Nikah Tanpa Cinta - Bab 105 Tidak Ada Kharisma

Meskipun dalam hati ibu-ibu belum tentu sudi, tapi mereka juga ikut bertepuk tangan. Karena masalah ini, hanya aku yang bisa melakukannya. Mereka tidak ada yang bisa melakukan.

Aku juga tidak menyangka aku bisa melakukannya. Jadi hatiku memang diam-diam merasa senang, merasa menang.

Tim ibu-ibu sangat iri padaku, malah tim ayah-ayah yang mulai kagum padaku, bahkan ada pria yang inisiatif meminta kartu namaku, bertanya padaku bekerja apa, kenapa memiliki ingatan yang begitu baik.

Aku hanya bicara santai dengan salah satu dari pria di sana, Yulianto Hua ikut ke sana. Setelah sang pria pergi, dia segera memberi peringatan padaku, jangan sembarangan bicara dengan pria-pria di sini. Dia tidak suka aku mengobrol dengan pria lain.

Yulianto Hua benar-benar sangat lucu. Setiap hari Yulianto Hua bermesraan dengan Crystal Lin, sama sekali tidak mempedulikan perasaanku. Aku sekarang hanya mengobrol biasa dengan orang lain, kenapa dia tidak suka?

"Aku tidak suka hal yang kamu lakukan, apa kamu akan lakukan?" aku bertanya ringan padanya.

"Jangan ungkit ini denganku."

"Hal yang kamu lakukan, selalu tidak pedulikan aku suka atau tidak suka. Saat aku melakukan, malah harus bertanya kamu suka atau tidak? Ditambah lagi, aku juga tidak ada apa-apa dengan orang lain, hanya bicara santai saja, kenalan saja, kenapa kamu mengaturku?"

"Kamu tidak perlu kenalan dengan mereka. Cukup kenal aku saja. Kalau ada masalah apapun, aku yang akan selesaikan, kamu tidak perlu koneksi mereka." Yulianto Hua berkata dengan tegas.

Mengenai perkataan ini, aku tidak mampu berkata apa-apa.

Ada masalah apa yang dia bantu aku selesaikan? Kalau begitu dia bermesraan dengan wanita lain, dan diam-diam melukaiku, bagaimana dia membantuku menyelesaikannya? Saat dia melukaiku, bagaimana aku menyelesaikannya?

Selanjutnya masih ada acara apa lagi, kali ini benar-benar adalah acara orang tua dan anak. Misi yang harus dilakukan oleh orang tua dan anak, lalu dalam prosesnya juga akan berlomba. Lebih detail lagi, anak membawa satu balon, meletakkannya di antara kepala ayah dan ibu, lalu dua orang menjepit balon itu, berjalan satu tempat, anak berlari ke tempat penyimpanan balon. Dalam waktu yang ditentukan lihat keluarga mana yang mengantar balon paling banyak, maka keluarga itulah yang akan menang, mendapat julukan keluarga yang paling memiliki kerjasama.

Masalah ini kelihatannya sangat sederhana, tapi sebenarnya tidak mudah juga. Pertama balon ringan, juga licin, mudah jatuh. Kepala pria dan wanita harus memiliki kekuatan yang pas, baru bisa menjepit balon, membuat balon itu tidak jatuh. Tapi tidak boleh terlalu kuat juga, kalau tidak maka akan pecah. Lalu dalam proses pengantarannya, langkah kaki harus seirama, kalau tidak sama juga tidak bisa.

Tinggi tubuh Yulianto Hua yang 185 cm ke atas, sedangkan aku 163 cm. Perbedaan tinggi badan ini, pada dasarnya juga menambah kesulitan. Aku tidak bisa berjinjit untuk menyesuaikan tinggi badan Yulianto Hua, karena terlalu sulit. Hanya bisa dia saja yang membungkukkan badan untuk menyesuaikan tinggi badanku.

"Sini, kita coba dulu. Saat kita menjepit balon paling stabil, berapa jarak di antara tubuh kita. Kita nanti sesuaikan, pasti tidak akan dengan mudahnya jatuh. Dan juga kekuatan, aku hanya menundukkan kepala, tidak mengerahkan tenaga, kamu yang bertugas mengontrol tenaga, daripada kita bersamaan mengerahkan tenaga, jadi semakin sulit." Yulianto Hua mengaturnya untukku.

Pengaturan yang dia katakan sangatlah masuk akal, jadi kita pun mencoba mengikuti perkataannya.

Hasilnya setelah lomba selesai, kita mendapatkan jurara satu. Kali ini sangat hebat, Melvin semakin senang, seperti mendapat juara satu olimpiade saja.

Selanjutnya adalah sesi interaksi antar keluarga. Pada akhirnya, pihak sekolah mengundang para orang tua untuk makan bersama.

Kedengarannya sangat jarang mendengar pihak sekolah mengundang orang tua makan, tapi dari sisi lain, inilah yang mempertunjukkan bedanya sekolah swasta dengan sekolah biasanya. Semua orang tua di sini setiap tahun membayar uang sekolah yang mahal, bisa dibilang adalah pelanggan mereka, jadi mengundang pelanggan makan, benar-benar sangatlah wajar.

Setelah makan, acara pun berakhir sempurna. Setiap orang tua mendapatkan satu barang kenang-kenangan.

Tapi Yulianto Hua malah tidak mempunyai maksud untuk pulang ke rumah dan perusahaan, melainkan langsung membawa ibu dan anak itu pergi ke taman bermain.

Melvin tentu sangat senang. Aku dan Yulianto Hua sangat jarang mempunyai waktu untuk menemaninya. Benar-benar sangat jarang ada waktu satu keluarga seperti ini.

Aku suka perasaan seperti ini karena aku selalu paling kurang perasaan. Tapi setiap kali sangat senang, aku juga akan sedih. Karena hal yang semakin indah, akan semakin singkat. Hati Yulianto Hua mempunyai orang yang lebih penting. Yulianto Hua bisa pergi kapanpun yang dia mau dan yang Yulianto Hua inginkan hanya anak saja.

Setelah lelah bermain, kita makan dan istirahat di restoran taman kanak-kanak terdekat. Melvin sangat bersemangat, lanjut bermain, sedangkan aku dan Yulianto Hua duduk di samping jendela dan minum jus.

Wajah dan kharisma Yulianto Hua setelah sampai dimanapun akan menjadi pusat perhatian. Itu yang pasti.

Aku duduk di seberangnya, selalu dapat merasakan tatapan iri dari para wanita.

Tatapan Yulianto Hua selalu tertuju pada tubuh Melvin yang sedang bermain di kejauhan. Aku duduk di seberangnya, dan dia rata-rata tidak melihatku.

Seperti yang dia katakan, statusku yang paling penting adalah ibu kandung Melvin. Kalau aku meninggalkan status ini, maka menjadi tidak terlalu berarti lagi. Atau mungkin sama sekali tidak berarti.

"Kenapa kamu terus menatapku, tidak pernah melihat pria tampan?" Yulianto Hua bertanya dingin.

Aku segera menolehkan pandangan. Aku mengakui beberapa menit sebelumnya, aku memang menatapnya, tapi memangnya apa tidak boleh lihat? Bukankah sangat wajar melihat sebentar?

"Kamu tidak melihatku, bagaimana kamu bisa tahu aku sedang melihatmu? Pria tampan tidak lihat, tapi orang yang narsis malah bertemu banyak." aku membalas dengan pelan.

"Narsis juga harus memiliki kualifikasi untuk geer. Aku memang mempunyai kualifikasi ini, jadi aku narsis sedikit juga sangat wajar."

Aku langsung tertawa.

"Aku tahu kalian para wanita suka melihat pria tampan. Aku juga bukannya tidak mau membiarkanmu lihat. Hanya saja aku khawatir kamu melihat terlalu banyak, akan mencintaiku. Sampai nanti gawat sudah." Yulianto Hua juga berkata dengan pelan.

"Tuan Hua, narsis juga harus tahu batasannya. Perkataan khawatir orang lain mencintaimu, kamu tidak malu, malah aku yang malu." aku menyindir.

"Jadi maksudmu, kamu tidak akan mencintaiku?" Yulianto Hua bertanya dengan wajah serius.

Sebenarnya hatiku sempat terkejut, tapi aku berusaha tenang, "Tentu saja tidak akan."

Yulianto Hua meletakkan minuman, membenarkan posisi kakinya, lalu menatapku dengan pandangan bermain, "Kenapa tidak akan? Apakah aku kurang tampan? Atau kurang berkharisma?"

Hatiku ada satu jawaban. Sebenarnya aku ingin mengatakan, semua ini bukan jawabannya, karena kamu memiliki orang lain di hatimu, jadi aku tidak bisa mencintaimu.

Tapi aku tentu saja tidak bisa mengatakan jawaban seperti ini, karena kalau dikatakan akan terlalu memalukan.

"Tidak karena apa-apa. Seperti mencintai orang tidak memerlukan alasan, tidak mencintai seseorang, juga tidak perlu alasan. Bukankah seperti ini?" aku balik bertanya.

Yulianto Hua seperti mengerti dan mengangguk, "Masuk akal, tapi juga aneh. Hari-hari mulai dekat, apa kamu sudah memikirkan bagaimana misi menerobos penjualan?"

Aku baru saja mau mengungkit masalah ini dengan Yulianto Hua, semakin bagus kalau Yulianto Hua yang inisiatif mengungkitnya sekarang.

"Sudah." aku menjawab dengan yakin.

Mata Yulianto Hua memancarkan cahaya dan sedikit terkejut, "Benarkah? Bersiap bagaimana melakukannya?"

"Penjualan kita di Shanghai sudah terlalu banyak, mau seberusaha sekuat apapun juga sangat sulit untuk menerobos target. Jadi aku ingin memulai proyek baru di Kota Y."

Novel Terkait

Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu