Nikah Tanpa Cinta - Bab 416 Kolaborasi yang Kuat

Erika Feng terdiam sesaat, entah apa yang sedang dia pikirkan.

Lalu mengangkat kepala melihatku: “Ini idemu? Kamu yang membujuk dia merelakan posisi ketua Hua’s Inter Company? Kamu rasa setelah merelakan semua ini, dia masih seorang Yulianto Hua yang selalu dikenal? Dia akan bahagia?”

Aku tidak ingin menanggung beban seberat itu, baru ingin membantah, Yulianto Hua malah mendahului: “Masalah ini tidak berkaitan dengannya, sudah pernah aku katakan, tidak ada seorangpun yang bisa mengusik hidupku, masalahku, hanya aku sendiri yang berhak.”

“Yulianto, seharusnya kamu berpikir dengan jernih. Bagi seorang laki-laki, inilah yang terpenting.” Kata Erika membujuk.

“Terima kasih atas peringatan Bibi Erika, aku tahu apa yang harus dilakukan.”

Melihat dari sikap Erika, sebenarnya dia sangat berharap Yulianto tetap pada posisinya. DIa tahu jelas kemampuan yang Yulianto miliki. Jika Yulianto bisa bekerja-sama dengannya, menjadi bagian dari timnya, dengan dukungan Yulianto, kedudukannya dalam perusahaan pun akan sangat kokoh.

Dengan kata lain, kolaborasi antara dia dan Yulianto adalah sebuah kolaborasi kuat, pasti saling menguntungkan. Setelah Feng bergabung dengan Hua, menopang Hua’s Inter Company bersama-sama, tanpa peduli Hendra Hua bisa sadar atau tidak, Hua’s Inter Company tetap bisa terus bergerak maju, kemungkinan akan runtuh pun terjauhkan.

Oleh karena itu, Erika Feng benar-benar merasa tidak rela, dia sama sekali tidak bersedia membiarkan Yulianto merelakan kolaborasi mereka. Ini tidak hanya merugikan Yulianto Hua, namun lebih memecahkan kolaborasi kuat antara mereka berdua, bisa dikatakan sebagai pecahnya harapan.

Erika mengangkat gelas minuman anggur, meneguknya hingga habis, berkata: “Yulianto, aku berikan waktu 3 hari untukmu, pikirkan baik-baik. Jangan terburu-buru mengambil keputusan.”

“Aku sudah mengambil keputusan, tidak perlu berpikir lagi. Dalam dua hari ini aku akan berbicara empat mata dengan para komisaris perusahaan, memberitahu kabar pengunduran diriku pada mereka. Ini juga bisa menjadi kesempatan baik, aku akan membujuk mereka, agar Anda terus menjadi ketua dalam tim.”

Ekspresi wajah Erika sangat rumit, meski Yulianto berjanji akan merebutkan posisi ketua untuknya, dia tetap saja tidak merasa senang. Bertahun-tahun bekerja dalam perusahaan, dia tahu posisi itu memang sangat bergengsi, tetapi bersamaan dengan itu beban juga semakin besar. Selain itu, tidak hanya satu orang yang ingin menduduki posisi itu, begitu dirinya diangkat, secara tidak langsung akan dianggap sebagai tantangan bagi kandidat lainnya, tiba saatnya nanti dia harus menghadapi berbagai sikap dari orang-orang yang ingin menduduki tempat itu.

Jadi, dibandingkan dengan dia menduduki posisi itu secara langsung, akan lebih baik jika mendukung seorang yang selalu patuh padanya duduk disana. Dia sendiri tidak ingin mengambil resiko itu.

“Jika Ayahmu tahu kamu melepaskan semuanya karena seorang perempuan, dia pasti akan sangat kecewa!” Erika tiba-tiba marah besar. Dia sungguh merasa kesal sekaligus emosi.

“Tidak akan, aku selalu menjadi anak yang paling mengecewakan bagi Ayah. Jika Ayah tahu aku telah mementingkan tanggung jawab seorang laki-laki, menjaga anak dan istri dengan baik, dia pasti akan sangat senang. Sebaliknya jika aku meninggalkan anak dan istri demi kepentingan pribadi, Ayah akan benar-benar kecewa.”

Satu kalimat membuat Erika tidak mampu bersuara lagi.

Yulianto Hua berdiri dari tempat duduk, berkata: “Sudahlah Bibi Erika, sampai disini dulu, tidak perlu banyak bicara lagi. Tetap pada kalimatku tadi, semoga Bibi bisa membangun Hua’s Inter Company dengan baik, semoga saat sadar nanti, Ayah bisa melihat Hua’s Inter Company yang maju dan berjaya.”

Erika Feng tidak berbicara lagi, hanya melototi Yulianto dengan kesal, berekspresi murung.

Yulianto langsung menggandeng tanganku, “Kita pergi.”

Aku membungkukkan badan berterima kasih pada Erika: “Terima kasih atas makan malam yang Bibi Erika siapkan, enak sekali, terima kasih banyak.”

“Ivory Yao, kamu jangan terlalu sombong. Tunggu saja saat Yulianto Hua membencimu kelak, dia akan sangat menyesal sudah mengambil keputusan ini demi kamu. Tiba saatnya nanti dia akan menghinamu, membencimu, kamu akan terluka, kamu tidak akan bahagia!”

“Kita bicarakan saat hari itu sudah benar-benar tiba, jika sungguh seperti itu, aku pun tidak akan menyesal.” Kataku sambil tersenyum.

Aku dan Yulianto berjalan keluar White House bersama-sama, supir sudah menyiapkan mobil di depan. Setelah masuk mobil, aku pun menyandarkan kepala ke pundak Yulianto, dia menjulurkan tangan merangkul leherku.

“Tuan Muda Keempat, sebenarnya aku juga merasa, suatu hari nanti kamu akan menyesal.” Kataku perlahan.

“Aku juga merasa demikian.” Kata Yulianto.

“Ha? Jika akan menyesal, kenapa kamu masih mengambil keputusan ini?”

Nada bicara Yulianto terdengar malas: “Itu urusan belakangan, yang penting sekarang belum menyesal.”

Aku malah sangat tidak menyetujuinya: “Tidak boleh begitu, jika kamu menyesal nanti, lalu membuangku sendiri di Amerika, bagaimana nasibku? Bukankah akan menderita?”

“Kamu boleh menikah dengan laki-laki lain.” Kata Yulianto Hua.

“Apa yang kamu bicarakan? Maksudmu jika kelak merasa menyesal, kamu sungguh akan membuangku?” Kataku dengan panik.

Dia malah terlihat sangat santai: “Aku tidak berkata pasti akan menyesal, bukankah kamu yang mengatakan semuanya, demi membuatmu senang, aku pun meniru semua perkataanmu.”

Barulah aku sadar dia sedang mengerjaiku! Sial!

Timbul rencana baru dalam pikiranku: “Kalau begitu aku putuskan tidak pergi ke Amerika bersamamu.”

“Hm? Kenapa lagi ini?”

“Karena kelak aku juga akan menyesal, jadi aku tidak akan pergi.” Jawabku dengan datar.

“Apa lagi yang kamu sesalkan? Kenapa kamu tahu kelak akan menyesal?” Yulianto mulai terheran-heran.

“Karena kelak kamu akan meninggalkanku, kamu menyesal, dan aku ditinggalkan, bagaimana mungkin tidak menyesal? Aku juga sedang meniru semua perkataanmu.”

“Oh, ternyata kamu permainkan aku ya.” Yulianto menjulurkan tangan menggelitik aku, aku segera menepis tangannya, mengisyaratkan bahwa ada supir yang sedang memerhatikan dari depan.

Setelah itu Yulianto tiba-tiba teringat sesuatu, lalu tertawa terbahak-bahak.

Aku bisa merasakan tawa yang jahat dari mulutnya, takut dia menyusun rencana licik padaku, aku pun bertanya apa yang dia tawakan.

“Masih ingatkah kamu saat kita minum bersama, apa yang aku dan Rick Chen janjikan pada Kakak?”

Aku berusaha mengingatnya kembali, akhirnya teringat, saat itu dia dan Yulianto Hua berkata, kelak tidak akan menikah.

Kini dipikir-pikir, Rick Chen telah dicelakai dan tertipu oleh Yulianto. Yulianto sendiri sama sekali tidak bercerai, tentu saja tidak akan menikah lagi.

“Ternyata itu yang sedang kamu tawakan. Kamu terlalu jahat, kamu tidak perlu menikah lagi, tetapi malah membuat Rick Chen kehilangan hak menikah.”

“Orang seperti Rick Chen, siapa lagi yang harus dicelakai jika bukan dirinya. Sebenarnya itu juga salah satu rencana licik Kakakku. Kakakku memang tidak ingin membiarkan dia menikah. Jika ingin menikah, dia juga harus meminta persetujuan Kakakku.” Kata Yulianto Hua.

“Sebenarnya aku selalu merasa heran, Rick Chen begitu menyukai Kak Ivana. Kenapa saat itu dia sendiri mendorongnya jatuh ke dalam jurang?”

Yulianto menggelengkan kepala, berkata: “Jujur saja, aku juga tidak tahu jelas soal masalah ini. Pernah aku tanyakan pada Kakak, namun dia tidak bersedia menjelaskan, selalu berkata kepalanya sakit setiap kali mengungkit masalah itu. Tidak ingin membuka luka lamanya, aku pun tidak banyak bertanya.”

“Ha? Kamu sendiri tidak tahu jelas, aku kira kamu tahu. Kenapa kamu tidak tanyakan pada Rick Chen?”

“Pernah tanyakan. Rick juga tidak bersedia membahasnya. Dia memintakut menanyakan pada Kakakku, keduanya saling mendorong, aku pun dibuat bingung.”

“Kalau begitu benar-benar aneh. Tetapi Rick Chen benar-benar menyukai Kak Ivana, semua orang tahu akan ini.”

“Jika dia menyukai Kakakku, dia tidak mungkin mencelakainya! Aku tidak akan setuju dia berhubungan lagi dengan Kakakku, aku tidak akan setuju.”

“Itu urusan mereka berdua, untuk apa kamu campur tangan, seharusnya kamu mendengarkan perkataan Kak Ivana, sekarang malah ikut mengatur-atur masalahnya, kamu berpikir kejauhan.” Kataku menyerang Yulianto tanpa sedikitpun berperasaan.

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu