Nikah Tanpa Cinta - Bab 231 Berusaha Lebih Keras

Butuh waktu lama untuk menunggu lift, setelah sampai di tempat parkir, aku duduk di dalam mobil sebentar.

Akhirnya menerima telepon dari Hendra Hua yang memintaku pulang terlebih dahulu, nanti akan ada supir yang menjemputnya.

Krisis puncak telah berlalu, berpikir bahwa akulah yang membantu Yulianto Hua masuk rapat direksi, membuat diriku merasa senang.

Ketika setengah perjalanan, ada telepon yang masuk, Melvin yang meneleponnya, dia bertanya apakah aku hampir sampai ke rumah. Aku bilang sudah hampir sampai, lalu tiba-tiba dia bertanya, "Ibu, apakah kamu lapar? Lelah tidak?"

Aku membeku sesaat, tiba-tiba mataku menjadi panas. Pandanganku seketika menjadi kabur, dia dengan cepat menyeka matanya, mengatakan bahwa ibu tidak lapar ataupun lelah.

Karena hal ini, tidak peduli apa yang aku lakukan, aku pikir bahwa itu memang hal yang seharusnya aku lakukan, agar Melvin dapat hidup lebih baik, aku juga harus bekerja lebih keras.

Sampai di Maple Garden, ketika memarkir mobil, Melvin langsung datang. Dengan senang hati memberi tahuku bahwa ayahnya pulang kerja lebih awal hari ini dan tadi bermain dengannya sebentar. Aku bertanya kepadanya apa yang sedang dilakukan ayahnya sekarang dan Melvin berkata bahwa dia sedang menelepon.

Aku pergi ke dapur dan melihat Kak Yulie dan lainnya sedang sibuk. Mereka sedikit gugup ketika mendengar bahwa Hendra Hua akan datang untuk makan malam. Bagaimanapun, ayah Yulianto Hua yang datang.

Saat berbicara, terdengar suara mobil, aku kira Hendra Hua yang datang, tapi ternyata bukan, Alfred Jiang yang membawa ikan.

Kami memintanya tinggal untuk makan bersama, tapi dia bilang ada janji, setelah menaruh ikan dia langsung pergi. Yulianto Hua turun tangan pergi ke dapur untuk memasak ikan.

Ikan belum siap, Hendra Hua sudah tiba.

Yulianto Hua ada di dapur, jadi aku yang menyambutnya. Hendra Hua turun dari mobil dan menyuruh sopirnya pulang kerja dan membawa mobilnya kembali.

"Direktur, lewat sebelah sini." Aku membungkuk dan berkata.

"Hei, sudah di rumah sekarang, apanya yang direktur?" Hendra Hua mengomel sambil tersenyum.

"Ayah." aku memanggil dengan canggung. Kata ini sangat aneh bagiku karena aku tidak tahu siapa ayahku dan aku tidak punya kesempatan untuk menyebutnya. Jadi aku merasa sangat canggung ketika mengucapkannya.

"Ai, ini baru benar, bagaimana dengan Yulianto Hua, apa yang dia lakukan?" Hendra Hua bertanya sambil tersenyum.

"Yulianto memasak ikan untukmu. Ikan sungai yang segar, bukan ternakan. Yulianto menyiapkannya khusus untukmu."

"Haha, Yulianto adalah orang yang paling banyak makan ikan di Shanghai. Ikan yang dia pilih pasti enak, aku terhitung beruntung." Hendra Hua tertawa terbahak-bahak.

Hendra Hua memiliki aura yang berbeda ketika pulang dari perusahaan. Setelah dia meletakkan barang-barang yang dia pegang, dia tampak lebih mudah didekati.

Aku membawa Hendra Hua ke ruang tamu dan menuangkan teh untuknya. Dia menyuruhku tidak bekerja dan menemaninya berbicara.

Sebenarnya dalam hati aku ingin bertanya, apakah Erika Feng sebelumnya bertengkar dengannya di perusahaan? Tapi aku tidak bisa bertanya, namun melihat penampilan Hendra Hua, suasananya tidak buruk, seharusnya baik-baik saja.

"Ngomong-ngomong Ivory, bagaimana kabar orangtuamu? Jika memiliki kesempatan mari kita saling bertemu." Tanya Hendra Hua tiba-tiba.

Aku tidak mengatakan kepadanya bahwa aku tidak tahu siapa orang tua kandungku, aku hanya mengatakan bahwa orang tuaku telah meninggal beberapa tahun lalu. Jawaban itu juga tidak terhitung membohonginya, karena orang tua angkatku memang sudah meninggal beberapa tahun lalu.

"Oh, maafkan aku. Menngingatkanmu pada hal yang menyakitkan." kata Hendra Hua.

Aku tersenyum, "Tidak apa-apa, setelah sekian lama, rasa itu akan memudar."

Saat ini Yulianto Hua masuk, berkata bahwa ikannya sudah siap dan sudah waktunya makan. Dia bertanya pada Hendra Hua anggur apa yang akan diminum.

Hendra Hua mengatakan bahwa dia hanya meminum Moutai, sedikit saja sudah cukup.

Jadi pindah ke ruang makan dan mulai makan.

Menurut aturan, Melvin tidak boleh makan di meja, tetapi Hendra Hua bersikeras agar Melvin makan bersama, mengatakan bahwa dia ingin menikmati kebahagian di keluarga.

Melvin secara alami merasa senang karena makan malam bersama kami. Dia melihat Hendra Hua dan Yulianto Hua minum bir, dia juga menuangkan jus ke gelasnya. Melihat mereka minum, dia juga mengikutinya. Bahkan dia juga menunjukkan ekspresi menikmati minuman, membuat Hendra Hua tertawa.

"Yulianto, sudah lama sekali sejak kita berdua minum bersama. Benar-benar tidak mudah." Hendra Hua sangat emosional.

"Ayah biasanya melakukan pemeriksaan tubuh, apa hasilnya normal? Lebih baik kurangi minum alkohol." kata Yulianto Hua.

"Normal, normal. Tapi bagaimanapun juga, energiku tidak sebaik dulu. Dari kalian bertiga, kamu yang paling kuat, juga paling tidak menurut, jadi selama beberapa tahun ini kita memiliki sedikit jarak, tapi kita berdua adalah ayah dan anak, ini adalah faktanya, jadi kamu jangan sampai lupa."

"Ayah, jangan berkata seperti ini, tidak ada jarak di antara kita, walaupun gaya kerjaku berbeda denganmu, tapi aku selalu menghormatimu di dalam hatiku." Kata Yulianto Hua cepat.

Aku jarang melihat Yulianto Hua berbicara begitu lembut. Benar-benar jarang.

Tapi aku selalu merasa bahwa meskipun mereka di permukaan tampak sopan, tapi selalu ada jarak, mungkin karena mereka terlalu sopan sehingga menjadi tampak menjauh.

"Di antara tiga bersaudara, kamu yang paling memiliki kemampuan. Meskipun kakak laki-lakimu juga aktif, namun dalam hal IQ dan bakatnya jauh lebih rendah daripadamu. Kakak keduamu tidak beruntung karena cacat. Hanya kamu yang berbakat dan cocok untuk bisnis. Tapi kamu bertingkah tidak masuk akal, sejak kecil aku sudah bilang padamu bahwa kamu berbeda dari anak orang lain, tapi kamu terus berkelahi dan membuat masalah. Jika kamu mendengarkan aku dan bersikap baik, maka tidak akan ada kejadian masuk penjara, juga tidak akan mempengaruhi perkembanganmu... "

"Ayah, masa lalu tidak perlu diungkit lagi. Mari minum bir, ayah, aku menghormatimu, terimakasih karena terus mengayomi keluarga, membangun Hua’s Inter Company, kamu sudah bekerja keras." Yulianto Hua mengangkt gelasnya dan memotong perkataannya ayahnya.

Meskipun perkataan Yulianto Hua sopan dan berbakti, jelas ada perlawanan dalam emosinya.

Aku khawatir akan ada konflik verbal antara keduanya setelah minum, maka itu akan buruk, jadi aku segera mengangkat cangkir, "Ayah, aku juga menghormatimu."

Hendra Hua mengangkat kepalanya dan menyesap anggur, "Emosi Yulianto benar-benar tidak berubah. Masih sangat keras kepala. Oke, mari kita tidak membicarakan masa lalu. Ngomong-ngomong, apa kalian sudah melihatnya? Bagaimana?"

Aku belum menyadari siapa yang dikatakan Hendra Hua tentang 'dia', Yulianto Hua telah menjawab, "Jika Ayah benar-benar peduli dengan kakak perempuan, mengapa tidak mengunjunginya?"

Sebelumnya Yulianto Hua mempertahankan nada suaranya dalam mode lembut, tapi ketika dia mengatakan ini, perkataannya menjadi lebih kasar.

Kalau soal Ivana Hua, aku tidak tahu keseluruhan ceritanya, jadi aku tidak berani menyela. aku hanya berdoa dalam hati agar mereka berdua tidak bertengkar, jika tidak maka aku tidak tahu bagaimana cara menghadapinya.

"Dia tidak mendengarkanku dan tidak menganggap aku sebagai seorang ayah. Bagaimana aku bisa memandangnya, Yulianto, apakah kamu menyalahkanku atas urusan saudara perempuanmu?" Nada suara Hendra Hua juga menjadi lebih dingin.

"Ayah menganggap aku dan kakak perempuan sebagai aib. Tentu saja, aku tidak bisa menyalahkan ayahku. Kebanggaan ayah adalah kakak pertama dan kedua, bukan aku dan kakak perempuan. Aku tahu ini. Maksudku, karena ayah bisa secara terbuka mengumumkan bahwa kakak perempuan tidak memiliki hubungan dengan Keluarga Hua lagi, mengapa berpura-pura peduli dengan kakak perempuan? "

"Plak!" Hendra Hua menepuk sumpitnya dengan keras.

Kacau, hal yang paling membuatku khawatir akan terjadi. aku tidak berani berbicara, menatap Melvin, mengedipkan mata lagi dan lagi.

"Kakek, jangan bertengkar, aku takut." Melvin ternyata mengerti maksudku, dia berkata dengan manis.

Wajah kaku Hendra Hua sedikit mengendur sekarang, "Melvin jangan takut, tidak ada pertengkaran, tidak ada pertengkaran."

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu