Nikah Tanpa Cinta - Bab 223 Bukan Orang Jahat

Makan malam keluarga itu berakhir dengan buruk.

Ketika aku dan Yulianto hendak pergi untuk pulang, semua orang masih ada di dalam rumah Keluarga Hua, hanya kami bertiga yang pergi duluan.

Setelah kami pergi, tidak diketahui apakah mereka masih memiliki sesuatu konspirasi yang dibicarakan disana.

Sebelum sampai di Maple Garden, biasanya Melvin akan segera tertidur dengan cepat, tetapi tidak dengan hari ini, dia tampak begitu bersemangat.

Navigasi menunjukkan ada kemacetan di depan, jadi kami beralih ke rute lain. Rute jalanan ini akan melewati bar, dengan lampu neon yang berkedip di sepanjang jalan.

Yulianto menunjuk ke arah jalanan yang ada di luar, "Jalan ini dulunya adalah berada di bawah kuasa Michael, dan di wilayah ini hanya Michael seorang yang dapat mengambil keputusan."

Aku pun menjadi tertarik untuk bertanya kepada Yulianto: "Keputusan apa yang pernah dia buat disini? Apakah dia telah memungut biaya perlindungan di sini, atau apakah dia memiliki bar di sini?"

Yulianto menjawab: “Dia memiliki saham di setiap bar yang ada di sini. Karena dengan menginzinkannya memiliki saham, maka bar itu akan dapat beroperasi dengan aman. Tapi jika sebaliknya, maka setiap hari pasti akan ada masalah di bar itu, mulai dari pembobolan hingga pembakaran. Seiring berjalannya waktu, orang-orang menjadi takut padanya. Michael pun bisa mendapatkan banyak saham di bar ini dengan sedikit uang, jadi semua toko yang ada di jalan ini adalah miliknya."

Ketika kami hendak menyeberangi jalan di dekat bar, tiba-tiba ada seorang wanita muda terhuyung-huyung di sepanjang jalan, lalu ada seorang pria mengejarnya.

Wanita itu tampak sangat mabuk, tampak meneteskan air matanya terhadap pria itu berulang kali.

"Ayah, itu adalah Guru Lin," Melvin tiba-tiba berkata sambil menunjuk ke luar.

Faktanya, aku dan Yulianto pernah melihatnya, wanita yang mengenakan rok itu, dia memang adalah Crystal.

Crystal pernah menjadi guru di taman kanak-kanaknya Melvin dalam beberapa waktu, sehingga Melvin pun masih mengingatnya.

Yulianto menghentikan mobil, tetapi tidak segera turun. Pada saat ini, pria yang mengganggu Crystal itu merangkul pinggangnya.

Crystal pun meronta, lalu menampar pria itu. Kemudian pria itu mendorong Crystal, membuatnya terjatuh ke tanah.

"Ayah, orang itu telah mengganggu Guru Lin," Melvin berkata lagi.

Yulianto menatapku, tapi aku tidak mengatakan sepatah kata pun.

Aku tahu bahwa dia ingin turun dari mobil untuk membantu Crystal, tapi aku merasa bukan kewajibanku untuk mendukungnya melakukan hal tersebut, meskipun aku tidak bermaksud untuk menolaknya.

Yulianto akhirnya turun dari mobil, lalu segera menghampiri pria tersebut.

Aku menggendong Melvin di pelukanku agar dia tidak melihat apa yang sedang terjadi. Aku tidak ingin dia melihat Yulianto berkelahi.

Seperti yang aku duga, Yulianto menyapa pria itu dengan satu pukulan.

Pria itu melawan, tetapi Yulianto segera mengambil alih pria itu dengan tiga tinjuan dan dua tendangan.

Tetapi aku tidak mengharapkan apa yang terjadi berikutnya.

Pria yang telah jatuh kalah itu, berlari ke bar, lalu berteriak beberapa kali. Tiba-tiba ada beberpa belas pria lain yang keluar dari bar, kemudian mengepung Yulianto.

Kali ini, pria itu menunjuk ke mobil kami, seolah memberi tanda bahwa itu adalah mobil Yulianto. Beberapa pria berlari mengelilingi mobil kami dan mulai menendang dengan kaki mereka.

Aku pun segera mengunci semua pintu mobil, "Ibu, apa yang ignin mereka lakukan?" Melvin terlihat ketakutan.

"Tidak apa-apa. Mereka hanya bercanda. Tidak apa-apa," Aku tersenyum, mencoba untuk menenangkan Melvin, tapi di dalam hatiku, aku merasa sangat gugup.

Tentunya aku tidak mengkhawatirkan diriku, yang ku khawatirkan adalah anakku.

Awalnya, aku duduk di kursi belakang bersama anakku. Melihat mobilku telah dikepung, aku pun hanya dapat menenangkan Melvin, kemudian bergegas melompat ke kursi pengemudi, lalu menyalakan mobil.

"Ibu, apakah kita tidak menunggu Ayah?" Melvin berteriak, dia sadar bahwa aku akan segera mengemudikan mobil untuk pergi.

"Ayah punya caranya sendiri. Kita harus pergi dulu, lalu menunggu Ayah di rumah."

"Mereka bukanlah teman Ayah. Mereka berkelahi dengan Ayah," Melvin berseru, "Aku ingin membantu Ayah!"

"Melvin, kamu masih seorang bocah cilik. Saat ini, kamu belum bisa membantu orang dewasa. Maka dari itu, kita hanya dapat meninggalkan tempat ini, dengan begitu Ayah akan merasa tenang," aku mengatakannya sambil bersiap untuk pergi.

Tetapi orang-orang itu ternyata adalah penjahat, begitu melihat diriku, mereka seolah ingin menghabisiku. Bahkan ada seseorang di antara mereka yang naik ke depan mobil.

Berbaring di depan jendela mobilku, Melvin pun menangis ketakutan.

Jika aku memaksakan untuk tetap mengemudikan mobil, aku khawatir pria itu akan jatuh ke bawah, lau aku menabraknya, kemudian pada saat itu tamatlah diriku.

Aku pun segera mengeluarkan ponselku, lalu bersiap untuk menghubungi polisi.

Tetapi pada saat ini, orang-orang di sekitar mobilku tiba-tiba berhenti menendang, situasinya pun seketika menjadi sunyi.

Bahkan orang yang berbaring di depan mobilku, berinisiatif untuk turun dari depan mobil. Aku pun tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi, tiba-tiba ada seseorang mengetuk jendela mobil. Aku pun menoleh, lalu melihat ada wajah seseorang di depan jendela, aku sungguh membuaku terkejut.

Pria itu berambut abu-abu, wajahnya menempel kuat di kaca. Dia tampak sedikit berubah, tetapi pada kenyataannya dia sudah lebih tua, fitur wajahnya sudah kembali ke penampilan aslinya. Namun, dia tampak sangat tampan, karena dia memiliki darah campuran.

Michael.

Ternyata dia memang belum mati. Dia memiliki perban di kepalanya, salah satu tangannya juga di gips.

Dia terus menggedor jendela mobilku, aku pun mau tidak mau membuka jendela mobilku.

"Hai, kita bertemu lagi," Michael melambaikan tangannya kepadaku sambil tersenyum, "Apakah dia adalah anakmu? Dia sudah tumbuh begitu besar!"

“Biarkanlah kami pergi. Jangan menakuti anakku,” pintaku.

"Aku tidak bilang bahwa aku ingin kamu untuk tetap tinggal. Hai, bocah kecil, panggilah aku paman," Michael tampak sangat tertarik dengan Melvin.

Melvin pun meringkuk ketakutan.

"Melvin, ini adalah Paman Lu," ujarku sambil berpura-pura santai.

Aku harus meminta Michael untuk membantu kami. Aku pun tidak yakin, apakah dengan hanya mengandalkan diriku sendiri, aku dapat menjamin keslamatan Melvin untuk dapat keluar dari jalan ini dengan aman.

Melvin tampak sangat patuh. Meskipun dia merasa takut, dia tetap mendengarkanku, lalu memanggil Paman Lu.

“Ya. Kamu anak yang sangat patuh, dan sangat sopan. Jangan takut, paman akan mengantar kalian pulang ke rumah," ujar Michael sambil tersenyum.

Dia ingin mengantar kami pulang?

Aku pun merasa panik, bagaimana aku bisa membiarkan dia naik ke dalam mobilku?

"Bukalah pintunya, aku akan naik ke dalam mobil, lalu pergi mengantarmu," Michael memberi isyarat kepadaku.

Aku melihat ke depan. Orang-orang itu masih berada di sekitar Yulianto, tapi mereka sudah tidak bertengkar lagi. Mereka hanya mengepung Yulianto.

Yulianto tampak tidak berani bergerak. Dia seolah telah jatuh ke dalam perangkap. Setelah melihat aku dan Melvin dikepung, bagaimana bisa dia berani untuk melawan lagi?

"Biarkanlah kami pergi, tidak baik jika anakku melihat hal ini," kataku kepada Michael.

"Apakah maksudmu itu Yulianto? Dia telah ikut campur, sehingga membuat temanku menjadi marah. Ini sungguh sulit untuk dijelaskan. Mudah untuk mengatakan hal ini bagi wanita dan anak-anak, tapi dia adalah pria dewasa. Jika dia sudah berani ikut campur, maka dia harus berani bertanggung jawab," Michael tersenyum gelap.

Hatiku merasa sangat gundah. Aku sungguh tidak tahu, apakah aku harus pergi sendiri atau meminta tolong pada Michael?

Jika terus meminta tolong padanya, apakah dia akan melepaskan Yulianto?

Aku merasa Michael tidak akan melakukannya.

Sebelumnya, Michael hampir mati di waduk itu. Tidak mudah untuk membuat Yulianto jatuh ke dalam tangannya. Sehingga, bagaimana bisa dia melewatkan kesempatan ini.

Seperti yang kuduga, Michael menatap Yulianto dengan penuh hinaan di wajahnya.

“Seperti yang kamu tahu, Tuan Muda Keempat di Shanghai sungguh berkuasa. Sangat sulit untuk dapat memiliki kesempatan menjebaknya. Jadi saat ini teman-temanku ingin bermain dengannya. Kamu tidak perlu khawatir. Aku berjanji akan mengantarmu pulang dengan selamat, dan tidak akan membuat anakmu takut. Aku rasa kamu juga tidak ingin dia merasa takut bukan?" ucap Michael.

Dengan mendengar Michael mengatakan hal itu, sebenarnya aku merasa tersentuh. Tetapi Yulianto ada di sana sendirian, aku pun tidak dapat merasa tenang. Disatu sisi anakku berada dalam bahaya, dan disisi lainnya pria yang aku cintai juga berada dalam bahaya. Hal ini sungguh membuat hatiku jatuh ke dalam dilema, aku sungguh bingung.

Jika saja Michael tidak muncul, maka aku pasti dapat pergi, lalu mungkin aku tidak akan terjerat. Tetapi, begitu Michael muncul, aku tahu bahwa dia tidak akan dengan mudah melepaskan Yulianto. Sebaliknya, aku justru semakin mengkhawatirkan Yulianto.

"Jika kamu tidak ingin pergi, aku akan kembali minum," Ketika Michael melihat bahwa aku tidak menanggapinya, dia bersiap menoleh untuk pergi.

Kali ini aku benar-benar bingung. Segerombolan orang itu baru saja memukul mobilku, bahkan hampir membalikkan mobilku. Aku tidak bisa membiarkan Melvin mengalaminya hal ini lagi.

Terlebih lagi, aku percaya bahwa selama kami tidak ada di sini, maka seharusnya itu tidak akan menjadi masalah bagi Yulianto. Selain itu, selama aku berhasil melarikan diri, maka aku juga dapat mencari Alfred, lalu menelepon polisi. Itu akan lebih baik daripada membiarkan kami semua terperangkap di sini.

Aku sudah memutuskan untuk membawa Melvin pergi dari sini.

Aku pun berkata kepada Michael, "Aku tidak ingin kamu mengantar kami. Kami akan kembali sendiri."

"Tidak bisa. Jika aku tidak mengantarmu pulang, maka kamu tidak akan bisa pergi." Michael berkata dengan senyuman yang muram.

Aku pun hanya dapat membuka pintu, lalu Michael masuk ke dalam mobil, duduk di kursi pengemudi.

Dia menoleh, lalu tersenyum kepada Melvin yang duduk di kursi belakang, "Siapa namamu Nak? Jangan takut. Paman adalah orang baik."

Jika dia adalah orang baik, maka tidak akan ada orang jahat di dunia.

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu