Cintaku Yang Dipenuhi Dendam - Bab 189 Pukul (1)

Aisha sangat kesal,ia mengejarku, ia menarik dan menahan lenganku, “hei, aku sedang bicara padamu, sebenarnya kamu dengar tidak!”

“nona besar, sebenarnya kamu mau apa sih!” aku membalikkan badanku, juga pada saat berbalik itu, tiba-tiba Aisha berteriak kaget, dengan tangan menunjuk ke arahku, “loh, di belakang telingamu kok ada tahi lalat?”

Raut wajah Aisha terlihat kaget, aku sampai kehabisan kata-kata, “aku mana tahu, tumbuh sendiri mungkin.”

Tampang terkejut masih terlihat di wajah Aisha “mamaku juga ada.”

“aku tahu.”

Aku benar-benar malas mempedulikan nona ini aku masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tapi nona ini malah mencari masalah tanpa alasan yang jelas dan sudah membuatku muak sepenuhnya.

“kamu tahu?”

Aisha semakin terkejut.

Aku:“nona besar, kalau kamu tidak ada urusan lagi pergi saja, kalau tidak menyelesaikan pekerjaan, atasan menanyakannya, aku akan bilang kalau kamu penyebabnya, pada saatnya nanti kalau papamu tahu, aku yakin ia tak akan memihak padamu.”

Aisha menghembuskan nafas, memonyongkan bibirnya, “tidak tahu malu!”

Pergi dengan penuh emosi.

Aku bahkan tidak tahu kenapa aku setidak tahu malu itu, setiap hari dimarahi olehnya.

Tapi ya lumayan lah, akhirnya ia pergi juga.

Susah payah bertahan sampai jam pulang kerja,aku pulang ke kediaman militer, jemput Qiang Qiang dari TK, naik ke atas, pintu apartemen di seberang terbuka, ada kurir yang sedang memindahkan peralatan rumah ke dalamnya.

Aku melihat ke dalam apartemen itu dengan terkejut dan heran, berpikir dalam hati, orang ini juga penyewa yang baru datang ya?”

Sedang melirik ke dalam dengan penasaran, tiba-tiba mendengar suara yang familiar, “lemari ini taruh di sini, ranjang di sana.”

Bukannya ini suara Tuan Kelima?

Aku langsung melangkah masuk

Sesuai dugaan, aku melihat di dalam kamar tidur utama, Tuan Kelima sedang mengarahkan kurir untuk meletakkan peralatan rumah. “apa yang sedang kau lakukan?”

Aku terkejut sampai hampir tak bisa berkata-kata.

Tuan Kelima tersenyum:“pindah ke sini jadi tetangga kamu, kalau begini minta makanan jadi lebih mudah.”

Aku:……

“Ayah Angkat, setelah ini akan tinggal di sini ya?”

Mata Qiang Qiang bersinar penuh semangat, anak kecil ini kira-kira merasa kalau pindahnya Ayah Angkat ke sini sebagai tetangga, adalah suatu hal yang sangat amat baik.

Alis Tuan Kelima terangkat:“tentu saja setelah ini Ayah Angkat setiap hari akan menemanimu main.”

“baiklah.”

Qiang Qiang bertepuk tangan dan loncat kesana kemari.

Anak kecil itu berlarian dengan senang di dalam kediaman baru Tuan Kelima, tiba-tiba iapun lari kembali, menunjuk ke arah kamar tamu: “Ayah Angkat, aku nanti boleh tinggal di sana ya?”

Tuan Kelima:“tentu saja boleh.”

Aku agak kesal saat menjepit hidung Qiang Qiang, “memangnya di rumah tidak ada tempat untuk tinggal ya? Kenapa harus tinggal di tempat orang lain!”

Qiang Qiang menyeringai terhadapku,“mama terlalu galak, saat mama galak padaku, aku akan bersembunyi saja di tempat Ayah Angkat ini.”

Tuan Kelima tertawa kencang, “tidak masalah, besok, Ayah Angkat akan pergi mengganti semua perabot di kamar ini jadi perabotan anak-anak.”

Wajahku menggelap, “kamu membiarkannya terlalu bebas, hati-hati nanti ia jadi terbiasa.”

Tuan Kelima:“bagaimana ini bisa disebut membiarkannya terlalu bebas? anakmu ingin tinggal denganku, aku bahkan tidak sempat menyambutnya, mana bisa disebut membiarkan terlalu bebas, benar kan?”

Qiang Qiang menganggukkan kepalanya seiring berkata, “benar sekali.”

Aku juga jadi kehabisan kata-kata, Qiang Qiang semakin lama berhubungan dengan tuan muda ini, sifatnya semakin banyak berubah, bahkan sudah bisa bicara melawanku.

Di tempat Tuan Kelima masih terus berlanjut pemasangan peralatan rumah tangganya, aku sudah pulang dan menyiapkan makan malam.

Kira-kira 2 jam kemudian, peralatan rumah tangga sudah kurang lebih terpasang semua di sana, Tuan Kelima membawa Qiang Qiang pulang.

Mreka berdua tidak tahu habis melakukan apa, dahi mereka masing-masing berkeringat, kemudian pergi ke toilet cuci muka.

Setelah makan malam, Tuan Kelima main mahjong dengan Qiang Qiang, seorang dewasa dan seorang anak kecil, umur yang berbeda jauh, tapi malah bisa bermain bersama dengan sangat senang.

Siapa yang kalah, dahinya akan digambar oleh yang menang, setelah satu jam lebih, Qiang Qiang dan Tuan Kelima, dahi mereka bertambah beberapa gambar yang berceker empat.

Setelah Qiang Qiang pergi tidur, Tuan Kelima belum beranjak pergi, ia terus menatap gambar yang ada di dahinya, dengan gigih ia menerjang ke arah tubuhku, aku tahu ia mau melakukan apa, tapi malah pura-pura tidak paham sambil membersihkan ruang tamu.

Seluruh tubuh Tuan Kelima seperti tumbuh sesuatu, kalau gairahnya tidak bisa dipenuhi, secara otomatis tubuhnya jadi 'gatal', di area pintu masuk ruang tamu, aku sedang membungkuk mau mengepel lantai, ia tuan muda ini tak bisa menahan diri, menggenggam erat tanganku, mendorongku ke tembok, kemudian mau menciumku.

Pada saat itu, kebetulan sekali dari dalam kamar tidur tamu, terdengar suara Qiang Qiang yang memanggil mamanya dalam mimpi, aku dan Tuan Kelima terkejut, kami berdua kaget sampai tidak berani bergerak untuk waktu yang cukup lama, sampai tidak ada suara pergerakan yang terdengar lagi dari kamar Qiang Qiang itu, Tuan Kelima baru akhirnya menghela nafas panjang, dengan perlahan ia membuka pintu.

Ia mengenggam tanganku, menarikku dalam kediaman diseberangannya.

“Mau apa!”

Aku disini masih bersih-bersih.

Tuan Kelima malah memberi isyarat tangan padaku untuk tidak bersuara, menggunakan kunci ia membuka pintu kamarnya sendiri, kemudian langsung menarikku ke dalam.

Segera setelahnya pintu kamar ditutup, ia memelukku, dan menciumku dengan sangat bergairah.

Sudah seperti menahan nafsunya untuk waktu yang sangat lama, ciumannya begitu ganas, bibir dan gigi bertabrakan dengan bibir dan gigi, sakit sampai membuatku mengambil nafas.

Ia malah tidak peduli, tangannya yang satu memegang erat bagian belakang kepalaku, dan tangannya yang satu lagi sudah mencari jalannya di dalam bajuku, telapak tangannya yang hangat sudah menempel langsung di punggungku.

Kemudian bergerak lagi ke depan.

Di saat tangannya hampir menyentuh bagian sensitifku, tiba-tiba pintu kamar bergetar, tok tok tok, suaranya sangat kencang, memang ada yang sedang mengetuk pintu, tapi mengetuknya jelas tidak mungkin dengan tangan.

Aku dan Tuan Kelima saling bertatapan, pikiranku terkejut dan kacau,tiba-tiba ada perasaan seperti dipergoki sedang melakukan tindakan tak senonoh.

Tuan Kelima dengan pandangan yang dingin dan mendalam,langsung membuka pintu kamar.

“Siapa!”

Belum juga kata-katanya terselesaikan, kami berdua di saat yang bersamaan melihat orang yang berdiri di luar.

Ayahnya tuan muda, Kepala Militer.

Wajahnya terlihat sepenuhnya marah, tangannya yang besar menggenggam tongkat, suara tadi itu ternyata berasal dari tongkat yang diketukkan ke pintu.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu