Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 218 Anak Kandung (1)

Perkataan dari karyawan wanita membuat hatiku terasa keberatan, apakah itu kanker? Kalau tidak, penyakit apa lagi yang tidak bisa disembuhkan?

Depan mataku muncul penampilan Ai Lisi yang mempesona, pada saat ini dia yang suka menjerat, ketidaktahuan, bahkan sifatnya yang gila sudah tidak terlalu kubenci, aku hanya berharap apa yang baru saja kudengar tidak benar.

Aku ingin menelepon Ai Lisi, tetapi takut dia sedang sakit dan tidak dapat mengangkat, ingin menelepon Aisha, namun aku tidak tahu apakah dia akan mengangkat, aku merasa dia tidak akan memberitahuku situasi Ibunya.

Aku hanya bisa secara pribadi bertanya pada karyawan wanita itu, apakah Ai Lisi sekarang ada di dalam rumah sakit. Karyawan wanita memberitahuku, Ai Lisi benar-benar di rumah sakit, dan sudah menginap selama seminggu.

Setelah pulang kerja, aku sendirian datang ke rumah sakit itu, tidak memberitahu Ai Lisi, aku sendirian diam-diam datang ke depan kamar pasien. Terpisah oleh lapisan pintu kaca, aku melihat Aisha sedang mengupas kulit apel dengan penuh perhatian. Ai Lisi terbaring di ranjang, wajahnya pucat seperti kemarin ketika mengalami luka tembakan, dan terlihat kurus dan lemah.

Aku mengetuk pintu pelan-pelan, lalu mendorong pintu terbuka.

Pandangan Ai Lisi dan Aisha menatap ke arahku hampir pada waktu yang sama, pandangan Aisha membawa kemarahan, pandangan Ai Lisi agak tertegun namun bersinar cahaya senang, “Itu adalah Adek Lin Xiao.”

“Ayo, kemari.”

Ai Lisi melambai tangannya padaku, meskipun senang namun gerakannya agak lambat.

Hanya dalam waktu beberapa bulan, dia langsung menjadi begini. Pucat, kurus dan lemah tak berdaya. Namun matanya bersinar cahaya terang, membuatku merasakan keramahan yang telah lama tak terasa.

Bagaikan keluarga.

Tetapi dia sebenarnya bukan keluargaku.

“Siapa yang menyuruhmu datang!” Aisha berwajah cemberut meletakkan apel dan pisau, berdiri dengan marah, “Aku memberimu waktu lima menit, lima menit kemudian segera pergi dari sini!”

Aisha sangat tidak menyukaiku.

Dan aku, tidak ada mood untuk melayaninya, aku datang hanya untuk Ai Lisi.

Ai Lisi memegang tanganku, tangannya membawa kedinginan, matanya yang mendalam, bersinar kejutan dan ramah.

“Kamu bisa datang, sangat bagus, beberapa lama ini, aku kebetulan merindukanmu, aku sendiri juga tidak tahu mengapa, selalu teringat kamu, bahkan Aisha tidak di sampingku, aku juga tidak pernah seperti begitu.”

Nada suara Ai Lisi sangat lembut, bepernampilan sangat berbeda dengan biasanya, yang manakah adalah dia yang sebenarnya?

“Beberapa lama ini aku akan berada di sini, aku akan datang melihatmu setiap hari.”

Aku tersenyum berkata, tanganku juga tanpa sadar menggenggam erat tangan Ai Lisi.

Ai Lisi tersenyum dengan puas, “Baguslah kalau begitu!”

Dia menghela nafas dengan lemah dan berkata: “Tidak tahu ada apa dengan tubuh ini, hanya mengalami tembakan, juga bukan terlalu parah tetapi membuatku tinggal begitu lama di dalam rumah sakit, dan tubuhku sepertinya semakin lemah.”

Hatiku terasa sedih, dan tak tertahan ingin menetes air mata tetapi aku memaksa menahan dan tersenyum berkata: “Mungkin tak lama lagi akan sembuh, meskipun kamu terlihat muda, namun kamu juga sudah 50-an tahun, mengalami luka tembakan, tentu harus dirawat lumayan lama, kamu bukan hanya berusia 40-an”

Perkataan ini kalau aku katakan di saat dulu, Ai Lisi pasti akan marah padaku, tetapi sekarang dia malah tersenyum, “Benar juga ya, aku hanya dirawat seperti orang berusia 40-an, tetapi sebenarnya tubuh sudah 50-an tahun, ada sedikit masalah, tentu tidak dapat pulih dengan cepat seperti orang muda.”

“Haiks, sangat ngantuk, ingin tidur lagi.” Ai Lisi menghela nafas, matanya pelan-pelan terpejam.

Hatiku kaget, tangan juga ikut bergetar, aku perlahan-lahan meletakkan tangannya, diam-diam meninggalkan kamar pasien, Aisha berdiri di luar, melihat aku keluar, langsung masuk ke kamar tanpa berkata.

Aku pergi ke kantor medis, menemukan dokter yang menangani Ai Lisi, menanyakan kondisi Ai Lisi. Dokter memberitahuku Ai Lisi mengalami kanker otak.

Hatiku tiba-tiba terasa kedinginan yang tidak ada ujungnya, tiba-tiba bagaikan badai salju menenggelamkan diriku.

Diriku yang kembali ke tempat tinggal, seluruh tubuhku bagai kehilangan tenaga, Tuan kelima meneleponku, suaraku sangat lemah, sepertinya sakit. Tuan kelima terkejut dan bertanya: “Ada apa denganmu? Sakit?”

Aku menggelengkan kepala, dan tahu dia tidak terlihat jadi menjawab tidak ada.

Tuan kelima: “Jadi apa yang terjadi, kamu terdengar aneh.”

Aku berkata: “Ai Lisi mengalami kanker otak.”

Tuan kelima tidak berkata, sangat jelas dia juga kaget mendengar kabar ini, “Benar-benar tidak terduga, wanita itu selalu gila, malah mengalami penyakit seperti ini.”

Aku: “Mungkin dia yang gila adalah salah satu gejala dari penyakit ini.”

Tuan kelima: “Setiap orang cepat atau lambat akan mengalami kematian, Ai Lisi bukan Ibumu, jangan terlalu sedih.”

Nadaku terdengar tersedak, “Tetapi aku tidak tahu mengapa begitu tidak nyaman. Kami sebenarnya tidak memiliki hubungan, namun sepertinya ada sesuatu yang terpotong dari dadaku.”

Tuan kelima: “Mungkin karena dia pernah menyelamatkanmu, dan kamu begitu baik, melihatnya mengalami penyakit seperti ini, hati merasa tidak nyaman adalah hal normal.”

Tuan kelima menghiburku beberapa kata, dan menyuruh Qiang-Qiang menelepon video call sebentar, lalu menutup telepon.

Aku terbaring di ranjang dan tak berhenti bermimpi, mimpi satu demi satu, aku bermimpi seorang bayi yang baru dilahirkan terbuang di luar pintu panti asuhan, dan mimpi seorang pria yang tak terlihat jelas wajahnya sedang tersenyum dingin, dan bermimpi Ai Lisi meninggal.

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu