Nikah Tanpa Cinta - Bab 420 Pergi

“Jangan hiraukan dia, tidak ada keharusan memancingnya.” Kata Yulianto padaku.

“Aku tidak memancingnya, dialah yang memancingku, dia berkata kamu telah gugur, dan menjadi seorang Tuan Muda gelandangan. Jadi aku harus memanfaatkan kesempatan menghina dan menyerangnya kembali.” Kataku sambil tersenyum.

“Huh, sudah berurusan dengannya selama setengah abad, sudah seharusnya berakhir. Setelah kita tiba di Amerika, akan sangat mustahil bertemunya lagi.” Kata Yulianto.

Kata ‘setengah abad’ itu terdengar begitu lama dan usang. Sebenarnya sesuai dengan usia kami, masih sangat lama untuk mencapai kata setengah abad.

“Tuan Muda Keempat, jika kamu tidak ingin pergi, kita tidak jadi pergi saja? Bagaimanapun juga, ini adalah kota yang sudah kamu tempati puluhan tahun, ada banyak pengalaman dan kenangan di tempat ini, juga keluarga dan usahamu.”

“Sekarang aku sudah mengundurkan diri, jika tidak pergi, orang-orang akan kewalahan menghadapiku, mereka akan kelelahan. Jadi kita haru pergi.” Kata Yulianto sambil tersenyum kecil.

“Baiklah, kalau begitu aku temani kamu pergi, sekalipun ke ujung dunia, aku akan selalu menemani kamu.”

Genggaman tangan Yulianto terasa semakin kuat.

Kami berpapasan dengan Erika Feng yang berjalan dari arah depan, sebenarnya dialah bintang utama malam ini, karena mulai besok, dia akan menempati posisi ketua sementara menggantikan Yulianto. Jika bertanya kapan kata ‘sementara’ itu menjadi tetap, semua tergantung pada suasana hatinya sendiri. Dia memiliki latar belakang yang kuat, pendanaan dari Perusahaan Besar Feng sangat penting bagi Hua’s Inter Company, kedudukan Erika di perusahaan pun tidak perlu diragukan lagi.

Erika Feng datang bersama seseorang, begitu dia menjulurkan tangan, orang di samping segera menyodorkan sampanye, dia mengangkat gelas sambil berjalan ke arahku, “Ivora, kelak kamu harus menjaga Yulianto dengan baik.”

“Pastinya. Bibi Erika tenang saja.” Jawabku sambil menyentuhkan gelas dengannya.

“Sebenarnya aku sangat berharap Yulianto bisa menetap disini, membantuku mengurus semua yang ada dalam perusahaan, dia adalah orang yang sangat berbakat, dalam dunia bisnis Kota Shanghai, dialah satu-satunya orang yang tidak tertandingi. Kepergian dia, sungguh menjadi kerugian besar bagi perusahaan, sayang sekali, sayang sekali.”

Nafas berat Erika Feng seharusnya berasal dari dalam hati, memikirkan kepergian Yulianto, dia sungguh merasa berat hati, merasa kecewa.

“Tidak disayangkan, Bibi Erika juga sangat hebat, tidak kalah dari seorang laki-laki, pasti bisa membawa perusahaan semakin maju.” Kataku sambil tersenyum.

“Jika memerlukan bantuanku, ingat datang mencariku.” Kata Erika Feng lanjut.

Tidak peduli perkataan itu asli atau palsu, aku tetap tersenyum menjawab: “Pastinya, pastinya.”

Yulianto Hua senantias berdiri di samping sambil mendengar perkataan Erika Feng, tanpa menyanggah satu kalimat pun.

“Yulianto, bersikap baik pada Ivory, semoga kalian langgeng sampai tua.” Kata Erika pada Yulianto.

“Aku akan, Bibi Feng.” Jawab Yulianto sambil tersenyum menganggukkan kepala.

Setelah berbasa-basi sesaat, aku dan Yulianto pun pergi, langsung pulang menuju rumah.

Di perjalanan pulang, Yulianto terus menyandarkan diri ke kursi, aku kira dia tidak kuat minum, jadi tidak terlalu menghiraukannya. Tetapi setibanya di Maple Garden, Yulianto tiba-tiba menyuruhku pulang dulu untuk istirahat, ada sedikit urusan yang harus dia selesaikan.

Aku mencoba bertanya urusan apa yang begitu memburuinya, dia menjawab urusan kerjaan, memintaku tidak banyak bertanya, juga mendesakku turun mobil.

Aku terpaksa turun, setelah masuk rumah dan selesai mandi, dia tak kunjung tiba di rumah, aku mencoba menelepon, namun nomornya tidak aktif.

Hanya bisa terus menunggu, alhasil menunggu hingga subuh, Yulianto tak kunjung kembali. Aku mencoba menelepon Alfred Jiang, namun nomornya juga tidak aktif. Aku lanjut menelepon beberapa orang yang dekat dengan Yulianto, sebagian tidak aktif, sebagian berkata tidak tahu.

Aku mulai merasa cemas, setelah pikir-pikir, mungkin saja karena sudah akan pergi, Yulianto berniat menemui beberapa temannya, lalu minum terlalu banyak hingga tidak mampu pulang ke rumah.

Saat hari menjelang pagi, aku semakin merasa kantuk, maka memutuskan kembali ke kamar untuk tidur.

Dalam tidur aku bermimpi, bermimpi aku dan Yulianto sudah tiba di Amerika, lalu di bandara, dia tiba-tiba menghilang, aku merasa asing, mencoba mencarinya kemana-mana, namun tak kunjung menemukannya. Cuaca yang tadinya sangat cerah tiba-tiba menjadi mendung, salju turun dengan lebat, seolah bencana besar melanda.

Aku merasa lapar sekaligus kedinginan, tiba-tiba terbangun, wajah penuh dengan air mata. Entah sejak kapan selimutku tertendang ke samping.

Aku beranjak dari ranjang di tengah kegelapan, duduk menggigil di ranjang. Lama sekali tubuh tak kunjung menghangat.

Begitu mengambil handphone, waktu sudah menunjukkan jam 5 pagi. Langit perlahan bercahaya. Aku tidak bisa tidur lagi, mencoba menelepon Yulianto, lagi-lagi tidak aktif.

Hingga langit cerah total, aku tetap tidak bisa menghubungi Yulianto Hua. Aku mulai sarapan dengan tatapan kosong, setelah itu mengemudi mobil keluar. Tepat pada jam masuk kantor, lalu lintas di jalan sangatlah padat, aku terjebak macet, juga tidak tahu harus mencari Yulianto kemana.

Setelah terjebak macet cukup lama, akhirnya aku tiba di gedung kantor pusat Hua’s Inter Company. Aku berencana masuk ke dalam, namun setelah dipikir-pikir lebih baik tidak. Yulianto sudah turun dari jawabannya, tidak mungkin mendatangi kantor itu lagi. Aku pasti tidak akan menemukannya disana.

Jika terlihat oleh orang-orang lainnya dalam perusahaan, aku mungkin saja dicurigai menyimpan maksud jahat. Jika tidak sengaja bertemu Felicia, dia pasti akan semakin menyulitkanku.

Oleh karena itu, aku memutuskan untuk pergi. Tetapi tidak tahu harus kemana, hanya bisa mengemudi perlahan tanpa tujuan.

Terus mengemudi, terus menelepon, namun tetap tidak menemukan Yulianto, aku semakin merasa cemas.

Alhasil, siang harinya, terdengar dering pada handphoneku, itu adalah telepon dari Yulianto Hua!

“Kamu kemana saja! Aku sudah mencari kemana-mana tapi tidak menemukanmu! Kesal sekali!” Aku berbicara hingga air mata hampir menetes.

“Aku baru saja pulang, kamu tidak di rumah.” Nada bicara Yulianto malah sangat tenang.

“Kamu sudah pulang? Kalau begitu aku segera pulang.” Hatiku sangat gembira mendengarnya.

“Aku masih ada sedikit urusan, jadi pergi lagi. Kamu tenang saja, aku tidak apa-apa, hanya terlalu banyak minum tadi malam, jadi menginap di hotel.” Kata Yulianto menjelaskan.

“Kamu tidur sendiri?” Aku tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang membuatku sendiri terkejut.

“Menurutmu?” Tanya Yulianto kembali.

“Kamu minum hingga mabuk, bisa meminta supir mengantarmu pulang ke rumah, kenapa malah menginap sendiri di hotel?” Tanyaku lebih lanjut.

“Aku mabuk berat, juga tidak tidur sendiri di hotel. Supirlah yang melihatku mabuk berat, takut aku muntah di perjalanan, maka mencarikan hotel terdekat untukku.”

“Di hotel mana?” Tanyaku lebih lanjut, dulunya aku bukanlah orang yang cerewet, tetapi untuk masalah kali ini, aku merasa tidak bisa diam.

“Apakah sangat penting?” Yulianto Hua mulai tidak sabar.

“Kalau begitu kamu pasti berbohong padaku, jika tidak kamu pasti tidak akan marah. Katakan saja, hotel mana, kamar nomor berapa.” Kataku dengan kesal.

“Apa yang ingin kamu lakukan?” Tanya Yulianto dengan nada dingin.

Tidak suka melakukan sesuatu secara diam-diam dan menyembunyikan darinya, aku berkata terus terang: “Aku ingin memeriksa dengan siapa kamu menginap. Aku tidak percaya dengan penjelasanmu.”

“Jika kamu berpikir seperti itu, aku tidak akan memberitahumu.” Kata Yulianto.

“Justru karena aku berpikir seperti ini, kamu tidak berani memberitahuku, sebenarnya kamu menginap di hotel mana.” Hatiku mulai tidak nyaman, benar-benar tidak nyaman!

“Tidak ada yang aku takutkan di dunia ini, aku hanya malas ribut denganmu.” Kata Yulianto dengan suara semakin dingin.

“Jelas-jelas kamu sedang gelisah karena berbuat salah, untuk apa masih berpura-pura?”

“Ivory Yao, tidak seharusnya kamu berbicara seperti ini denganku. Aku hanya tidak pulang semalam, perlukah sampai seperti ini?”

“Kalau begitu kamu katakan saja, di hotel mana kamu menginap. Setelah kamu mengatakannya, aku tidak akan memperpanjang masalah.”

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu