Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 55 Merawat Anak Orang

Janice memutar matanya ke atas dan berkata, “Kau pikir aku sama bodohnya denganmu. Sudah cerai masih saja merawat anak orang.”

“……”

Perkataan itu langsung menusuk hati Lucy, wajahnya pun memucat, “Merawat anak siapa? Jelas-jelas itu anakku. Ku peringatkan, apa kau memang perlu mempersulitku?”

Janice melihatnya dengan pandangan bersalah, “Sorry, baby, aku telah salah.”

Masalah Lucy dan Dean, dia tahu semuanya, hanya tadi ucapan itu langsung keluar dari mulutnya tanpa melewati otaknya dulu.

Lucy pun berkata dengan kesal, “Lalu, kenapa kau mencariku? Kau tahu permasalahannya, aku tak perlu berkata apapun juga kau sudah tahu, apapun yang kukatakan kau tetap tidak ingin melakukannya. Jawaban yang kau cari ada pada Jimmy, kalau kau tidak berterusterang padanya, kau tak akan pernah mendapatkan jawabannya.”

Ia tidak pernah bertemu dengan pria itu, baik atau jahat pun dia juga tidak tahu, dia hanya pernah mendengar pujian-pujian yang keluar dari mulut Janice.

Wajah Janice memucat dan terdiam.

Kedua orang itu terdiam beberapa saat, tidak ada yang bicara, sampai akhirnya handphonenya berdering.

Janice tercenggang, “Dia yang menelepon.”

Lucy memandangi handphone yang masih berdering itu, lalu menatap Janice, “Kau tidak mengangkatnya?”

Wanita itu ragu-ragu.

Lucy tahu apa yang sedang dipikirkannya, “Kau takut dia menolakmu, lalu mematahkan semua harapanmu, jendela kertas di antara kalian sudah robek, dan kau tak ingin lagi bekerja padanya.”

Janice merapatkan bibirnya dan tak berkata apa-apa.

Lucy menghela napas, mendorong handphone Janice kehadapannya, “Tidakkah coba dengarkan apa katanya? Kalau dia sengaja tidak mengakuinya, kau juga bisa langsung melupakannya, tak usah memikirkannya lagi, kalau dia juga menyukaimu, bukankah malah lebih baik.”

Pandangan mata Janice agak sedikit canggung, ia mengangkat kepalanya dan melihat Lucy, kemudian menekan tombol terima telepon dengan ragu-ragu dan menekan loudspeaker.

“Janice, kau di mana? Soal tadi malam, apa kita bisa membicarakannya?”

Janice tertegun, tidak bersuara, ia melihat Lucy dengan pandangan penuh tanya.

Lucy ragu sesaat, lalu menganggukkan kepalanya.

Setelah memberinya alamat, Janice tak berkata apapun dan langsung mematikan teleponnya.

Lucy melihatnya dengan khawatir, “Keberadaanku di sini mungkin agak sedikit tidak pantas, apa aku perlu pergi dulu?”

Janice melihat keluar jendela, lalu tersenyum lelah, “Pulanglah dulu, ibumu pasti khawatir denganmu yang berbadan dua ini. Aku akan meneleponmu setelah tahu jawabannya.”

Lucy menaikkan alisnya, “Kalau bukan seperti yang kau harapkan, kau yakin tak akan mabuk di sini kan? Aku rasa aku tetap di sini saja menemanimu, waktu dia datang, aku akan pindah ke sebelah.”

Janice pun tertawa, “Kau pikir aku ini masih gadis yang polos dan tak tahu apa-apa? Bukankah hanya tidur saja? Bukankah hanya ditolak saja? Anggap saja seperti digigit anjing, lalu tetap menikmati kehidupanku besok.”

“Iya, aku mempercayaimu.” Lucy menganggukkan kepalanya dengan yakin, “Makanya aku mau tetap di sini, kalau dia berpura-pura tidak mengakuinya, lalu memukulinya sampai mati, aku masih harus menjemputmu keluar dari penjara.”

Meskipun ia selalu menjadi pengecut di hadapan orang yang disukainya, tapi saat bertemu pria yang brengsek, ia tak pernah lemah.

Lucy tiba-tiba khawatir dengan si Jimmy Huo itu.

“Ih, aku ini wanita feminim, mana mungkin aku melakukan kekerasan seperti itu?” kata Janice sambil cemberut, lalu mencongkeli kuku tangan yang baru saja iya manicure.

Setelah menunggu sekitar dua puluh menit, Lucy berdiri dan menuju ke tempat duduk kosong yang ada di sudut ruangan.

Beberapa menit kemudian, seorang pria masuk ke dalam café itu, mendongakkan kepalanya seperti mencari sesuatu.

Bagaimanapun juga ia belum pernah bertemu dengan Jimmy, oleh karena itu Lucy tidak berusaha untuk sembunyi, malah mengangkat kepala dan memperhatikannya.

Penampilannya lumayan rapi dan bersih, mengenakan kemeja dan celana bahan, kelihatannya sangat dewasa, namun Lucy merasa pandangan matanya agak sedikit tergesa-gesa.

Sepertinya ia sudah melihat Janice, tanpa ragu ia menuju ke arahnya.

Lucy yang melihatnya menghela napas lega.

Mungkin, jawabannya tidak akan buruk.

Novel Terkait

Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu