Nikah Tanpa Cinta - Bab 252 Mengutamakan Kepentingan Bersama

Kembali ke rumah sakit, ada seseorang yang menjaga di luar unit perawatan intensif, tidak lain adalah Howard Hua yang menggunakan kursi roda.

Aku ternyata melupakan Tuan Muda kedua dari keluarga Hua, dia tidak pernah ada sebelumnya.

“Ayah terluka parah, tapi tidak ada yang memberitahu aku. Aku menerima telepon yang meminta aku untuk tidak membocorkan rahasia. Ironisnya, aku bahkan tidak tahu, bagaimana aku membocorkan rahasia?” Howard Hua duduk di kursi roda dan mendongak melihat Yulianto Hua, ada nada menyalahkan dalam kata-katanya.

“Maaf Kakak Kedua, aku pikir mereka sudah memberi tahu kamu, jadi tidak meneepon kamu.” Kata Yulianto Hua dengan kepala menunduk.

“Walaupun aku cacat, tapi juga anak ayah. Aku bisa mengabaikan urusan perusahaan, tapi aku masih berhak membicarakan kesehatan ayah, kan? Aku tidak penting, tapi tidak perlu sampai diabaikan, kan?” Howard Hua bertanya dengan dingin.

Ini agak memilukan, aku tidak tahu bagaimana cara Yulianto Hua merespon.

“Maaf Kakak Kedua, dalam hati aku, kamu selalu menjadi anggota keluarga Hua, anggota yang sangat penting, tapi aku benar-benar mengira mereka telah memberi tahu kamu, itu salah aku.” Yulianto Hua dengan tulus mengakui kesalahannya.

“Kakak kedua, begitu Yulianto mendengar ayahnya mengalami musibah, dia jadi kacau. Dia benar-benar tidak tahu kalau orang lain tidak memberi tahu kamu, tolong kamu memaafkannya.” aku pun ikut berbicara.

"Sudahlah, aku hanya terlalu cemas. Kalian kembali ristirahat saja, aku akan berada di sana untuk menjaganya. Jika terjadi sesuatu, aku akan memberitahu kalian. Kalian terlalu lelah di tempat kerja, dan aku tidak punya kesibukan, bisa menunggu lebih lama." Howard Hua berkata.

“Tidak, Kakak kedua kamu sedang tidak sehat, kamu pulang istirahat saja, biar aku yang tinggal di sini.” Kata Yulianto Hua.

Tetapi Howard Hua bersikeras untuk tinggal di sana, mengatakan bahwa dia tidak dapat membantu urusan perusahaan, semua mengandalkan Yulianto Hua, tetapi dia bisa mengurus beberapa urusan pribadi keluarga.

Yulianto Hua melihat arlojinya dan berkata bahwa karena kakak kedua ada di sini, kami akan kembali dulu, aku harus berkemas, terbang ke Beijing besok mencari beberapa pakar.

...

Keesokan paginya, aku mengantarkan Yulianto Hua ke bandara dan pergi ke rumah sakit. Daniel Hua masih di sana, seolah-olah dia tidak menutup matanya, matanya merah.

Aku sedikit terharu saat melihatnya. Selain dia, tidak ada orang lain di keluarga Hua yang hadir. Aku khawatir mereka semua sibuk mengatur bagaimana memperebutkan kekuasaan.

Aku membujuk Howard Hua untuk pulang ristirahat, biar aku yang menunggu. Dia bersikeras tidak mau, dia bilang biar aku pergi ke perusahaan untuk bekerja dulu, kalau siang tidak ada yang datang menggantikan dia, dia akan menyuruh aku untuk datang.

Aku tidak mampu berdebat dengannya, jadi menyetujuinya.

Ketika aku keluar dari rumah sakit, dia melihat sebuah mobil yang tidak asing lagi berada di area parkir di pintu masuk rumah sakit. Itu adalah mobil Ivana Hua.

Ngomong-ngomong, keluarga Hua juga punya anak perempuan. Meski hubungan sudah putus, Ivana Hua tetap saja adalah anak kandung Hendra Hua, sudah sepantasnya memberitahu dia tentang musibah ini.

Pada saat itu, jendela mobil diturunkan, dan Ivana Hua (Ivana Hua) memberi isyarat kepada aku untuk pergi, dia berada di dalam mobil.

Dia jelas habis menangis, matanya masih merah, tapi air matanya sudah terhapus kering. "Bagaimana dia...?"

“Belum sadar, tapi kondisinya relatif stabil. Jangan terlalu khawatir.” ucap aku lirih.

“Ternyata tidak ada yang memberitahu aku, jika aku tidak membaca berita online, tidak akan tahu bahwa dia dirawat di rumah sakit," kata Ivana Hua.

Aku terkejut, "Apakah ada berita tentang rawat inap Komisaris secara online?"

"Ya. Tapi karena masih terlalu dini, tidak banyak orang yang menyadarinya," kata Ivana Hua. "Diperkirakan sejumlah besar wartawan akan datang sebentar lagi. Apakah Yulianto punya tindakan pencegahan?"

"Dia terbang ke ibu kota, dia akan mencari beberapa ahli yang lebih baik untuk datang mengobati. Sekarang hanya Kakak Kedua yang menjaga di sana."

“Kalau begitu kamu harus segera memikirkan cara, jangan membiarkan para reporter ini terus mengepung,” kata Ivana Hua.

"Sebenarnya, Yulianto bermaksud mengambil inisiatif untuk mengumumkan berita, tetapi mereka tidak setuju. Hanya saja tidak disangka berita bocor secepat itu. Aku harus menelepon dan bertanya kepada Yulianto apa yang harus dilakukan sekarang?"

Aku mengeluarkan ponsel dan menelpon ponsel Yulianto Hua yang dimatikan, seharusnya ia sudah berada di dalam pesawat.

Aku menelepon Erika Feng lagi, mengatakan bahwa berita Komisaris dirawat sudah tersebar di internet, dan bertanya apa yang harus dilakukan sekarang?

Tanpa diduga, dia dengan dingin bertanya padaku apa yang ingin aku lakukan? Aku hanya seorang eksekutif dari anak perusahaan, atas dasar hak apa mengurus urusan kantor pusat perusahaan?

Sejak dia mengatakan itu, aku tidak peduli. Akku kembali ke rumah sakit dan memberi tahu Howard Hua tentang situasinya. Dia bertanya padaku, jika itu Yulianto, bagaimana dia menangani situasi ini?

Aku memberitahunya bahwa maksud Yulianto ketika menghadapi wartawan adalah mengakui ketua memang sakit, tapi kondisinya masih terkendali dan dia akan kembali bekerja dalam beberapa hari. Terima kasih atas perhatiannya.

Dia bilang dia mengerti, dan dia akan menangani masalah ini sesuai keinginan Yulianto Hua.

Setelah berpesan pada Howard Hua, aku segera meninggalkan rumah sakit, aku tidak mau menunggu reporter datang mengelilingi aku, dan semua menjadi tanggung jawab aku.

Ketika kembali ke perusahaan, aku merasa tidak nyaman. Aku membuka software saham dan melihat-lihat harga saham Keluarga Hua masih datar dibandingkan hari perdagangan sebelumnya, tetapi turun dengan cepat setelah pasar dibuka, jika kondisi ini berlanjut, khawatirnya akan berakhir sebelum istirahat makan siang.

Semuanya berjalan ke arah yang buruk, dan aku menjadi semakin tidak nyaman. Aku menelepon Alfred Jiang, dan menyuruhnya mengirim lebih banyak orang untuk menjaga Melvin. Saat ini, tidak boleh terjadi masalah lagi.

Saat itu asisten masuk dan mengatakan bahwa ada petugas polisi yang mencari aku di luar.

Ini sedikit mengejutkan aku, jika tentang kasus Hendra Hua, seharusnya mencari Erika Feng atau putra Keluarga Hua, mengapa mencari aku?

Alhasil, setelah kedua polisi tersebut menunjukkan lencana polisi, mereka mengatakan bahwa aku dicurigai terlibat dalam kasus penyerangan Hendra Hua dan meminta aku untuk ikut bersama mereka ke kantor polisi.

Kegelisahan aku semakin parah, setelah mengikuti mereka ke dalam mobil polisi, aku punya firasat bahwa kali ini akan mendapat masalah serius.

Di kantor polisi, aku langsung dibawa ke ruang interogasi.

“Apakah kamu mengenal orang ini?” Petugas polisi yang menginterogasi menunjukkan kepada aku foto seorang laki-laki, dan aku merasa tidak asing ketika melihatnya.

“Sepertinya pernah melihatnya, tapi aku tidak ingat. Siapa dia? Kenapa kalian membawa aku ke sini?” aku sedikit tidak senang.

"Namanya Erwin Yuan . Dia yang menyerang Hendra Hua. Kita tangkap dia di stasiun kereta. Menurut dia, kamu memberinya 200.000 yuan dan memintanya untuk menyerang Hendra Hua," kata petugas polisi itu.

Kepala aku mendengung, aku teringat pada saat itu juga, pria ini adalah orang yang terakhir kali menghentikan mobil aku di gerbang perusahaan meminta aku untuk mengatur pekerjaan untuknya.

“Aku tidak kenal orang ini, bagaimana aku bisa memerintahnya, dia bohong!” Aku berteriak.

“Kamu yakin kamu tidak mengenalinya?” Polisi itu menatap aku dan bertanya.

"Tentu saja aku tidak mengenalnya, kenapa aku menyewa orang asing untuk menyakiti ayah suamiku? Apa manfaatnya bagi aku? Dia menjebak aku!"

Polisi itu mengambil foto lain, "Kamu masih mengatakan tidak mengenalnya? Kalian berbicara dengan jelas, dan masih bilang tidak mengenalnya?"

Memang ada aku di foto itu, begitu juga pria itu. Tapi aku sedang duduk di dalam mobil, dan pria itu berdiri di dekat jendela aku. Ini persis seperti situasi setelah dia menghentikan aku hari itu, ternyata dipotret orang.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu