Nikah Tanpa Cinta - Bab 80 Tidak Peduli Bentuknya

Topik memalukan ini tidak bisa terus dilanjutkan, jadi aku harus mengubah topik pembicaraan.

"Apa kegiatan orangtua-anak dan persiapan apa yang perlu dilakukan?"

Yulianto Hua bertanya kembali padaku, "Ya, persiapan seperti apa yang harus dilakukan?"

“Bukannya kamu yang paham, mengapa masih bertanya padaku?”

“Aku tidak paham, aku juga hanya mendengarnya dari Melvin, bukankah hal seperti ini harusnya diurus oleh mama?” ucap Yulianto Hua dengan percaya diri.

Aku kehabisan kata-kata dan tidak menggubrisnya.

Setelah makan malam, Yulianto Hua menemani Melvin ke taman untuk bermain petak umpet, aku juga mengikutinya, bagaimana dia bisa bersembunyi dengan tubuhnya yang besar itu? Benar-benar pemikiran yang luar biasa.

Hari semakin malam, aku sedang berbaring di ranjang kamar dan bermain ponsel ketika Yulianto Hua membawa Melvin masuk.

“Ma, kami akan tidur.” Ucap Melvin.

Aku mengayunkan tanganku, “Oke, selamat malam.”

“Mama juga harus ikut dengan kami. Mama sudah berjanji akan tidur bersama kami," kata Melvin.

Perasaanku tidak enak, sejak kapan aku menyetujuinya?

“Kamu lupa, aku sudah mewakilkanmu menyetujuinya.” Ucap Yulianto Hua dengan serius.

“Apa kamu bisa mewakilkanku menjawab semua hal?” ucapku sedikit kesal.

“Iya.” Dia tampak seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Melvin menarik tanganku, “Ayo, orang tua yang lainnya tidur bersama semua. Mama dan papa juga harus tidur bersama.”

“Ayo, jangan biarkan anak kita mengira kita ada masalah.” Ucap Yulianto Hua. “Kamu bisa bersama orang lain, tetapi tidak denganku? Apakah kamu tidak suka padaku?”

Aku benar-benar tidak ingin membuat Melvin kecewa, dan hanya bisa mengiyakannya.

Ini adalah pertama kalinya aku datang ke kamar Yulianto Hua.

Meskipun aku dan dia adalah suami-istri, dan sudah pernah berhubungan, tetapi ini pertama kali aku datang ke kamarnya dengan lampu menyala, aku masih agak malu.

Melvin yang telah mengganti bajunya dengan piyama berguling-guling di atas ranjang besar Yulianto Hua dengan sangat bahagia.

Yulianto Hua juga naik ke tempat tidur dan bermain-main dengan Melvin.

Bermain kuda-kudaan, berperan menjadi anjing, dan semua permainan yang membuat orang membelalakkan mata, jika aku tidak melihatnya sendiri dengan mataku, aku tidak akan percaya bahwa tuan muda keempat yang terkenal itu mengabaikan citra dirinya.

“Mama, sini.” Melvin memanggilku, “Ayo main bersama, cepat kemari.”

Aku semakin canggung, ini adalah ranjang Yulianto Hua, aku benar-benar ragu.

"Bagaimana jika mama menjadi kucing untukmu? Mama paling bagus memerankan kucing" Yulianto Hua menyarankan dengan ‘antusias’.

Aku segera menggeleng, “Aku tidak bisa, aku tidak bisa jadi kucing.”

“Tapi papa bilang bisa.” Kata Melvin.

"Ya, aku melihat mama menjadi kucing hari itu. Sangat mirip sekali." Yulianto Hua mengatakan hal itu seolah benar-benar terjadi.

“Ayo ayo, mama jadi kucing.” Melvin tetap tidak mau melepaskanku.

“Ayo cepat, jangan membuat Melvin kecewa. Ayo naik, aku papanya sudah memerankan anjing, apa kamu sebagai mamanya tidak bisa menjadi kucing?”

Aku menyadari bahwa Yulianto Hua memiliki sebuah senjata pembunuh, yaitu membuatku melakukan sesuatu yang tidak ingin aku lakukan dengan alasan jangan mengecewakan Melvin.

Atas pemaksaan mereka, aku mau tidak mau menaiki ranjang dan bermain dengan mereka.

“Jadi kucing, jadi kucing.” Melvin yang awalya sudah lupa, namun Yulianto Hua malah membahasnya dengan niat buruk.

“Betul, cepat jadi kucing, mama ayo cepat jadi kucing.”

Aku benar-benar tidak bisa menolak, dan akhirnya menirukan gaya kucing, tengkurap di ranjang, lalu mengangkat kepalanya, dan mengeong.

Aku merasa bahwa tindakan ini sangat bodoh, aku melirik Yulianto Hua dan mendapati bahwa dia sedang menutup mulutnya dan tertawa.

Sialan!

Dia sengaja ingin aku membodohi diriku sendiri.

Ketika dia mengangkat ponselnya untuk mengambil gambar, aku segera merebut ponselnya.

Dia merebut kembali, dan kami bergulat, kemudian tanpa sengaja dia menimpaku.

“Papa dan mama berpelukan!" Melvin berseru.

Aku sedikit malu dan ingin melepaskan diri darinya, tetapi tubuh Yulianto Hua tinggi dan kuat, aku tidak bisa memberontak di bawahnya.

Untungnya dia masih melepaskanku.

Setelah kembali bermain sebentar, Melvin mengantuk dan ingin tidur. Dia tidur di tengah, aku dan Yulianto Hua berbaring di sisinya lalu mendengarkan bersama cerita yang Yulianto Hua ceritakan padanya.

"Dahulu kala, ada seorang paman yang dibius oleh orang jahat dan menjadi buta. Dia tidak bisa melihat apa-apa, setiap detik hidupnya semua gelap, dan langit tidak akan pernah cerah …..." Suara Yulianto Hua sangat enak di dengar di malam hari.

“Paman yang malang, tidak bisa bermain game dan juga bermain bola.” Ucap Melvin.

"Ya. Tapi paman itu tidak menyerah, dia mulai mengambil tongkat untuk belajar berjalan keluar dari pintu, tetapi selalu saja terjatuh. Karena dia tidak terbiasa berjalan dengan cara orang buta, dan tidak bisa memperkirakan jarak antara benda-benda, tetapi setelah beberapa waktu, dia secara bertahap terbiasa dengan hal itu. Kemudian dia mulai mempelajari huruf orang buta. Karena dia tidak bisa menyerah, dia tahu jika dia menyerah, maka tamatlah hidupnya. "

Sampai disini, Yulianto Hua berhenti sejenak. Dia melirik Melvin yang telah tidur selama beberapa detik.

Anak-anak memang seperti ini, detik sebelumnya masih berbicara, tetapi detik berikutnya ketika dia tidak berbicara lagi, sebenarnya dia sudah tertidur. Benar-benar di waktu yang bahagia.

“Kemudian?” aku bertanya pelan, aku tahu cerita yang dia ceritakan adalah ceritanya sendiri.

Aku juga ingin tahu dan tertarik pada masa lalunya, meskipun aku tahu bahwa dalam cerita itu, aku tidak bisa menghindari wanita lain, yaitu Crystal Lin, Crystal Lin yang asli.

“Melvin sudah tertidur, aku tidak akan bercerita lagi. Ayo tidur.” Yulianto Hua mematikan lampu di nakas. Suasana kamar seketika menjadi gelap.

Di sampingku adalah tubuh kecil Melvin yang lembut, di sisi lain Melvin ada Yulianto Hua, seorang suami yang tidak bisa saya mengerti.

Perasaanku benar-benar tenang, aku merasakan semacam ketenangan pikiran yang tak bisa dijelaskan. Aku menutup mata sebentar dan tertidur.

Aku terbangun oleh getaran telepon, ponsel Yulianto Hua yang ada di nakas.

Cahaya ponsel sangat menyilaukan dalam gelap, dia mengambil ponselnya dan berjalan keluar.

Aku bangun dan pergi ke pintu untuk mendengar siapa yang berbicara dengannya.

"Apa? Mengapa bisa seperti itu? Kamu awasi, aku akan ke sana sekarang. Baik, begitu." kata Yulianto Hua.

Aku segera naik kembali ke ranjang dan berbaring, berpura-pura tertidur.

Yulianto Hua berjalan masuk dengan pelan, mengambil pakaiannya dan pergi.

Setelah beberapa saat, aku mendengar suara mobil di lantai bawah, dia benar-benar pergi.

Aku melihat ponsel, sudah jam dua pagi, siapa yang akan mencarinya? Masalah mendesak apa yang perlu ditangani pada waktu ini?

Tidak tahu mengapa tiba-tiba aku terpikir Crystal Lin.

Crystal Lin sekarang masih di rumah sakit, apakah keadaan Crystal Lin memburuk?

Tapi terakhir kali aku pergi menemui Crystal Lin, dia sangat baik, dan seharusnya dia sudah akan meninggalkan rumah sakit.

Jika bukan Crystal Lin, maka siapa? Jika bukan masalah penting, pasti tidak akan mengganggu Yulianto Hua di malam hari.

Setelah berpikir lama, aku tetap tidak menemukan jawaban, setelah berpikir selama dua jam, akhirnya aku perlahan tertidur lagi.

Ketika aku bangun, hari sudah terang, Melvin bangkit dan duduk di samping bantalku dengan kebingungan, melihat aku yang sudah bangun, dia bertanya, "Di mana papa?"

“Papa ada masalah darurat tadi malam. Apakah kamu sudah mau bangun?" Kataku lembut.

“Mama, papa tidak akan meninggalkan kita, kan?”

Aku terkejut, "Mengapa kamu berpikiran seperti itu? Tidak, dia tidak akan meninggalkan kita."

Mata Melvin tiba-tiba memerah, "Aku suka papa, aku tidak mau kehilangan papa."

Aku tidak menyangka dia akan sangat gelisah seperti ini, aku sangat menyayanginya, aku memeluknya dan menghiburnya perlahan untuk waktu yang lama sebelum dia kembali rileks.

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu