Nikah Tanpa Cinta - Bab 263 Tidak tergugah

Yulianto Hua tidak mempedulikan aku, dan terus berkata: “Restoran ini adalah restoran terbaik di Kota F untuk makan lobster air tawar, setiap hari selalu harus mengantri, dan setiap hari jumlah udangnya terbatas, jika datangnya telat maka tidak ada lagi. "

Tiba-tiba aku merasa Yulianto Hua sedang membual, kami tidak datang lebih awal hari ini, tetapi toko ini sangat sepi, tidak ada yang mengantri sama sekali, bukankah ini namanya berbohong tanpa berkedip?

Meskipun aku tidak mengatakan apa-apa, tetapi raut mukaku pastilah sangat jelek. Yulianto Hua melanjutkan dengan berkata, “Agar orang lain tidak mengganggu kamu saat makan lobster air tawar, aku meminta orang untuk menghubungi pemilik toko ini, bahwa aku siap membeli tokonya. Tetapi dia tidak menyetujuinya. Dia berkata bahwa dia mengandalkan ini untuk hidup. Jadi aku membeli omzetnya selama satu hari, agar dia hanya melayani kita hari ini."

Aku sedikit mempercayai kata-katanya. Aku mengambil ponselku dan mulai mencari di Internet, dan menemukan bahwa restoran lobster air tawar terbaik di Kota F memang benar-benar yang ini.

Saat inilah lobster air tawarnya datang, aromanya sungguh harum dan warnanya sangat indah. Begitu aku melihatnya, aku merasa nafsu makanku meningkat.

Yulianto Hua mengenakan sarung tangannya dan mulai mengupas udang. Cara dia menunduk ke bawah saat mengupas udang, mengingatkanku pada masa lalu.

Setelah dia selesai mengupasnya, dia sendiri tidak memakannya dan meletakkannya di piring di depanku. Memberi isyarat padaku untuk makan.

Tentu saja aku tidak tergerak oleh trik kecil seperti itu, aku bilang kamu makan saja sendiri, aku akan kupas sendiri, aku tidak akan makan apa yang kamu kupas.

Dia tetap bergeming dan terus mengupasnya, mengatakan bahwa jika kamu tidak akan memakannya, nanti tinggal dibuang saja.

Jari-jarinya yang ramping bergerak memutar ke atas ke bawah, dirinya sendiri tidak makan tapi malah mengupas udang dengan cepat. Tak lama kemudian ada banyak udang yang sudah terkupas di piring di depanku. Aku pikir jika aku tidak memakannya, itu akan sia-sia, jadi aku pun menerimanya.

Setelah mengupas beberapa lama, Yulianto Hua melepas sarung tangannya, mengusap tangannya dengan handuk basah, dan mengangkat bir segar yang dari tadi belum tersentuh. “Rayakan kamu keluar. Ayo kita minum.”

Aku tidak minum bersamanya, dia sendiri pun menuangkan segelas lagi, dan minum lagi.

"Hua’s Inter Company sudah berkembang dengan baik sekarang, dan sedang mempertimbangkan untuk melepaskan Lanhai Technology dari perusahaan dan beroperasi sebagai perusahaan independen. Proyek lain yang kamu tahu juga bagus, berkat fondasi yang kamu letakkan. Kapan kamu akan kembali? "Yulianto Hua menatapku.

“Kembali ke mana?” Aku balik bertanya.

"Tentu saja kembali bekerja di perusahaan. Ada jasa kamu setengahnya di situ. Semua posisi, tetap dipersiapkan untukmu."

"Tidak bisa kembali lagi."

“Kenapa? Kenapa tidak bisa kembali?” Yulianto Hua menatapku dengan emosional.

"Orang lain mungkin tidak tahu kenapa, apakah kamu tidak tahu? Ketika itu aku begitu mendukungmu, akulah yang buta. Haruskah aku menjadi buta sekali lagi?"

“Apa kamu benar-benar mengira kamu telah salah menilaiku?” Yulianto Hua mengangkat suaranya, raut wajahnya terlihat tidak terima.

"Ya, aku salah lihat, aku buta, bisa-bisanya aku percaya pada orang yang paling tidak bisa dipercaya. Untungnya, semuanya belum terlambat. Aku tidak punya pemikiran lain lagi kepadamu, aku hanya berharap kamu bisa memperlakukan anak kita dengan baik."

"Apa yang harus ku lakukan, sehingga kamu bisa memaafkan kesalahanku karena tidak melindungi kamu dengan baik?"

“Apa pun yang kamu lakukan, aku tidak akan memaafkanmu,” kataku tegas.

Sudut bibir Yulianto Hua bergerak-gerak, di saat ini teleponnya bergetar, dia mengambil teleponnya dan berjalan ke pinggir untuk menjawabnya.

Aku mulai berasumsi orang yang di balik telepon itu adalah seorang wanita cantik. Semakin aku memikirkannya, semakin aku merasa tidak benar, semakin aku memikirkannya, semakin marah, jadi aku mengambil tasku dan pergi.

Yulianto Hua datang dan bertanya kemana aku akan pergi, aku bilang aku akan pergi ke kamar mandi. Kemudian aku meninggalkan restoran dan naik taksi kembali ke hotel.

Setelah mandi, aku langsung pergi tidur. Agak malam, Yulianto Hua datang membunyikan bel pintu, aku mengabaikannya dan dia pun tidak mengganggu lagi.

Keesokan harinya ketika bangun, aku menemukan bahwa aku sedang datang bulan. Untungnya aku ada persiapan, jadinya tidak membuat diri ini terlihat menyedihkan. Hanya saja sakit perutnya tidak tertahankan, seluruh badan pegal, tidak ingin bangun.

Pada saat ini, pemandu wisata menelepon dan mengatakan bahwa mobil yang menjemputku telah tiba di depan pintu. Tadinya aku tidak ingin pergi, tetapi aku malu untuk mengatakannya. Julian Tsu memang bermaksud untuk memintaku merasakannya sendiri dan kemudian memberinya pendapat. Jika aku tidak pergi sekarang karena aku merasa tidak enak badan, maka nanti tidak akan mudah untuk menjelaskannya. Tentu saja aku tidak bisa mengatakan penyebabnya adalah karena diriku datang bulan, makanya aku tidur di hotel dan tidak berpartisipasi dalam rombongan wisata.

Setelah naik ke bus wisata, perut ku semakin terasa tidak nyaman. Tempat wisata yang kami kunjungi hari ini adalah kuil kuno yang lumayan terkenal di kota F, tujuan utamanya agar wisatawan yang memasuki kuil bisa sembahyang dan kemudian membeli beberapa produk terkait. Aku pernah mendengar ada anggapan bahwa lebih baik tidak memasuki kuil ketika sedang datang bulan, alasan spesifiknya tidak diketahui. Jadi aku hanya berkeliling di depan pintu dua kali dan kemudian kembali ke mobil, aku benar-benar tidak tertarik.

Ketika berangkat ke tempat wisata kedua, aku sudah tidak tahan lagi. Aku memberi tahu pemandu wisata tentang situasiku secara pribadi. Pemandu wisata mengatakan bahwa jika demikian, aku hanya dapat naik taksi kembali ke hotel untuk beristirahat, karena bus wisata harus mengirim wisatawan lain ke tempat wisata berikutnya.

Tentu saja ini tidak masalah, setelah turun gunung, aku naik taksi sendiri menuju hotel.

Ketika tiba di pintu masuk hotel, aku memaksakan diri membayar ongkos menggunakan WeChat. Saat aku masuk ke lobby, aku merasa dingin dan tidak nyaman, bahkan tidak memiliki kekuatan lagi untuk berjalan menuju lift, aku hanya bisa beristirahat di sofa lobi.

Aku memejamkan mata dan merasa dingin dan tidak nyaman seolah-olah aku telah dipaksa minum banyak air es. Aku belum pernah merasakan rasa sakit yang teramat sangat sebelumnya, dan aku tidak tahu apa yang salah. Ini mungkin karena suasana hatiku sedang buruk, yang menyebabkan semua jenis ketidaknyamanan ini.

“Apakah kamu tidak sehat?” Sebuah suara yang akrab terdengar.

Aku membuka mataku dan melihat Yulianto Hua yang memakai jas sedang membungkuk untuk melihatku. "Raut mukamu terlihat buruk."

Aku tidak berbicara, karena aku sangat sakit. Sakitnya sampai tidak ingin mengatakan apa pun.

Dia membungkukkan badannya, menggendongku, dan berjalan menuju lift.

Aku tidak punya energi untuk melakukan perlawanan, jadi aku hanya bisa membiarkan dia menggendongku. Mencium bau cologne yang familiar di tubuhnya, aku benar-benar merasa nyaman. Sepertinya hal-hal yang tidak menyenangkan itu tidak pernah terjadi.

Dia membawaku langsung ke kamarnya, dengan lembut membaringkan aku di tempat tidur, melepas sepatuku dan menutupiku dengan selimutnya, dan kemudian dia keluar.

Aku kira dia mungkin pergi untuk menangani masalah pekerjaan, jadi aku pun tidur dengan tenang. Tapi tidak lama kemudian dia pun kembali lagi.

“Bangun dan minum sedikit agar kamu merasa lebih nyaman.” Dia mengulurkan tangannya untuk membantuku duduk.

"Apa yang kamu ingin aku minum?"

"Tentu saja minum air gula merah. Kamu seperti ini, pasti karena sedang datang bulan, kemarin aku sudah mau mengingatkanmu, dua hari ini adalah hari menstruasimu, jadi kamu harus hati-hati."

Wajahku memanas, tak disangka dia ingat hari menstruasiku?

"Aku minta staf hotel membantuku membuatnya. Minumlah selagi panas, lalu tidurlah yang nyenyak, jangan keluar, nanti agak malaman juga akan sehat lagi, kamu memang biasanya selalu begini," ujarnya lembut.

Setelah meminum air jahe yang hangat, rasanya sangat nyaman. Aku tidak tahu apakah itu efek psikologis, aku pun merasa sedikit lebih enteng.

Di saat ini telepon Yulianto Hua pun bergetar lagi, dia berjalan ke jendela untuk menjawab telepon, aku mendengar dia mengatakan bahwa rapat harus dibatalkan dulu, aku ada sesuatu yang harus ditangani, diganti besok saja baru dibicarakan lagi.

“Apa yang ingin kamu makan siang ini? Aku akan membelikannya untukmu.” Yulianto Hua bertanya padaku.

"Jika kamu ada yang harus dilakukan, tinggalkan saja aku sendiri. Sebentar lagi aku akan baik-baik saja. Jangan tunda acara besarmu karenaku."

“Bagiku, kamu adalah hal terbesarku,” kata Yulianto Hua dengan santai.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu