Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby? - Bab 80 Aku Ada Di Depan Pintu Kamar mu

Theo Mu masih penuh dengan rasa penasaran, “Kamu begitu muda, kalian menikah pasti belum lama ini kan, kenapa dia sangat cepat sekali sudah bosan? Orang yang kamu kira selalu berpikir rasional ini, bagaimana mungkin dia bisa jatuh cinta ke pria seperti ini?”

Lucy Lu menyengir dan tidak berbicara sepatah katapun.

Lucy Lu menganggap Theo Mu tidak mengerti dan tidak memahami, oleh sebab itu dia tidak banyak menjelaskan.

Dean Shao mungkin tidak menyadari bahwa dalam era baru ini, tidak semua orang bisa memilih pasangan hidup mereka dengan bebas untuk menikah. Dean Shao pun dipaksa, makanya dia membenci Lucy Wu, dari awal sampai akhir tidak pernah menyukainya.

Theo Mu saat bertemu dengannya, sepatah katapun tidak diucapkan, seolah-olah dia sudah telat menyadari kesedihan hati Lucy Wu dan dia hanya bisa tersenyum dengan perasaan bersalah, “Kak Lucy maaf, tidak seharusnya aku mengungkit masalah ini, tapi aku percaya kamu pasti akan menemukan yang lebih baik darinya.”

Lucy Lu melihat dia dan tersenyum tipis kepadanya lalu memutarkan notebook ke arahnya dan berbicara: “Aku sudah membantu kamu menemukan solusinya, coba kamu lihatlah.”

“Emm?” Theo Mu kembali memperhatikan pekerjaanya dan dengan teliti melihat datanya, lalu mengangguk-agukkan kepalanya lalu berbicara, “Sudah di cocokan, dan ternyata, masih ada banyak hal yang perlu aku pelajari.”

“Pelan- pelan, dibandingkan dengan rekan kerjamu yang lainnya, prestasimu yang sekarang ini hampir sama dengan pekerja yang sudah bekerja selama 1 tahun.” Dukungan kata yang diterima Lucy Wu

Baru saja berbicara sepatah kata, ponselnya tiba-tiba berdering.

Seketika dia terkejut lalu berdiri dan berlari untuk mengambil ponselnya. “Coba kamu lihat lagi apakah masih ada masalah, aku akan mengangkat telepon-nya.”

“Oh, baiklah.”

Kamar hotel ini tidak begitu luas. tubuhnya di selimuti oleh mantel dia berjalan mengambil ponsel dan duduk disisi tempat tidur. Melihat telepon yang masuk itu adalah nomer yang tidak dikenal, dia langsung menekan tombol terima.

“Em.”

“Ini aku.”

Terdengarlah suara lelaki yang rendah namun enak di dengar.

Lucy Lu seketika terkejut, dia menaruh ponselnya dan dengan teliti melihat nomer itu, dan terkulai lemas: “Di mana kamu menelepon?”

“Dari telefon kantor.”

“Oh.” Lucy Lu merengut.

Seolah-olah nada bicara Lucy Lu sedikit terdengar kecewa, laki-laki itu tiba-tiba bertanya: “Tidak ada kah hal yang ingin kamu bicarakan denganku?”

Lucy Lu seketika berseri-seri sambil mengangkat kepalanya dan berpura-pura tidak peduli sambil berkata: “bicara apa? Bukannya kamu kemarin sudah meneleponku?”

Theo Mu membenamkan pikirannya sambil memeriksa beberapa masalah, setelah mendengar perkataan ini, bola matanya membesar dan dia menatap matanya dan lagi-lagi dengan cepat langsung mengalah.

“Aku hari ini berbicara dengan CEO Lee, dia berbicara kalau aku sudah ke Kota Pu, lalu kenapa kemarin kamu tidak memberitahu aku?”

Lelaki itu terdiam dan tidak bertanya apapun, tetapi Lucy Lu masih kelihatan sedikit kesal.

Di dalam hatinya masih ada kekesalan dan tanpa di sadari berbicara “Kamu tidak ada kerjaan ya sampai mengganggu CEO Lee?” Aku pergi untuk keperluan bisnis, apa aku perlu melaporankan satu persatu ke kamu?”

Seolah-olah reaksinya berlebihan. Theo Mu terkejut, laki-laki itupun mendongak dan melihatnya sambil berkata, “Kak Lucy?”

Lucy Lu seketika terkejut, mengingat bahwa ada satu orang lain yang berada di dalam kamar itu, dengan pelan-pelan ia menutup teleponnya lalu berdiri melihat lelaki itu dan berbicara “apakah masih ada pertanyaan?”

“E…..tidak ada.”Theo Mu menutup laptopnya dan menaruh di depan dadanya sambil berdiri dan pelan pelan tersenyum sambil berbicara, “terimakasih, kamu cepat istirahat, aku sudah mau pulang.”

“ooo… Baiklah.”

Lucy Wu dengan sibuk mengangguk kepala, saat mendekat orangpun senyumannya terasa ramah. Namun, saat menutup pintu, dalam sekejap raut wajahnya langsung berubah. Dia pun menatap ponselnya, sambil berkata: “Bajingan!”

Pada saat yang sama, ponselnya kenbetulan sedang berdering.

Lucy Wu dalam sekejap menerima dan menjawab dengan nada yang galak : “Ada apa?”

“Apakah kamu sedang di kamar hotel?”

“Kalau iya memangnya kenapa? Apakah ada masalah?” Seperti biasa menjawab dengan nada yang tidak menyenangkan.

Hampir saja dia dibuat malu olehnya.

“Sudah selarut ini, kamarmu masih ada… cowok lain?” Nada bicaranya Dean Shao perlahan-lahan berubah.

“……”

Lucy Wu bengong sesaat, dan tiba-tiba tersenyum sambil menaikkan alis matanya, “ Aneh kah? Aku sekarang masih jomblo, sudah cerai, tidak aneh kalau aku ingin berinteraksi dengan cowok lain.”

Awalnya Lucy Wu mengira bahwa dia akan mengejeknya. Namun, siapa sangka bahwa diujung sanapun akan terdiam beberapa detik. Lalu, terdengarlah suara pria yang agak dingin dan rendah, “Kamu sekarang ada dimana?”

Raut wajah Lucy Wu dalam sekejap berubah, dengan pelan ia berdehem, “Walaupun kamu sekarang lari kembali untuk menghentikan aku melakukan hubungan intimpun sudah telat dan kamu juga sepertinya tidak ada hak untuk melarangku.”

Ingin menjaga Lucy Wu, namun masih belum menyadari perasaanya yang sekarang ini. Dia sebenarnya itu masih belum bisa memperbaiki kebiasaan lamanya, atau sungguh-sungguh peduli dengan wanita ini?

“Lucy Wu!” Suara pria itu terdengar jelas tidak bahagia.

“Kamu seharusnya masih di kantor kan, lanjutkan saja kesibukanmu dan ku matikan telefonnya agar tidak mengganggu pekerjaanmu.”

Setelah selesai pembicaraannya, Lucy Wu tidak merespon dan langsung mematikan ponselnya. Ekspresinyapun mendatar.

Tertidurlah dia hingga tengah malam. Dia tiba-tiba terbangun oleh getaran yang keras. Dengan keadaan setengah sadar, ia mengulurkan lengannya keluar dari dalam selimut. Tetapi karena saking ngantuknya, dia pun tidak sempat memegang ponselnya dan langsung kembali tertidur dengan pulas.

Getarannya berhenti beberapa saat, dan lagi-lagi masih lanjut bergetar.

Terus-menerus berbolak-balik, Lucy Wu pada akhirnya merasa terganggu dan secara tidak sadar iapun terbangun. Iapun mengulurkan tangannya dan menyalakan lampu dan memegang ponselnya. Dalam hatinya ia mau marah. Bajingan mana yang menelepon orang selarut ini, sungguh sangat mengganggu.

Saat melihat nomor yang terasa familiar, raut wajahnya seketika berubah.

Setelah menekan tombol menerima, Lucy Wu langsung memarahi orang yang meneleponnya, “Dean Shao, tidak bisakah kamu memberi waktu orang lain untuk tidur dengan tenang? Begitu susahnya kah?

Dibalaslah dia dengan suara pria yang sangat rendah, “Aku sekarang ada di depan pintumu, bukalah pintunya.”

“……”

Lucy Wu dalam sekejap langsung membuka lebar matanya dan bengong.

Kamarku…… Depan pintu?

Diapun terbangun dan sekilas berdiri dari ranjangnya. Sepatupun belum sempat dipakai dengan benar dan dengan kecepatan yang tinggi lari kearah pintu.

Saking cepat pergerakkannya, diapun sampai kehilangan pernapasannya. Setelah mengatur kembali pernapasan dan berhasil menenangkan dirinya, barulah dia perlahan-lahan membuka pintunya.

Dalam sekejap mata, hati Lucy Wu pun terasa sangat menjanggal. Seperti mimpi saja, benarkah dia ada di depan pintu ini?

Dengan sinar cahaya yang terpancar dari koridor, terlihatlah seorang pria bertubuh tinggi dan besar yang sedang berdiri tepat di depan mata. Dengan jas yang rapi, seperti pada umumnya membuat dia terlihat ganteng dan berwibawa.

Iapun menyipitkan matanya dan tercengang beberapa saat.

Dean Shao menundukkan kepala dan melihatnya. Sekilas ia melihat sepasang kaki mungil yang sedang menginjak lantai itu. Tiba-tiba ia mengerutkan dahinya, “Dimana sepatunya?”

Semua pikiran rasional Lucy Wu dalam sekejap seperti sedang ditarik kembali. Dia pun ingin menutup pintunya.

Mengapa Lucy Wu ingin membukakan pintu untuk Dean Shao?

Bagaimana caranya pria itu dapat mengetahui isi pikiran nya. Seakan-akan dia bisa mengetahui tindakan selanjutnya Lucy Wu. Diapun langsung mendorong pintu, dengan kaki yang panjang langsung menginjak lantai dan mengambil kesempatan ini untuk membantu dia menutup pintu.

Lucy Wu pun mulai marah, “Dean Shao, Kamu!”

“Lantai dingin. Pertama-tama, mari kugendong kau ke tempat tidur supaya kita bisa lanjut percakapannya.” katanya. Pria itupun langsung menggendong Lucy Wu dan berjalan kearah tempat tidurnya.

Lucy Wu, “……”

Kenapa percakapan ini terdengar begitu…… ambigu.

Setelah sampai di ranjangnya, Lucy Wu segera melepaskan dirinya dengan mendorong Dean Shao dan bergerak mundur kebelakang. Lucy Wu pun menatap Dean Shao dengan penuh waspada, “Bagaimana caranya kamu bisa menemukan tempat ini?”

“Aku carikan 2 orang untuk menyelidiki, bukan hal yang susah.” Dijelaskan Dean Shao dengan nada datar sambil melepaskan kancing jaketnya.

Lucy Wu tanpa disadari menggigit bagian bawah bibirnya sambil mengejek dirinya dan berkata, “Benar sekali, kalau menurutmu ini memang masalah yang kecil.”

Sikap Lucy Wu pun berubah menjadi ganas: “ Tetapi tengah malam ini langsung menerobos diri ke kamar orang lain, walaupun hotel ini tidak begitu peduli tentang urusan ini, tapi apakah polisi juga demikian? Bagaimana jika sekarang kamu pergi, atau tidak aku akan laporkan polisi.”

Beberapa menit yang lalu, pikiran Lucy Wu masih belum sadar, tidak diduga dirinya sendiri bisa membukakan pintu untuk Dean Shao.

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu