nenek, nenek... "

“Biarkan aku memeluknya.” Ibu Lu berjalan mendekat, jantungnya seperti di peras dengan kuat, tangannya yang tak berdaya tergantung di udara.

Novel Terkait

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu