Nikah Tanpa Cinta - Bab 103 Berusaha Tampil Sebaik Mungkin

"Kalau begitu selamat ya? Kamu akhirnya mencapai mimpimu, menemukan cinta sejatimu." aku berkata dengan dingin.

"Sama-sama. Selamat juga untukmu." Yulianto Hua menyindir, "Oh iya, kedepannya jangan mencari koran kecil lagi. Sudah bukan zaman media kertas lagi, pengaruhnya sangatlah terbatas."

"Baik, aku tahu." aku berkata dingin, lalu berjalan melewati tubuhnya ke arah luar.

Tapi dia malah menarik lenganku, "Kamu malam ini tidak makan malam di rumah, pergi kemana?"

"Apa hubungannya denganmu?" aku mencoba melepaskan tangannya.

"Kamu adalah istriku, bagaimana mungkin tidak ada hubungannya denganku?"

"Tuan Hua, kita sudah akan cerai. Kamu sudah menemukan cinta sejatimu, kamu seharusnya menikah dengannya. Aku akan segera menjadi mantan istrimu. Oh, salah, aku dari dulu juga bukan istrimu. Aku hanyalah alat yang kamu manfaatkan saja."

"Sebelum cerai, kamu tetap adalah istriku. Kamu melakukan hal yang memalukan, tetap membuat malu diriku, jadi aku harus mengaturnya."

"Jadi psikologimu tidak normal? Kamu sambil bercinta-cintaan dengan Crystal, sambil mengikatku di pernikahan ini? Kenapa?"

Yulianto Hua berkata dengan terus terang, "Sangat mudah, kamu adalah ibu kandung Melvin. Tidak ada orang yang bisa menggantikanmu. Seperti ini saja."

"Jadi Tuan Hua menyuruhku tinggal, hanya karena ingin merekrut suster yang benar-benar bersikap baik pada Melvin saja. Apakah seperti itu?"

Wajah Yulianto Hua seketika berubah dingin, "Memangnya aku tidak baik padamu? Kapan aku menganggapku sebagai pembantu? Yang kamu dapatkan, apakah bisa didapatkan oleh pembantu biasa?"

Aku merasa bingung, masalah ini bukankah seharusnya aku yang marah, kenapa jadi pria ini yang marah?

"Baiklah, yang aku dapatkan memang tidak sama dengan pembantu biasa. Terima kasih Tuan Hua." aku sekali lagi berjalan ke arah luar.

"Aktivitas orang tua dan anak besok, jangan sampai lupa." Yulianto Hua berkata dengan dingin.

Aku tidak mempedulikannya dan langsung pergi ke kamar.

Setelah mencolokkan charger, laptop kembali nyala, tapi aku sudah tidak ada niat untuk bekerja lagi.

Aku juga sama sekali tidak mengerti bagaimana perasaanku sekarang. Seperti setelah identitas Crystal Lin dibuktikan benar, aku memang mempunyai perasaan gagal yang tidak bisa dideskripsikan. Seperti aku berharap Crystal Lin adalah palsu, tapi aku juga seperti tidak pernah mempunyai pemikiran seperti itu.

Sebenarnya tidak peduli Crystal Lin benar atau palsu, hubunganku dan Yulianto Hua memang tidak pernah normal. Terkadang sikapnya kepadaku sangat baik, tapi begitu membalikkan badan, dia kembali dalam bentuknya yang dingin, membuatku tidak mengerti harus berbuat apa.

Sekarang Crystal Lin ini yang asli. Yulianto Hua tentu akan semakin tidak baik padaku. Keadaanku di rumah ini, hanya akan semakin sulit. Jadi aku harus memikirkan baik-baik kemana aku pergi.

Aku terus memikirkan sampai malam, tetap tidak bisa tidur. Karena besok harus mengikuti aktivitas sekolah, aku hanya bisa mencari satu botol anggur merah, meminum setengah botol, dan memanfaatkan pusingnya kepala, baru bisa tidur.

Keesokan harinya aku dibangunkan oleh Melvin. Melvin sudah berpakaian rapi dan berwajah senang, menyuruhku cepat bangun, hari ini mau ikut aktivitas.

Saat sarapan, Melvin sangat senang sampai tidak makan apapun. Juga terus menyuruh kita cepat, jangan sampai telat.

Saat dalam perjalanan ke TK, aku juga mulai merasa sedikit gugup.

TK tempat Melvin sekolah, adalah TK paling mahal di Shanghai. Bisa dibilang TK-nya para anak-anak keluarga kaya. Harga yang mahal dan tempat yang terbatas, membuat kebanyakan anak biasa terhenti di luar.

Jadi anak-anak yang bisa sekolah di TK ini, pasti mempunyai latar belakang keluarga yang hebat.

Tapi bisa dibayangkan, orang tua yang mengikuti acara ini, pasti juga sangat sangat kaya. Mengikuti acara bersama sekelompok orang yang kaya dan memiliki kekuasaan, aku pasti yang berasal dari keluarga paling biasa, juga yang paling biasa. Perlu diketahui beberapa bulan yang lalu, aku masih menjadi pramuniaga ponsel di sebuah mall.

Tidak apa-apa kalau aku yang malu sendiri, aku takut Melvin mendapat pengaruh. Harga diri anak kecil sangat besar, kalau aku membuat Melvin malu, maka takutnya Melvin kedepannya tidak ingin sekolah di sini lagi.

"Kamu sangat gugup?" Yulianto Hua menoleh menatapku dan wajahnya terlihat menyindir.

"Iya." aku mengakui.

"Bukankah kamu sangat berani, kenapa gugup? Sebuah aktivitas TK saja bisa membuatmu gugup sampai seperti ini?" Yulianto Hua menatapku lurus.

"Guru hanya bilang menyuruh orang tua dan anak mengikuti serangkai acara, tapi tidak bilang lengkapnya, aku khawatir aku tidak bisa melakukannya. Kamu tidak perlu menyindirku. Aku mengakui aku sangat kuno, tidak pernah melihat hal yang mewah."

Yulianto Hua tidak bicara. Lama kemudian, dia tiba-tiba mengatakan satu kalimat, "Kamu tidak perlu khawatir, kamu sangat hebat. Kamu pasti jauh lebih hebat dari nyonya-nyonya kaya itu."

Aku tertawa pahit, "Ini adalah sindiran yang lebih tinggi lagi?"

"Ivory, kamu ini bodoh sekali, selalu menganggap kebaikan orang lain sebagai kejahatan. EQ-mu benar-benar rendah."

"Iya, aku bodoh, aku bodoh." aku tidak ingin beradu mulut di hadapan anak.

"Ibu tidak bodoh. Ibu adalah ibu yang paling pintar." Melvin yang duduk di samping membantuku bicara. Benar-benar anak yang sangat perhatian, ini yang namanya anak kandungku.

"Iya, iya, iya, ibu paling pintar." Yulianto Hua ikut berkata seperti ini.

Sudah sampai di TK. Ini adalah pertama kalinya aku benar-benar masuk ke dalam TK paling mahal di Shanghai. Biasanya sekolah tidak mengizinkan orang tua untuk masuk.

Fasilitas di sekolah ini tidak perlu dikatakan lagi, sangatlah lengkap. Yang paling penting adalah wilayahnya juga luas. Tempat acara ada di lapangan olahraga sekolah.

Pertama-tama kepala sekolah berpidato untuk menyambut para orang tua, lalu mengenalkan satu per satu nama orang tua. Ternyata benar saja, aku kebanyakan pernah mendengar nama mereka di media internet. Mau itu pebisnis, mau itu orang terkenal di dunia pemerintahan, semuanya adalah orang yang terkenal di Shanghai.

Selain itu para orang tua juga saling mengenal satu sama lain, setelah mengenalkan lalu saling menyapa satu sama lain, ada juga yang mengobrol akrab. Hanya aku yang tidak kenal siapapun, sebenarnya lebih jelasnya adalah tidak ada yang kenal aku.

Aku bukanlah orang yang suka bermuka dua, tapi dalam keadaan seperti itu, perasaanku setidaknya juga mendapat sedikit pengaruh, tapi aku berusaha keras mempertahankan senyum.

"Sudahlah, semua orang tua sudah dikenalkan. Kita semua tahu, orang tua adalah guru yang pertama kali dan paling baik yang anak jumpai. Pertumbuhan anak, mendapat pengaruh paling besar dari orang tua. Jadi orang tua harus menjadi teladan di hadapan anak. Sekarang kami mengundang para orang tua untuk melakukan satu pertunjukkan bakat." umum guru cantik yang menjadi pembawa acara.

Aku bertanya bertanya kecil pada Yulianto Hua, "Kenapa aku tidak tahu kalau ada pertunjukkan bakat?"

"Waktu itu sudah telepon dan menghubungi, apa aku tidak memberitahumu?" tanya Yulianto Hua.

Sialan, Yulianto Hua tidak pernah mengungkit masalah ini kepadaku! Sekarang sudah akan tampil, aku bisa tampilkan apa? Aku tidak bisa apapun. Tidak mempersiapkan apapun!

"Nanti kamu tampil saja, aku tidak bisa." aku berkata pelan.

"Bicara omong kosong apa. Semua ibu yang melakukan pertunjukkan, mana ada ayah yang tampil? Aku tidak bisa apapun." kata Yulianto Hua.

"Kalau begitu kenapa kamu tidak katakan dari awal! Sekarang bagaimana? Masih mau membuat malu Melvin?" aku bertanya marah.

"Aku seharusnya sudah menghubungimu, kamu sendiri yang lupa. Kalau benar-benar tidak bisa, nyanyi saja. Kamu pasti bisa nyanyi 'kan?"

"Aku tidak bisa! Aku sudah sangat lama tidak nyanyi!"

"Nyanyi lagu Mandarin pasti bisa 'kan? Yang jelas kamu yang akan tampil. Kalau kamu takut membuat malu anak, maka berusahalah tampil sebaik mungkin." kata Yulianto Hua.\

Kali ini gawatlah sudah.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu