Nikah Tanpa Cinta - Bab 178 Ahli Cinta

Setelah pulang ke rumah, malam itu juga aku menceritakan dari awal sampai akhir kepada Yulianto Hua.

Setelah Yulianto Hua selesai mendengar, dia menggelengkan kepala dan berkata, "Sudah mundur, sudah mundur."

Aku tidak mengerti maksudnya, "Apanya yang mundur?"

"Kemampuan Rick sudah mundur. Cara kerjanya terlalu lembek. Itu bukanlah cara kerjanya. Kalau ini adalah Rick yang dulu, maka pasti bukan berbuat seperti itu."

Aku tanpa sadar penasaran, "Kalau ini adalah Rick yang dulu akan berbuat seperti apa?"

"Akan memukul bocah itu sampai tidak bisa turun dari ranjang selama 3 bulan, lalu tidak bisa hidup lagi di Shenghai. Intinya adalah, dia akan membuat bocah itu menjadi tidak berguna. Tapi sekarang masih membiarkan pria itu jalan hidup. Benar-benar bukan gayanya."

"Orang pasti akan berubah, kalau berubah menjadi semakin bagus, maka itu adalah hal yang bagus. Sebenarnya aku mempunyai satu pemikiran."

"Pemikiran apa?" Yulianto Hua menyipitkan mata dan wajahnya penuh dengan kecurigaan, "Aku bukan merasa kita kelewatan 'kan karena sudah memanfaatkan Rick? Kamu simpati padanya?"

"Bukan, aku sedang berpikir. Sebenarnya Kak Ivana dan aktor itu tidak begitu dekat. Tapi dia sengaja membuat masalah menjadi sangat besar. Bukankah karena memanfaatkan kita untuk memberi pesan pada Rick, melihat bagaimana reaksi Rick?"

"Sebenarnya apa yang ingin kamu katakan?"

"Maksudku adalah, Kak Ivana bukankah juga tidak dapat melupakan Rick, jadi sengaja ingin memprovokasi Rick?"

Wajah Yulianto Hua tiba-tiba berubah dan melambaikan tangan dengan kesal, "Tidak mungkin. Bagaimana mungkin dia terus suka pada orang yang hampir membuat dia meninggal?"

"Ada beberapa perasaan ...."

Perkataanku diputuskan dengan cepat oleh Yulianto Hua, "Sudahlah, jangan menganggap diri sendiri sebagai ahli cinta. Masalah sendiri saja belum dimengerti, kenapa pergi mengurus masalah orang lain? Aku paling kesal pada tampang kamu yang pura-pura sangat mengerti."

Yulianto Hua pergi dengan kesal, seperti aku berbuat salah padanya saja.

Aku bicara panjang lebar, sama saja seperti membuat diriku sendiri terlihat buruk.

Aku teriak dengan marah pada punggung Yulianto Hua, "Yulianto, kedepannya masalahmu, jangan cari aku untuk ikut campur. Aku tidak mau mengurusnya!"

...........

Keesokan harinya saat kerja, aku sedang membereskan dokumen-dokumen. Yulianto Hua telepon, menyuruhku pergi ke ruang kerjanya. Hatiku sangat tidak senang, setelah ragu untuk waktu yang lama, aku tidak pergi juga ke sana. Kemudian dia menyuruh asistennya untuk bicara langsung denganku dan aku baru pergi ke sana.

Yulianto Hua kebetulan sedang bicara dengan beberapa pejabat perusahaan. Setelah aku pergi ke sana, Yulianto Hua menyuruh orang-orang itu keluar dulu.

Kemudian dia menyodorkan satu dokumen kepadaku. Di atasnya tertulis kata "Rencana Pembelian Lanhai Technology".

Aku bersiap membaca, tapi Yulianto Hua berkata, "Sudahlah, kamu terlalu bodoh. Aku tidak ada waktu menunggumu melihat perlahan-lahan. Di sini aku jelaskan secara singkat dulu padamu."

Aku menutup buku itu dan menatapnya.

"Lanhai Technology adalah perusahaan yang mengembangkan perangkat lunak ponsel, dibangun lima tahun yang lalu. Waktu itu dibangun oleh dua mahasiswa dan pernah membuat perangkat lunak yang bagus. Tapi karena dua pemegang saham terbesar perusahaan mengalami perbedaan pendapat, jadi masuk dalam tahap friksi internal. Sekarang muncul keadaan pemutusan rantai modal. Kita menyukai bakat dan kemampuan mereka, jadi ingin membeli perusahaan itu."

"Lalu?"

"Karena perusahaan ini pernah melewati dua ronde pembiayaan. Jadi struktur sahamnya lebih rumit, tapi pemegang saham masih dua orang pendiri. Jadi kalau kami ingin membeli perusahaan ini dengan harga lumayan, kita harus menyelesaikan dua pemegang saham itu, tapi kedua pemegang saham itu berbeda pendapat, jadi kalau mau secara bersamaan menyelesaikan mereka, sangat sulit. Aku berencana menyerahkan masalah ini untukmu selesaikan."

Setelah Yulianto Hua selesai bicara, dia juga tidak menunggu pendapatku, dan menyerahkan dokumen lagi kepadaku, "Ini adalah catatan perkembangan sejak perusahaan ini berdiri dan juga arah perkembangannya di masa depan. Ditambah juga ada beberapa informasi lengkap tentang dua pemegang saham. Kamu baca-baca dulu, lalu ikut proyek ini."

Aku melihat informasi tentang dua pemegang saham ini, menyadari dua orang itu adalah lulusan Shanghai University of Finance and Economics, adalah kakak kelas yang lebih tua dua tahun dariku.

"Kamu juga sudah lihat. Mereka adalah kakak kelasmu. Jadi aku merasa kasus ini kalau kamu yang selesaikan lebih mudah, mudah juga diskusi dengan mereka. Sudahlah, masalahnya kira-kira seperti ini. Proyek ini juga sangat dipentingkan oleh bagian pusat.Sebelumnya Daniel sudah coba, namun tidak bisa diselesaikan. Aku sudah berjanji di hadapan direktur, pasti bisa diselesaikan. Janjiku ini juga membuat Daniel mengira aku merendahkannya dan sangat marah, sedang menunggu aku gagal lalu melaporkan ke direktur. Jadi kamu harus berhasil."

Yulianto Hua berkata dengan santai, tapi aku malah panik, "Kakakmu saja sudah gagal, atas dasar apa kamu menganggap aku bisa menyelesaikannya? Kalau aku tidak dapat menyelesaikannya bagaimana?"

Yulianto Hua meletakkan dokumen di tangannya dan berkata dengan wajah serius, "Apa yang Daniel tidak bisa lakukan, kita juga pasti tidak bisa? Kenapa kamu menganggap seperti itu? Dan juga, kamu belum pergi mencoba, kenapa tahu kalau tidak bisa melakukannya?"

"Tapi proyek yang diterima oleh Daniel, kalau dia tidak bisa melaksanakannya, lalu aku berhasil, maka bukankah mempermalukannya? Dia adalah anggota dewan. Sampai nanti dia malu, bukankah akan mempersulitku?"

"Memangnya sebelumnya Daniel sangat baik padamu? Aku selalu dihindari di rapat jajaran dewan, apa kamu kira hanya Bibi Feng saja yang buat gara-gara? Proyek ini dia tidak bisa selesaikan, lalu berkata pada kakek, kerjaannya terlalu banyak dan melemparkan kepadaku. Ini jelas sekali bermaksud mempersulitku. Kamu tentu harus berusaha keras melaksanakannya. Begitu berhasil, membuat dia malu ya membuat dia malu saja. Malah bagus membuat dia malu."

Semakin mendengar aku merasa semakin khawatir. Rasanya ini seperti pekerjaan yang merepotkan tapi mau tidak mau tetap harus dilakukan.

"Sisi tersulit proyek ini adalah berhasil membeli dari dua sisi, harus mendapat tanda tangan setuju dari kedua pendirinya. Tapi dua orang ini memang pada dasarnya membenci satu sama lain, selain itu mempunyai pendukung masing-masing, sama-sama ingin menendang pihak lawan keluar. Jadi kalau ingin mereka bersepakat benar-benar lebih sulit dari naik ke langit. Apakah benar seperti ini?" aku bertanya pada Yulianto Hua.

"Kira-kira seperti itu. Tapi yang perlu dibenarkan adalah, tidak sesulit naik ke langit. Kalau mau naik ke langit, perlu menembakkan satelit. Tapi membeli perusahaan ini, hanya perlu menyelesaikan permasalahan kedua pemegang saham saja. Bekerjalah dengan baik. Aku yakin kamu bisa." Yulianto Hua berkata dengan datar.

"Aku tidak mau kamu yakin padaku. Kamu serahkan masalah ini pada orang lain saja. Aku tidak pernah menerima kasus membeli perusahaan. Aku tidak bisa!" aku berkata dengan kencang.

"Ini adalah perintah perusahaan, bukan sedang diskusi denganmu. Kalau kamu tidak bisa, kamu pergi laporkan sendiri ke rapat jajaran dewan dan mengakui kesalahan sendiri." kata Yulianto Hua.

Aku masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Yulianto Hua melambaikan tangan, "Jangan basa-basi lagi, salah seorang pemegang saham suka menunggang kuda. Ada kabarnya, hari ini dia akan muncul di arena kuda di perbatasan. Cepatlah pergi. Kalau ada kesempatan, bisa bicara dengannya. Aku tunggu kabar baik darimu."

"Tapi aku tidak bisa naik kuda. Kalau aku pergi ke sana bukankah sangat canggung?"

"Aku sudah mendaftarmu menjadi anggota. Akan ada guru privat yang mengajarimu. Orang yang pergi ke arena kuda, belum tentu bisa menunggang kuda semua. Tempat itu sering muncul orang-orang hebat. Jadi ada banyak orang yang ke sana, meski tidak bisa naik kuda. Pergi saja. Sebentar lagi sudah akan malam." Yulianto Hua melambaikan tangan.

Aku melihat jam, memang sudah tidak ada waktu lagi. "Kalau aku tidak bisa melakukannya, maka jangan salahkan aku juga!"

Dia malah tidak mempedulikanku, melambaikan tangan dengan tidak sabar padaku, aku juga hanya bisa membawa barang keluar.

Aku merasa sangat tidak bersedia dan tidak senang dalam hati, tapi aku tidak mempunyai cara lain, hanya bisa melakukan sesuai perintah saja.

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu