Nikah Tanpa Cinta - Bab 437 Pertemuan Tidak Menyenangkan

Aku berdiri, "Pertanyaan terakhir, bukankah kamu menyesal menyerahkan posisi Direktur perusahaan demi aku?"

“Jangan berpikir aneh-aneh, tidak ada masalah, kamu tahu, aku tidak pernah menyesali yang telah kulakukan.” Kata Yulianto Hua.

"Lalu kenapa kamu tidak pulang ke rumah? Kenapa harus tinggal di rumah Kak Alfred?"

“Di sini lebih nyaman untuk melakukan sesuatu.” jawab Yulianto Hua.

Ini jelas-jelas bukan jawaban yang benar. Dikatakan rumah sendiri lebih baik dari tempat mana pun. Apa ada alasan lebih baik kenapa tinggal di rumah orang lain lebih nyaman dibanding tinggal di rumah sendiri?

Kecuali ada kemungkinan lain, yaitu aku tidak boleh tahu apa yang sedang dia lakukan, karena ada kehadiranku, jadi dia tidak nyaman. Tetapi apa itu? Jika ada hubungannya denganku, dan jika tidak ada hubungannya, kenapa harus menghindar dariku?

"Aku tahu." Aku menjawab singkat, "Kamu tidak begitu nyaman jika ada aku."

"Bukan ini maksudku ..." Yulianto Hua menghela nafas, "Baiklah, jangan bicarakn ini lagi. Kak Alfred akan mengantarmu, pokoknya tunggu saja di rumah dengan tenang."

Awalnya, aku mau memberitahunya tentang masalah Kota Y, memberitahu dia bahwa telah dipastikan jika aku adalah Feline Tsu yang sudah mati bertahun-tahun. Tetapi karena dia tidak memberitahuku soal masalahnya, jadi aku takut dia tidak tertarik dengan masalahku.

Aku berjalan keluar, lalu ketika menengok ke belakang, Yulianto Hua duduk di sana, sama sekali tidak bergerak. Pada saat ini, aku melihatnya dengan detail, meski ada sebotol anggur merah di sampingnya, dan aku sudah mengobrol dengannya begini lama, sedikit pun dia tidak meminumnya.

Ini sama sekali bukan gayanya. Biasanya saat berbicara denganku, dia akan minum anggur merah dengan sangat cepat. Dia dan Ivana Hua, kakak dan adik ini punya kesamaan, yaitu mereka suka minum anggur.

Berdasar kebiasaannya, seharusnya anggur merah itu sudah habis diminumnya. Tetapi dia tidak bergerak sedikit pun. Jika dia tidak mau meminumnya, untuk apa dia menaruh sebotol anggur di sana?

Memikirkan ini, aku curiga. Ada yang salah dengan Yulianto Hua, sebenarnya apa itu, aku tidak tahu apa yang salah.

Aku tetap tenang, lalu mengikuti Kak Alfred keluar dari vila. Masuk ke mobil.

Dia menyalakan mobil dan mengantarku kembali ke Maple Garden. Sepanjang jalan, aku memikirkan apa yang salah dengan Yulianto Hua, dan sepertinya aku sedikit mengerti.

“Apakah Yulianto Hua sakit?” Aku bertanya pada Alfred Jiang.

“Tidak.” Alfred Jiang menjawab dengan tenang.

"Lalu kenapa dia tidak pulang, tapi tinggal di rumahmu? Apa yang dia lakukan?"

“Aku tidak bisa mengatakan ini,” Alfred Jiang menjawab ini dengan cepat.

Ini adalah gayanya, dia tidak berbohong, jika dia tidak bisa mengatakannya, maka dia tidak bisa mengatakannya. Dan dia akan langsung memberitahumu soal ini.

“Mengerti.” Lalu aku tidak bicara lagi.

Setelah kembali ke Maple Garden, aku turun dari mobil, tapi aku tidak kembali ke kamar, tunggu sampai Alfred Jiang pergi, aku dengan cepat menyalakan mobil, lalu dengan cepat pergi ke vila Alfred Jiang.

Aku tidak tahu apa yang mau kulakukan atau apa yang bisa aku lakukan, aku hanya mau kembali, aku ingin tahu, sebenarnya apa yang Yulianto Hual lakukan? Apa yang terjadi padanya?

Aku mengemudi agak cepat, ketika sudah mendekati vila, aku benar-benar mengejar mobil Alfred Jiang. Aku mengikutinya dari belakang.

Ketika tiba di vila, Alfred Jiang turun dari mobil dan bertanya padaku, kenapa kembali lagi?

Aku mengatakan jika aku lupa ada masalah penting, lalu kembali untuk memberi tahu Yulianto Hua.

Alfred Jiang berkata hari ini sudah sangat larut, kenapa tidak besok baru memberitahunya? Aku sudah belajar dari nada bicaranya tadi, aku tidak bisa memberitahu kamu.

Alfred Jiang tidak mengijinkan aku masuk, menyuruhku untuk menunggu di luar, dia berkata bahwa dia akan masuk dan berbicara dengan Yulianto Hua dulu.

Aku berkata bahwa ini bukan area terlarang, kenapa aku tidak bisa masuk? Aku istri Yulianto Hua, lantas jika aku mau bertemu dengannya, apa aku perlu melapor padanya?

Tapi Alfred Jiang masih tidak setuju, aku berkata baiklah, aku akan tunggu di luar.

Ketika dia membuka pintu, aku bergegas masuk. Alfred Jiang tidak menduga seranganku yang tiba-tiba, dia juga tidak dapat menghentikanku.

Yulianto Hua masih berada di posisi yang sama, dia belum tidur. Tapi dia sudah meminum setengah dari anggur merah di atas meja.

“Kak Alfred sudah kembali? Ivory tidak sadar kan?” Tanya Yulianto Hua.

Saat dia mengatakan ini, jarakku tidak kurang lima meter darinya. Dan aku berjalan ke arahnya, meskipun lampu tidak begitu terang, tapi pasti bisa melihatku dengan jelas.

Tapi dia seperti tidak bisa melihatku, hanya bertanya pada Alfred Jiang apakah aku menyadari sesuatu.

Otakku bergetar, hatiku berdebar kencang, Aku mengerti.

"Ivory kembali lagi, katanya ada yang ingin dia sampaikan padamu," kata Alfred Jiang.

“Oh, sudah larut malam begini, jika ada yang mau dibicarakan besok saja. Tapi karena sudah di sini, ayo bicara.” Kata Yulianto Hua dengan tenang.

Aku berjalan mendekat dan duduk di hadapannya.

Suaranya terdengar sangat lembut, "Apa yang mau kamu katakan?"

Aku meraih anggur merah di atas meja, lalu menuangkannya ke gelas. Kemudian tiba-tiba mengangkat gelas anggur di hadapan Yulianto Hua, seperti mau menyiramnya dengan anggur.

Dia tidak bergerak sama sekali. Hatiku semakin kecewa.

“Boleh aku minum anggurmu? Tanyaku padanya dengan suara gemetar.

“Tentu saja, kamu bisa minum sesukamu.” Suaranya terdengar sangat lembut.

"Ayo, kita bersulang. Kamu minum dari botolnya, aku minum dari gelas," kataku.

“Aku tidak minum lagi, kamu yang minum saja,” kata Yulianto Hua.

Aku mengulurkan tanganku dan menggoyangkan tanganku di depannya, “Hari ini Kak Ivana memberiku cincin, cantik tidak?” Aku mengulurkan tanganku di depannya.

“Cantik,” kata Yulianto Hua.

Aku meneteskan air mata, karena aku tidak memakai cincin di jariku, mana ada cincin.

Mungkin Yulianto Hua merasa ada yang salah denganku, "Ada apa? Kenapa kamu sedih?"

“Kenapa bisa begini, kenapa kamu tidak bisa melihat?” Aku menangis dan memeluknya.

Dia tidak mengatakan apa-apa, kemudian perlahan mengulurkan tangannya, memelukku, "Maaf, awalnya aku sudah bilang akan mengajakmu ke Amerika, tidak disangka penyakit mataku yang dulu menyebar, aku tidak dapat melihat."

Aku menangis lebih keras lagi dan memeluknya erat.

Dia menghela nafas dan memelukku dengan erat.

“Tidak apa-apa, ini karena penyakit dulu, ada kemungkinan bisa sembuh, sekarang aku sedang dalam pemulihan. Setelah beberapa saat, nanti akan baik-baik saja.” Yulianto Hua menghibur aku.

“Tapi kenapa sebelumnya kamu tidak mengatakannya padaku, kenapa menghindar? Kenapa kamu tidak mau menanggungnya bersamaku? Kita ini suami istri, seharusnya berbagi suka dan duka.” Kataku sambil menangis.

"Kamu sudah cukup menderita, aku tidak mau lagi menyakitimu. Jika mataku masih tidak membaik ..."

Yulianto Hua tidak melanjutkan lagi, tapi aku mengerti maksudnya. Dia selalu tidak pernah mengatakan yang sebenarnya. Dia berencana, jika matanya masih belum membaik, maka dia akan berpisah dariku. Lalu dia akan menanggung semuanya sendiri.

"Jika matamu membaik, tentu saja akan membaik. Tapi jika tidak, aku bisa menjadi matamu. Aku bisa melihat."

"Aku tidak bisa menjagamu, melindungimu. Aku hanya melelahkanmu. Ini bukan yang aku inginkan. Jika aku hanya membebanimu, aku akan berpisah darimu. Kamu sudah menderita, jangan terus menderita. "

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu