Nikah Tanpa Cinta - Bab 262 Tidak Berkata apa-apa

Aku mengabaikannya. Tidak berkata apa-apa.

Dia ingin menjulurkan tangannya untuk menarik aku, aku menepiskan tangannya, "Yulianto Hua jika kamu berani menyentuhku, aku akan berteriak. Aku akan menuntut kamu karena berbuat tidak senonoh!"

“Aku tidak ingin berbuat apa-apa padamu, aku hanya ingin bicara denganmu. Kita sudah lama tidak bertemu, apa kamu tidak ingin bicara denganku?” Nada suara Yulianto Hua terdengar sedikit sedih, mungkin aku berpikir terlalu banyak, orang yang begitu kejam, bagaimana dia bisa sedih?

"Di antara kita, apa lagi yang bisa dikatakan. Aku hanya berharap kamu memperlakukan anak dengan baik, aku ingin melihatnya."

“Tapi dengan sikapmu kepadaku, bagaimana aku bisa membiarkanmu melihat anak itu?” Kata Yulianto Hua dingin.

Ini terasa sedikit mengancam, aku merasa sangat kesal.

"Itu anakku. Kenapa aku tidak bisa melihatnya?"

"Anak itu milikku, aku ingin kamu melihatnya, baru kamu dapat melihatnya. Aku tidak ingin kamu melihatnya, kamu jangan harap bisa melihatnya. Orang pintar seperti kamu harusnya mengerti bahwa jika kamu ingin melihat anak, kamu harus memiliki hubungan yang baik denganku."

Aku mendengus dan memakinya tidak tahu malu dengan pelan.

Aku memakinya dengan sangat pelan, tapi dia masih bisa mendengarnya. "Sikapmu sangat buruk. Jika kamu terus seperti ini, seumur hidup ini jangan berharap ingin melihat Melvin lagi!"

"Orang bisa tidak tahu malu, tapi mereka tidak bisa tidak tahu malu sampai pada titik di mana manusia dan dewa marah. Itu adalah darah dagingku sendiri, jika kamu tidak mengizinkan aku melihatnya, itu tidak hanya tidak adil bagiku, tetapi juga tidak adil kepadanya." Kataku dingin.

Yulianto Hua tidak langsung membalasku kali ini. Lalu dengan begitu saja keluar dari lift dengan diam, aku berjalan menuju restoran, dan dia mengikutiku di belakang.

Aku melihat bahwa dia akan pergi ke restoran juga, jadi aku berbalik untuk kembali. Tapi dia juga ikut berbalik dan kembali. Tiba-tiba aku memikirkan sebuah kata yang sangat tidak enak didengar: ulat pengikut.

“Jangan ikuti aku.” Aku berteriak padanya tanpa daya.

“Tempat ini bukan rumahmu. Kamu bisa pergi dan aku tidak bisa pergi?” Dia bertanya dengan ekspresi hampa.

Aku tidak bisa berkata-kata, meskipun aku tahu dia sedang bertindak kurang ajar.

Tentu saja aku hanya bisa pergi menuju kamar, tapi dia terus mengikuti. Kemanapun aku pergi, dia akan pergi. Aku benar-benar sial, mengapa aku harus salah membaca nomor kamar? Mengapa aku harus mengusiknya? Jika aku berhati-hati sehingga tidak salah membaca nomor kamar, mungkin saja dia tinggal di tempatnya, aku tinggal ditempatku, mungkin saja tidak akan pernah bertemu.

“Yulianto Hua, kamu juga orang yang memiliki identitas, kamu begitu tebal muka menjadi ulat pengikut seperti ini, tidakkah kamu malu?” Aku sudah tidak tahan, berbalik dan berteriak padanya.

“Aku mengikuti istriku, aku ingin melindunginya, apa yang memalukan tentang itu.” Yulianto Hua tenang.

“Jangan ikuti aku, aku sudah tidak tahan denganmu,” aku berteriak.

“Kita sudah begitu lama tidak bertemu, aku ingin makan denganmu. Asalkan kamu berjanji padaku, aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi, dan ketika anak itu pulang ke dalam negeri, aku akan membiarkan kamu bertemu dengannya.” Kata Yulianto Hua serius.

Sebenarnya hatiku tergerak. Meskipun aku membencinya karena tidak berperasaan, aku tidak kesal padanya. Kalau tidak, ketika aku melihatnya di bandara, aku tidak akan menangis seperti anjing.

Tetapi aku juga tidak ingin menyetujuinya, karena aku takut jika aku terlalu banyak berhubungan dengannya, hatiku akan melunak, dan aku akan lupa bahwa dia telah memperlakukanku dengan sangat kejam sebelumnya.

Beberapa orang hanya bisa sepenuhnya dihindari, barulah bisa mencegah walau sudah berpisah tapi masih terus berhubungan. Barulah bisa menghindari pengulangan kesalahan yang sama.

“Jangan khawatir, aku tidak akan melakukan apapun padamu. Aku berjanji aku hanya ingin makan denganmu. Jika kamu tidak setuju, aku akan terus mengganggumu dan membuatmu merasa tidak nyaman. Aku juga akan datang untuk memukul pintumu di tengah malam. Aku selalu melakukan apa yang aku katakan. "

Di lubuk hatiku ada sebuah suara yang berteriak: Setuju saja, setujuilah!

Lalu ada suara lain yang mengingatkan: abaikan dia! Jangan maafkan dia, dia yang meninggalkanmu saat dia sampai pada posisi tinggi!

Kedua suara itu berganti-ganti, bertarung dengan sengit sehingga untuk sesaat aku tidak bisa mengambil keputusan.

"Orang yang hari ini itu bukan pacarmu. Saat itu aku tidak menyadarinya, tapi kemudian aku mengerti. Sorot matamu ketika melihatnya, tidak hanya asing tapi juga waspada, bagaimana mungkin dia adalah pacarmu. Karena dia bukan pacarmu, berarti kamu sendirian, memangnya kenapa jika kamu menemaniku makan? Anggap saja sebagai teman yang sudah lama tidak bertemu."

Nada bicara Yulianto Hua menjadi lebih lembut, tidak lagi terlalu kaku, tetapi lebih bernada membujuk.

Suara hatiku yang memintaku untuk menyetujuinya akhirnya mengalahkan suara yang memintaku untuk menolaknya, perasaanku mengalahkan logikaku, di luar dugaan aku pun mengangguk!

Mata Yulianto Hua berbinar, "Mau makan apa? Ayo keluar makan, jangan makan di restoran hotel, kita makan lobster air tawar saja, supaya kita bisa minum-minum!"

Lobster air tawar yang berwarna emas tiba-tiba muncul di benakku, sudah lama aku tidak memakannya! Bagaimanapun, karena sudah setuju dengannya, makan apapun sama saja, makan dimana pun juga sama, kalau begitu makan lobster air tawar saja!

Setelah keluar dari hotel, Yulianto Hua membawaku naik Cadillac, ini mobil khusus yang dia pesan atau mobil dari cabang Hua’s Inter Company disini, entahlah. Aku duduk di kursi belakang, dan Yulianto Hua duduk di sampingku, supirnya pun mengemudi tanpa sepatah kata pun.

Aku tiba-tiba merasa bahwa aku ini benar-benar lemah, aku telah bersumpah berkali-kali di dalam hati. Aku tidak akan peduli lagi dengan Yulianto Hua, tetapi aku tidak tahan dengan gangguannya, jadi aku akhirnya berkompromi. Aku tidak tahu apakah itu kompromi padanya atau kompromi pada hatiku sendiri.

Lokasinya seharusnya sudah ditetapkan sebelumnya, karena supirnya sama sekali tidak menanyakan alamatnya, langsung membawa kami ke pintu sebuah restoran di pinggiran kota, lalu turun dari mobil dengan diam dan membukakan pintu agar kami turun.

Ada sebuah restoran bernama ‘Tiger Prawn’, sekali lihat langsung tahu bahwa itu adalah tempat khusus untuk makan lobster air tawar. Sebenarnya Yulianto Hua tidak begitu suka makan lobster air tawar, tapi dia tahu aku suka.

Kami naik ke lantai tiga, ada anggur dan tanaman lain yang ditanam di atap terbuka, ada sebuah paviliun di tengah dengan meja di dalamnya dan dua tempat, kami makan di sini.

Lingkungan ini tidak diragukan lagi sangat cocok untuk makan loster air tawar. Jenis makanan seperti lobster air tawar selalu dianggap tidak berkelas, dan tidak tersedia di beberapa restoran kelas atas. Karena banyak orang kelas atas yang menganggap bahwa lingkungan tempat tinggal udang jenis ini tidak baik dan kotor, jadi mereka tidak mau memakannya. Banyak orang yang aku kenal sebelumnya menolak makan jenis makanan ini. Yulianto Hua tampaknya memiliki pemikiran seperti itu, jadi ketika dia menawarkan untuk makan lobster air tawar hari ini, sepenuhnya untuk menyenangkan aku.

Jika wartawan memotret Pimpinan Hua’s Inter Company yang bermartabat sedang makan di restoran sekecil ini, mungkin itu akan menimbulkan banyak spekulasi.

“Bagaimana, puaskah dengan tempat ini?” Yulianto Hua menatapku dengan manis.

“Bagaimana kamu tahu tempat ini?” Tanyaku pelan.

“Sejak pertama kali aku melihatmu di bandara, aku sudah memikirkan tentang apa yang akan kita makan malam ini, setelah memikirkannya, kamu seharusnya sudah lama tidak makan lobster air tawar, jadi aku mulai meminta orang untuk mencari tempat, setelah mencari seharian, tempat inilah yang paling cocok."

Suara di dalam diriku berteriak lagi: Jangan terharu, jangan tergerak hanya karena tindakan kecilnya!

“Kamu benar-benar percaya diri. Bagaimana kamu tahu bahwa aku akan setuju untuk makan denganmu? Jika kamu tidak terus menggangguku seperti kembang gula yang alot, aku tidak akan makan denganmu,” kataku dingin.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu