Nikah Tanpa Cinta - Bab 419 Pesta Minum

Meski merasa sangat penasaran, aku tidak bertanya pada Alfred perempuan mana yang dia sukai. Sesuai dengan sifatnya, sekalipun aku bertanya, dia juga tidak mungkin mengatakannya. Maka dari itu lebih baik tidak aku tanyakan.

Tetapi saat ada waktu luang kelak aku harus membicarakannya dengan Yulianto, Alfred Jiang adalah sahabat baiknya, seharusnya lebih diperhatikan, tidak boleh membiarkan Kak Alfred terus menjomblo.

Tidak terasa, kami telah sampai di lokasi pesta minum. Alfred menelepon sesaat, memintaku menunggu sebentar, setelah itu Yulianto pun sampai.

Aku sangat terkejut, berkata bahwa dia adalah bintang utama dalam acara malam ini, untuk apa dia turun meninggalkan tamu-tamu di atas?

Yulianto menyodorkan sekotak makanan ringan: “Kamu pasti belum makan malam kan, kelak saat tiba di atas, suguhan minuman dari para tamu tidak mungkin dihindari, minum alkohol di saat perut kosong tidak baik untuk kesehatan, jadi kamu harus mengisi perut dulu, dengan begitu tidak akan melukai lambung.”

“Kamu kemari hanya untuk ini?” Aku menerima makanan ringan yang dia berikan.

“Memangnya ini tidak cukup penting? Ini demi kesehatanmu loh, sangat-sangat penting. Cepat dimakan, aku awasi.”

Demi tidak membiarkan dia meninggalkan lokasi acara terlalu lama, aku terpaksa makan dengan cepat. Sebenarnya aku juga tidak lapar, hanya memakan sebagian kecil saja, aku pun menghentikannya.

“Begitu saja sudah kenyang?” Tanya Yulianto sambil menatapku.

“Sebenarnya aku memang tidak lapar, cepat naik ke atas. Hari ini kamu bintang utama, tidak boleh terkesan tidak sopan.”

“Aku sudah turun dari jabatanku, mana ada istilah bintang utama lagi. Pesta minum mala mini hanya bentuk pembuktian dari Bibi Erika bahwa aku mengundurkan diri dari jabatan bukan karna paksaan.” Kata Yulianto sambil tersenyum.

Aku pun menggandeng tangan Yulianto, berjalan memasuki lokasi pesta.

Itu adalah sebuah pesta murni internal, tidak ada tamu lain yang diundang. Yang hadir adalah para komisaris dan petinggi perusahaan, ditambah dengan sebagian partner kerja-sama. Perginya Yulianto Hua tentu menjadi kabar baik bagi orang yang menentangnya, tetapi bagi orang yang mendukungnya, ini adalah kenyataan yang menyakitkan. Bagaimanapun juga, kemampuan Yulianto telah diakui oleh semua orang.

Sama seperti yang Yulianto duga, kehadiran aku membuat para rekan kerja Hua’s Inter Company menghampiri. Bagaimanapun juga, aku adalah orang yang pernah menjadi supervisor di Hua’s Inter Company, memiliki relasi yang cukup baik dengan mereka. Dalam seketika, banyak sekali rekan-rekan bersulang untukku, ada juga yang datang menyapa ramah.

Tentu saja, di antara semua orang itu, ada juga yang merasa kegirangan. Meski malam ini Yulianto adalah seorang bintang utama, tetapi setelah malam ini berlalu, di mata semua orang, dia dinyatakan keluar dari kesatuan itu.

Karena jumlah orang yang bersulang terlalu banyak, aku cemas tidak bisa bertahan lebih lama, segera mencari tempat untuk istirahat. Hasilnya, aku tidak menyadari Daniel Hua dan Felicia Chen yang berdiri di samping, saat ingin menghindar, semuanya telah terlambat.

Daniel Hua terbilang cukup sopan, mengangguk melihatku. Berbeda dengannya, Felicia Chen malah mengekspresikan kegembiraannya secara terang-terangan. “Wahh, bukankah ini tahanan yang selalu digosipkan itu? Kenapa bisa ada disini? Hari ini kami datang untuk mengantar kepergian Yulianto, memangnya juga mengantarmu sekaligus?”

Aku tersenyum, mengangkat gelas minum menghadapnya, lalu menoleh melihat ke sisi lain.

Tetapi dia malah duduk mendekat, tepat di hadapanku, menatapku dengan sangat serius.

Aku tersenyum bertanya: ”Apakah ada yang aneh dengan wajahku?”

“Bukan, aku hanya ingin melihat seberapa kecewanya kamu.. Yulianto telah gugur, dia tidak lagi menjabat sebagai ketua dalam perusahaan, kelak siapa lagi yang akan kamu andalkan untuk bersikap arogan? Saat ini hatimu pasti sedang sangat sedih, senyuman itu hanya senyuman palsu kan?”

Melihat Felicia sengaja menyulitkanku, Daniel Hua tidak berencana memanfaatkan keadaan menyiram minyak, hanya pamitan, lalu pergi.

“Nona Chen, cukupi saja, tidak seharusnya mendesak orang seperti ini. Kamu juga sudah berkata, Yulianto telah gugur, kelak tidak akan menjadi ancaman lagi bagimu, untuk apa kamu masih mempersulit keadaan denganku?” Kataku sambil menahan emosi dalam diri.

“Aku juga tidak tahu kenapa, setiap kali melihat wajahmu ini aku selalu merasa emosi. Aku tidak senang melihatmu, beribu-ribu rasa tidak senang, aku hanya ingin menginjakmu, aku ingin menjatuhkanmu, menghinamu.” Perkataan itu diucapkan dengan terus terang, langsung pada intinya.

“Kebetulan sekali, aku juga tidak senang melihatmu. Tetapi aku sudah malas ribut denganmu. Jika kamu memang merasa keadaan kami sekarang sangat menderita, maka jangan cari masalah lagi dengan kami, kelak jalani hidup masing-masing saja ya?”

“Saat itu kamu merebut Yulianto dari tanganku, inilah penghinaan terbesar dalam hidupku! Rasa benci ini tidak akan aku lupakan seumur hidup! Hari ini, melihat kamu dan Yulianto bernasib sial, aku benar-benar senang. Laki-laki buta seperti Yulianto, hanya pantas menjadi gelandangan, kamu juga hanya pantas dipasangkan dengan seorang gelandangan!”

Aku tertawa kecil melihatnya, melihat dia melampiaskan rasa benci yang selalu tidak terlampiaskan dari dulu.

“Apa yang kamu tawakan, kamu bahkan masih bisa tertawa? Apakah kamu berencana menggunakan tawa palsu untuk menutupi rasa sakit dalam hati?” Dia lanjut mendesak.

Aku pun mengerti, jika aku tidak segera membalas serangannya, dia tidak akan mengakhiri semuanya.

Aku dan Yulianto akan segera meninggalkan Shanghai menuju Amerika, dalam hati aku ingin melewatkan dan melupakan segala dendam yang ada, tidak ingin mempermasalahkannya lagi. Tetapi meski aku berpikir demikian, orang lain tidak melakukan hal yang sama. Jika aku tidak membalas serangannya, dia akan tetap mendesak dan menindasku.

“Baik, aku akui, aku sangat sial, benar-benar bernasib malang.” Kataku sambil menganggukkan kepala.

Felicia pun tertawa lebar: “Ini baru benar, untuk apa ditahan-tahan terus. Aku tahu kamu sangat menderita, juga harus berpura-pura tertawa, apakah kamu tidak lelah?”

“Lelah, lelah sekali!” Aku mengangguk dengan tegas. “Yulianto lepas dari jabatannya, aku dan dia akan segera berangkat ke Amerika. Mulai sekarang, setiap kali bangun tidur aku bisa melihat wajahnya, merasakan aroma tubuhnya. Menyebalkan sekali bukan! Kami akan melihat anak-anak kami tumbuh sehat, kami akan membawa anak-anak kami keliling dunia, kami masak bersama, bermain layang-layang bersama, menyaksikan matahari tenggelam bersama. Kehidupan yang begitu indah, akan segera aku jalani, sungguh melelahkan!”

Senyuman Felicia Chen menjadi kaku, ekspresi wajah menjadi datar. Aku sungguh tidak ingin menyiksa batinnya, tetapi dia masih terus mencari masalah denganku, aku tidak punya pilihan lain.

“Dan berbeda dengan kamu, Nona Chen, kamu masih bisa menetap di Shanghai, bersaing dengan ketua yang baru. Melanjutkan sandiwara dan tipu daya di antara kalian. Kalian lanjutkan saja ya, aku dan Yulianto tidak bisa ikut meramaikan lagi, kami ingin menjalani kehidupan pasangan yang indah. Tetapi sayang sekali kehidupan seperti itu selalu menyakitkan di matamu, jadi aku hanya bisa memberitahumu, aku bernasib malang!”

Selesai berkata, aku pun merasa gembira, hati terasa sangat lega.

“Ivory Yao, kamu jangan terlalu menyombongkan diri. Aku sama sekali tidak iri padamu! Kamu pergi ke tempat lain bersama seorang Tuan Muda gelandangan, apa yang bisa dibanggakan?”

“Benar, makanya nasibku sangat malang, bisa-bisanya aku hidup bersama seorang Tuan Muda gelandangan, benar-benar……”

“Kata siapa aku seorang gelandangan? Apakah penampilanku terlihat menderita?” Begitu menoleh ke samping, terlihat Yulianto yang entah sejak kapan telah datang.

Aku pun tidak kuat menahan tawa: “Bukan aku yang mengatakannya, tetapi Nona Chen, jadi aku menyebutmu Tuan Muda gelandangan. Hanya saja sudah seharusnya kamu bersyukur, meski sebagai gelandangan, kamu masih disebut sebagai seorang Tuan Muda, sedangkan aku jauh lebih kasihan, aku hanya seorang tahanan penjara, sungguh tidak pantas dianggap sebagai manusia normal.”

Yulianto melihatku dengan ekspresi sinis: “Ivory Yao, kamu semakin membosankan, bisa-bisanya membicarakan hal-hal membosankan dengan orang yang membosankan, cepat kesana, ada beberapa teman ingin berbicara denganmu.”

Raut wajah Felicia Chen semakin buruk. “Yulianto, apa maksudmu, siapa yang kamu maksud membosankan?”

Yulianto sama sekali tidak mempedulikannya, langsung menggandengku pergi.

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu