Nikah Tanpa Cinta - Bab 70 Juga Adalah Jebakan

“Banyak sekali ……”

Belum selesai aku berbicara, Yulianto sudah menghentikanku, “Dulu kamu adalah pelajar yang giat, mendapatkan beasiswa pertama setelah memasuki kuliah, juga pernah menyampaikan di media sosial bahwa ilmu perkuliahan terlalu mudah, sekarang menyuruhmu menghafal sedikit informasi saja kamu sudah ciut?”

“Kamu melacakku?”

“Apakah perlu melacak hanya untuk urusan kecilmu itu saja? Makan ikan dulu, selesai makan kamu bisa mulai bekerja.” Ucap Yulianto.

“Aku tidak bisa menerima pekerjaan ini, waktunya terlalu singkat, informasi yang begitu banyak, aku tidak bisa menghafalnya, akademikku memang benar bagus, tapi tidak berarti otakku seperti komputer, bisa menyimpan begitu banyak data dalam sesaat.”

“Tidak bisa menerima pun kamu harus menerima. Sekarang kamu adalah istriku, ada orang yang merancang agar aku tidak bisa menghadiri rapat besar pemegang saham, tentu saja kamu harus pergi mewakiliku. Bukankah kamu selalu ke sana kemari mencari pekerjaan? Sekarang aku beri kamu sebuah pekerjaan, menjadi asistenku, gaji pertahunnya 3,000,000 yuan, gaji sudah dibayarkan di depan, kamu juga sudah menerimanya, sekarang kamu mau kabur?”

“Kapan aku menerima gaji darimu?” Ucapku.

Yulianto memandang Alfred, “Apakah dia sudah menerimanya?”

Alfred memandangku, “Ketika di restoran mie, kamu sudah menerimanya. Di dalam kartu itu adalah 3,000,000 yuan.”

Ternyata ini juga merupakan jebakan!

“Aku sudah menerima kartu itu, tapi aku belum memakainya, akan kukembalikan padamu.”

Yulianto berkata dengan santai, “Aku selalu memiliki peraturan tidak tertulis, uang yang sudah diterima orang lain dariku, tentu saja harus mewakiliku melakukan sesuatu, jika tidak melakukannya, maka akan dihitung bunganya, setiap hari adalah 10%, kamu sudah menyimpan 3,000,000 yuan itu selama dua hari, maka bunganya adalah 600,000 yuan. Setelah kamu membayarkan bunganya, kamu pun boleh tidak bekerja.”

Aku meloncat dengan panik, “Yulianto, kamu sungguh menindas orang, 600,000 yuan untuk dua hari, apakah kamu memeras?”

“Jika kamu tidak ingin membayar denda, maka lakukanlah dengan baik. Bukankah pekerjaan seperti ini, lebih baik berkali-kali lipat daripada kamu menjadi sales ponsel? Jika kamu terus menjadi sales ponsel, bukankah seumur hidupmu juga tidak bisa mendapatkan 3,000,000 yuan? Kamu sudah bekerja, maka gaji itu adalah upahmu, kamu pun tidak perlu berhati-hati padaku jika melakukan sesuatu, kamu mandiri secara ekonomi, bukankah secara otomatis kamu bisa hidup sendiri? Bukankah ini yang kamu mau?”

Tidak bisa disangkal, yang dikatakan orang ini benar-benar jebakan, aku benar-benar tergerak.

“Tapi informasi sebanyak ini, aku sama sekali tidak bisa menghafalnya, kalau pun aku bisa menghafalnya, aku juga tidak bisa pergi ke tempat seperti itu, aku tidak tahu harus bagaimana.”

“Tidak harus semua poin dari informasi itu dihafalkan, kamu hanya cukup untuk mengetahui garis besarnya, lalu menghafal orang-orang penting di perusahaan, terutama beberapa pemegang saham besar itu saja sudah cukup. Baiklah, sudah diputuskan, sekarang kita makan ikan.”

Selesai Yulianto berbicara, ia sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk merespon dan langsung berjalan ke arah ruang makan.

Alfred memandangku dengan tatapan turut berduka, lalu juga ikut masuk.

Hatiku datar, hatiku berpikir, jika memang begitu maka aku akan mencoba, bagaimana pun juga jika aku menghancurkannya, yang malu juga bukan diriku.

Jika memalukan itu juga bagi Yulianto, aku seorang tokoh kecil, tidak akan ada yang mengenalku, apa yang aku takutkan?

Tiba di ruang makan, kulihat hanya ada dua lauk di atas meja, yaitu ikan yang diolah sendiri oleh Yulianto.

Belum aku berjalan mendekat, sudah tercium aroma wangi, napsu makanku pun meningkat.

“Keberuntunganku sungguh baik, sudah lama tidak memakan ikan buatan Tuan Muda Keempat.” Alfred mengambilkanku semangkok sup, juga mengambil untuk dirinya sendiri.

Aromanya yang memang wangi, dan rasanya semakin segar setelah dicoba, sama sekali tidak terasa amis, rasa nikmat yang tidak bisa dideskripsikan pun terasa, sepertinya ini adalah ikan terenak yang pernah kumakan.

Yulianto tidak mengatakan apapun, ia tetap melihat aku makan. Seakan menungguku memujinya.

Namun Alfred memuji terlebih dahulu, “Tuan Muda Keempat memang adalah ahli menyantap ikan, ikan ini memang sangat enak.”

Yulianto tersenyum bangga, “Sayang ada beberapa orang bodoh yang tidak bisa merasakan itu, benar-benar tidak tahu menghargai kenikmatan.”

Aku memutar mata padanya, “Aku bisa merasakan ini sangat enak, hanya saja aku tidak ingin memujimu, kalau tidak kamu akan tinggi hati.”

“Ikan seperti ini sangat sulit untuk dipancing, harus di saat suhu udara dan air yang cocok, barulah mereka keluar. Dan juga hanya bisa dipancing saat fajar pukul 4 sampai 6 pagi, aku menyetir sejauh 100an kilometer untuk mendapatkan ikan ini, mungkinkah tidak enak?” Ucap Yulianto.

“Kukira kamu membelinya di pasar.”

Wajah Yulianto mengejekku, “Bisa mendapatkan ikan sebaik ini di pasar? Sungguh bodoh!”

Alfred di samping pun tertawa dan berkata, “Nanti setelah Tuan Muda Keempat pensiun, bisa membuat tambak sendiri, di dalamnya berternak berbagai ikan lezat, Tuan Muda Keempat pun setiap hari bergantian memakan satu jenis ikan, bagaimana pun juga kamu hanya bisa memakan ikan.”

“Aku juga berpikir begitu.” Rupanya Yulianto tersenyum.

Sepertinya sangat jarang aku melihatnya tersenyum, jadi ketika ia tersenyum aku pun melihatnya dengan tertegun.

Senyuman orang jahat, seakan senyumannya memiliki banyak arti, mengandung banyak arti, tapi ada sebuah kharisma yang tidak bisa diungkapkan.

Orang ini memiliki racun, bisa membuat orang hanyut tanpa sadar, bahkan jika hanya sebuah senyum kecil.

Setelah selesai makan ikan, Yulianto dan Alfred mengbrol sebentar tentang urusan kantor, lalu pergi tidur siang.

Hari ini ia bangun sangat pagi, seharusnya ia sudah sangat mengantuk.

Aku memindahkan sekotak informasi itu ke kamar, mulai bekerja.

Meski beberapa tahun ini aku selalu melakukan kerjaan rendah, tapi untung saja dulu kemampuan dasarku tidak buruk, jadi terhadap kata-kata khusus dalam informasi tersebut, aku masih bisa memahaminya.

Dari siang hingga sore, lalu dari sore sampai matahari terbenam, terus sampai waktu makan malam.

Aku turun ke bawah, mencuci tangan dan makan, terasa punggungku pegal, mataku bengkak, sungguh sudah sangat lama tidak melihat buku dalam waktu panjang.

Yang paling membuat Melvin bahagia, tentu saja ketika aku dan Yulianto ada, bisa menemaninya makan bersama.

Ia terus berbicara, terus tersenyum, benar-benar bahagia. Selesai makan yUlianto menemaninya bermain di taman, sedangkan aku naik ke lantai atas dan lanjut berjuang.

Ketika malam, Yulianto naik ke lantai atas, ia memberiku segelas kopi, “Bukan aku yang menyeduknya, Kak Yulie yang menyeduh. Dan juga, bisa pindah bekerja ke ruang baca, ruangan di sana lebih cocok untuk bekerja.

Aku mengucapkan terima kasih, menerima kopi, meminumnya seteguk, sangat harum.

“Bagaimana? Bagaimana kemajuannya?” Yulianto menanyakanku.

“Sangat lambat, semua informasi yang sudah kulihat tidak sampai 10 persennya, minggu depan sudah akan mengadakan rapat besar pemegang saham, kurasa waktuku tidak cukup.”

“Kamu sudah melihat 10 persen? Berapa banyak yang sudah diingat?” Yulianto memandangku dengan sedikit curiga.

“Hanya jika sudah membacanya, sebagian poin penting biasanya sudah kuingat.”

“Begitu cepat?” Yulianto semakin curiga.

“Ya sudah kalau kamu tidak percaya. Sekarang kondisiku sangat buruk, jika di saat yang baik, bisa lebih cepat dari ini.”

“Kalau begitu dari kondisi yang sudah kamu pahami, perkenalkan padaku tentang kondisi dasar Hua’s Inter Company.”

“Apakah ini termasuk tes?” Aku bertanya.

Yulianto menaikan alisnya, “Mungkin termasuk.”

“Hua’s Inter Company adalah perusahaan umum, produk utama perusahaan adalah produk dan riset makeup, bagian ini menduduki lebih daru 50 persen penjualan perusahaan, bisa dikatakan adalah nadi dari perusahaan. Lalu untuk hotel lainnya, dan produk sehari-hari lainnya, meskipun juga penting, tapi keuntungan utama perusahaan datang dari makeup. Dilihat dari laporan keuangan, usaha pendukung utama perusahaan adalah pertanian baru ……”

Aku menyampaikan hal yang kuingat satu per satu, ekspresi Yulianto semakin lama semakin terkejut.

“Apakah terkejut dengan kemampuan mengejutkanku?” Aku sedikit bangga.

Langsung wajahnya menjadi sendu, “Sama sekali tidak, ingatanmu memang lebih baik dari orang biasa, tapi dibandingkan dengan aku, masih kurang jauh.”

Sungguh tidak tahu malu, malah berbalik memuji diri sendiri.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu