Nikah Tanpa Cinta - Bab 155 Mendapatkan Keseimbangan

Disaat itu, aku sebenarnya sedikit impulsif, aku ingin menceritakan perlawananku terhadap Erika kepada Yulianto, tapi aku tidak tahan untuk menceritakannya.

Yulianto melanjutkan, "Jika mencari lawan, juga harus mencari seorang lawan yang kuat, barulah bisa memperlihatkan kemampuanmu sendiri, kamu menjatauhkan seratus orang tolol juga tidak bisa membuktikan bahwa kamu adalah orang pintar, musuhmu terlalu lemah, malah akan merendahkan kemampuanmu, ketika bertemu dengan orang hebat , kamu akan kalah dengan mengenaskan."

Perkataan ini memang tidak enak didengar, namun aku tahu bahwa ini sangatlah bermanfaat bagiku.

Memang kenyataanya seperti itu.

Crystal hanyalah orang yang ingin menikah kedalam keluarga orang kaya, satu-satunya yang dia andalkan adalah pernah menjaga Yulianto, dia mengandalkan perasaan.

Namun didunia ini, perasaan tidak bisa diandalkan, jadi Crystal benar-benar bukanlah musuh paling penting bagiku.

Sedangkan Erika berbeda, dia hampir membunuhku.

Meskipun sekarang ditanganku ada kelemahannya, namu dilihat dari liciknya dia, tidak ada yang bisa menjamin tiba-tiba suatu hari dia menghabisiku.

"Terima kasih atas nasihatmu." Aku tersenyum dan berkata kepada Yulianto, "Maksudmu menyuruhku bersaing dengan Erika?"

"Bukan bersaing dengannya, namun menjaga diri, didalam keluarga ini, jika kamu tidak bersaing, tidak menuju posisi lebih atas, kamu akan digugurkan."

"Baik, aku mengerti, terima kasih."

"Besok adalah ritual perusahaan Nanhe, besok kita sama-sama ke kota Y."

"Baik." Aku menganggukkan kepalaku.

"Jika aku diserang, apakah kamu tidak tegang?" Tanya Yulianto.

Aku tersenyum dalam hati, dia ternyata masih terus mengingat hal ini, sungguh terlalu pelit.

"Tuan Muda keempat, kamu adalah orang yang berpengalaman, kamu seharusnya tahu bahwa kamu memberi berapa banyak dan orang lain akan membalas berapa banyak, semua itu imbang, ketika aku menghilang, kamu seolah tidak apa-apa dan masih dating dengan orang lain, bukankah kamu juga tidak tegang? Jika kamu tidak mengapa aku harus?"

Yulianto menyipitkan matanya, dia tidak mengatakan apapun, lalu ekspresinya berubah, "Siapa yang memberitahumu ketika kamu menghilang aku tidak kenapa-kenapa? Siapa yang bilang bahwa aku pergi dating?"

"Kamu sendiri yang bilang, kamu berlagak tidak peduli."

Sebenarnya aku tahu bahwa dia mencariku kemana-mana, aku hanya ingin memaksanya mengatakannya saja.

Ekspresi kacau diwajah Yulianto semakin terasa, "Aku bukan tidak apa-apa, kamu merasa itu karena kamu memikirkanya saja."

Aku berlagak seolah tampang biasa dia mempermainkan aku, "LAlu bagaimana dengan kondisi sebenarnya, a[akah Tuan Hua boleh memberitahuku?"

"Sudahlah, cukup, sudah selesai makan belum, sudah selesai ayo pergi."

Seusai berkata, dia berdiri, aku berkata, "Aku masih belum selesai, kamu mengapa begini, sekali bilang marah langsung marah."

Yulianto kembali duduk dan melihatku makan.

Dia semakin begini aku semakin makan dengan pelan.

Kamu semakin panik, aku semakin pelan.

"Kamu bilang sendiri, jika aku diserang, kamu tidak tegang, aku adalah suamimu, jika aku mati apa benefitnya bagimu? Mengapa kamu tidak tegang?"

Kali ini aku benar-benar ketawa, karena topiiknya kembali lagi, sungguh lucu.

"Mengapa kamu tertawa?" Yulianto marah ketika melihatku ketawa.

Aku bergegas menahan ketawa, namun semakin ditahan, semakin ingin ketawa, sama sekali tidak bisa ditahan.

Lucunya hal ini karena lelaki seperti Yulianto ternyata terus dilema dengan perkataan itu.

"Kamu masih ketawa!" Yulianto menaikkan nada bicaranya, ekspresinya juga berubah.

"Baik, baik, baik, aku tidak tertawa, aku berkata dengan serius." Aku berlagak serius.

"Kamu tertawa dengan senang kan, lanjutkan saja."

"Sudah bilang tidak tertawa, Tuan Muda keempat, jika kamu diserang, aku pasti adalah orang yang paling tegang didunia ini." Kataku dengan serius.

Mata Yulianto bersinar, seolah ada bintang yang berada disana, namun dengan cepat menghilang, "Bohong! Sebelumnya kamu tidak berkata seperti itu."

"Sebelumnya aku menipumu, meskipun kamu tidak menganggapku, tapi bagaimanapun juga kamu adalah suamiku, kamu baik terhadap Melvin, kamu membuatnya punya kehidupan ayng berbeda, dan membuat aku yang berada pada kalangan paling bawah yang hina menjadi hingga hari ini, baik cinta ataupun tidak, aku juga berharap kamu bisa baik."

Memang aneh perasaan itu, aku sangatlah jarang berkata begini kepada Yulianto, namun ketika aku mengatakannya, aku merasa semuanya adalah isi hatiku.

Lalu aku merasa mataku terasa panas dan hatiku merasa sedih.

"Kamu sedang mengutarakan rasa kepadaku?" Ekspresi Yulianto akhirnya menjadi baik.

"Bukankah tadi kamu bilang aku bohong? Sekarang malah bangga?" kata aku.

"Matamu saja menjadi merah, berarti itu berdasarkan hati, bukan bohong, eh, apakah kamu sebenarnya sangat, sangat mencintaiku dalam hati?" Yulianto mendekatkan kepalanya.

wajahku malah merah dan sedikit malu.

Aku sampai salut dengan diriku sendiri, mengapa bisa tiba-tiba seperti seorang gadis saja.

"Wajahmu menjadi merah, benar kan kataku!" Yulianto tiba-tiba menjadi senang sekali, dia menyipitkan matanya, "Kamu pasti mencintaiku."

"Tuan Hua, baik suka atau tidak, tapi kamu menggunakan sikap seperti ini untuk menyuruh wanita mengatakan mencintaimu, dan menikmati rasanya ini?" Kata aku.

"Jangan panggil Tuan Hua, aku suka kamu memanggilku Tuan Muda keempat."

"Semua orang memanggilmu Tuan Muda Keempat, apa bedanya jika aku memanggilmu begitu juga."

Yulianto mengelengkan kepalanya, "Tidak, rasanya kamu memanggil berbeda dengan orang lain."

"Apa bedanya?"

Yulianto berpikir, "Juga bukan berbeda, yang pasti rasanya berbeda, aku suka, kedepannya kamu panggil aku Tuan Muda keempat saja."

"Baik, ketika aku senang aku panggil kamu Tuan Muda Keempat, ketika aku tidak senang, aku panggil kamu Yulianto."

"Nanti saja dibahas panggil apa, kamu masih belum menjawabku, apakah kamu mencintaiku?" Yulianto sepertinya lebih tertarik dengan topik ini.

Aku mengangkat daguku, "Tidak."

"Bohong! Au tidak percaya." Yulianto tidak menerimanya.

"Tidak iya tidak, jika kamu masih ngotot, jangan-jangan kamu mencintaiku? Jadi kamu memaksaku untuk mengakui bahwa aku mencintaimu untuk menjadi imbang dalam hatimu?"

"Sudahlah jika tidak cinta, aku pergi." Yulianto berdiri.

"Kamu bayar dulu baru pergi." Kataku sambil tertawa, "Bisa jadi setelah kamu bayar aku mencintaimu, aku suka lelaki yang membayar........"

Sebelum aku menyelesaikan perkataanku, aku menyadari aku salah bicara, gawat.

Benar saja, ekspresi Yulianto berubah, dia menarikku dari tempat duduk, "Apakah semua lelaki yang membayarmu dan kamu akan menyukainya? Dulu memang begitu?"

Aku bergegas menjelaskan, "Pasti tidak, aku hanya bercanda saja, Tuan Muda Keempat, Anda jangan menganggap serius, kamu jangan bayar ini, aku sendiri saja, bolehkah begini?"

Yulianto langsung pergi.

Novel Terkait

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu