Nikah Tanpa Cinta - Bab 224 Apa yang Perlu Ditebak?

Melvin mengabaikannya, hanya meneriaki Ayahnya itu.

Aku pun mengemudi dengan kecepatan tinggi. Setelah aku keluar dari jalan yang dipenuhi bar itu, aku pun memarkirkan mobil di pinggir jalan. Karena aku telah berhasil melarikan diri, maka aku harus segera meminta Alfred untuk membantu Yulianto.

Dua tinju sulit mengalahkan empat tangan, belum lagi ada lebih dari sepuluh orang di sana.

Aku sangat takut bahwa Yulianto sendiri bukanlah lawan mereka.

Michael mengulurkan tangannya, mengahalangi tanganku yang ingin menelepon, "Apakah kamu ingin menelepon Alfred? Aku sudah berbaik hati mengantarmu. Apakah kamu masih memikirkan Yulianto? Kamu benar-benar melukai hatiku, pikirkanlah anakmu itu, saat ini dia masih ada di belakang."

Ancaman dalam kata-katanya itu sangat jelas. Jika aku ingin membinta bala bantuan untuk membantu Yulianto, maka Michael akan segera berurusan dengan Melvin.

Aku menatapnya dengan dingin, dia pun tertawa, tidak merasa kesal, seolah tidak mempedulikan amaraku.

Aku pun tidak berani untuk mengambil tindakan lagi, jadi aku berpura-pura marah, lalu melemparkan ponselku kebelakang, "Baiklah, aku tidak akan meneleponnya."

Mobil terus melaju ke depan, tidak lama setelah itu, dengan tidak terduga terdengar suara lembut Melvin: "Paman Alfred, Ayah sedang bertengkar dengan banyak orang... dia bertengkar di Road Bar Street..."

Anakku ini memang tidak mengecewakanku, aku pun memujinya di dalam hati.

Michael dengan terkejut melihat ke belakang, lalu kemudian menatapku.

Aku pun segera berkata dengan cepat, "Kamu tentu tidak akan membuat bocak cilik merasa tidak nyaman bukan? Tentu tidak masalah jika seorang anak mengkhawatirkan ayah mereka bukan?"

Michael pun tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Baiklah, baiklah. Berapa umur anak ini? Dia begitu sangat pintar. Yulianto sungguh beruntung, dia memiliki istri dan anak yang begitu cakap!"

"Melvin, cepat minta maaflah kepada Paman Lu, lalu mintalah dia untuk menunjukkan belas kasihan," ucapku dengan cepat.

"Paman Lu, maafkanlah aku," ucap Melvin dengan cerdik.

"Tidak apa-apa. Melvin sangat pintar. Aku sangat menyukainya. Hahaha ..." Michael kembali memunculkan senyumannya.

Aku tidak mengerti arti dari senyumannya itu, aku hanya dapat merasa takut.

Setelah beberapa saat, kami semakin dekat dan lebih dekat dari Maple Garden. Michael pun memintaku untuk berhenti, lalu dia berkata dia akan turun dari mobil.

Dia ingin keluar dari mobil, tentu saja aku dengan senang hati mengijinkannya.

Aku pun berterimakasih kepadanya, dia pun menoleh ke kursi belakang, "Melvin, jadilah anak yang patuh. Kalau begitu, Paman Lu pergi dulu ya."

"Selamat tinggal Paman," ucap Melvin dengan sopan.

"Ya, selamat tinggal," Michael pun turun dari mobil, melambai padaku, lalu segera memangil taksi.

Aku segera meraih ponselku, lalu menghubungi Alfred. Dia mengatakan bahwa dia telah mengirim beberapa orang ke Road Bar Street, tetapi mereka tidak melihat sosok Yulianto. Disaat yang bersamaan dia juga sedang mencari informasi.

Sesampainya di rumah, Melvin menolak untuk tidur. Dia terus berteriak memanggil ayahnya, lalu bertanya mengapa Yulianto belum kembali juga. Dia bertanya apakah ada sesuatu yang terjadi?

Tadi Yulianto keluar dari mobil dengan tergesa-gesa, teleponnya pun tertinggal di dalam mobil. Sehingga aku tidak bisa menghubunginya.

Aku hanya dapat membohongi Melvin agar dia dapat segera pergi tidur. Aku berkata kepadanya bahwa Yulianto sedang mengantar Guru Lin pulang. JIka dirinya pergi tidur, maka ketika dia bangun, Yulianto akan kembali.

Tentu saja, Melvin tidak mudah dibujuk. Dia bersikeras untuk tetap terjaga sampai Yulianto kembali.

Aku pun merasa sudah tidak dapat menahan kesabaranku, sehingga berteriak padanya. Dengan begitu dia kembali ke kamarnya, lalu menutup pintu, tidak mempedulikanku.

Aku sungguh merasa sangat kesal. Bukan Melvin saja yang merasa khawatir, tetapi aku juga merasa takut.

Aku terus terjaga sampai jam dua pagi, saat itu Yulianto belum kembali juga.

Aku sudah membaringkan diriku di atas ranjang, tapi aku tidak dapat tertidur. Waktu terasa begitu lama berlalu.

Pada aaat ini, terdengar ada suara mobil yang datang. Aku pun segera bangkit, lalu menuju ke balkon di lantai dua, lalu melihat bahwa Yulianto masuk. Kemudian orang yang mengantarnya itu kembali segera berbalik.

Aku sungguh merasa senang dapat melihatnya kembali dengan selamat.

Jika dia tidak kembali, maka aku akan takut setengah mati. Aku hanya dapat berdoa agar dia tidak terlibat dalam suatu maslah, lalu dapat kembali. Tapi ketika dia kembali, otakku menyala lagi. Dia bisa seperti ini, itu semua karena ingin membantu Crystal. Sungguh membuat diriku merasa sangat khawatir.

Aku sungguh merasa kesal, aku pun kembali ke kamarku, lalu berpura-pura tidur.

Yulianto mengetuk, "Ivory?"

Aku merasa jika aku tidak membukakan pintu, maka dia akan terus mengetuk, jadi aku pun segera bangkit, lalu membuka pintu.

Tidak ada luka di wajahnya, tapi ada sobekan di lengan kanan bajunya.

"Apakah kamu dan Melvin baik-baik saja?" tanya Yulianto.

"Kami baik-baik saja. Aku ingin pergi tidur. Aku harus pergi kerja besok," jawabku.

"Apakah ketika aku belum kembali, kamu dapat tidur?" tanya Yulianto.

"Lalu, kalau begitu apa yang harus aku lakukan? Apakah seharusnya aku mencarimu di setiap sudut jalan? Bahkan Kak Alfred saja tidak bisa menemukanmu, apakah menurutmu aku bisa menemukanmu?" tanyaku.

"Apakah kamu marah?"

"Tidak, aku hanya ingin tidur. Sekarang sudah subuh."

"Crystal telah diganggu, dan aku pun tidak bisa berdiam diri. Aku hanya tidak mengira akan..."

"Jelas-jelas Melvin sedang berada di dalam mobil. Kamu malah pergi berkelahi dengan orang-orang itu. Ini sungguh contoh yang bagus. Bahkan Crystal tampak sungguh mabuk dan berperilaku buruk. Kamu ingin menjadi pahlawan macam apa?"

“Ivory, mengapa kamu mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti ini? Apakah menurutmu aku tidak akan mempedulikannya?” Yulianto berkata dengan dingin.

"Sudahlah. Aku tidak ingin bertengkar denganmu di malam hari. Pergilah keluar, aku ingin tidur."

"Kemana Si Iblis itu membawa kalian pergi?" Yulianto belum ingin pergi, dia masih memiliki pertanyaan.

Pertanyaannya ini membuat diriku semakin marah, aku pun menjawabnya dengan dingin.

"Dia baru saja mengantar kami pulang. Dia tidak membawa kami ke mana pun atau melakukan apa pun kepada kami."

"Mengapa dia mengantarmu pulang? Lalu mengapa kamu ingin dia mengantarmu kembali?"

"Dia lah yang ingin mengantar kami, bukan aku yang memintanya. Saat itu, kamu juga melihat mobil kita dikelilingi orang-orang. Jika aku hanya sorang diri yang berada di dalam mobil, maka aku tidak akan takut untuk mati. Tapi Melvin juga ada di dalam mobil. Aku tidak dapat melibatkannya kedalam bahaya, hanya karena kamu ingin menjadi seorang pahlawan bukan?"

Yulianto pun terdiam,lalu berkata dengan suara dingin, "Jadi kamu masih menyalahkanku? Maksudmu, tidak peduli apa yang terjadi pada Crystal, seharusnya aku tidak mempedulikannya?"

"Aku tidak bermaksud seperti itu. Itu adalah urusanmu sendiri. Aku hanya mengatakan bahwa kapanpun juga, aku akan selalu mengutamakan keselamatan Melvin, itu saja."

"Michael tampaknya sangat baik padamu. Tetapi dia tidak berlaku baik pada orang lain, tapi hanya padamu. Ini sungguh aneh."

Yulianto berkata dengan dingin, lalu keluar dari kamar.

Aku sudah terlalu malas untuk menjelaskannya. Sudah tidak ada yang perlu dijelaskan lagi.

Pada keesokan harinya, kelopak mataku terasa begitu berat. Aku merasa jam tidur sangat sedikit, ini sungguh buruk. Sehingga aku pun tertidur kembali dalam bebrapa waktu. Saat aku bangun lagi, waktu sudah hampir menuju jam sembilan.

Setelah mandi, aku turun ke bawah, lalu menemukan bahwa Melvin telah pergi ke sekolah, dan Yulianto pun juga telah pergi bekerja.

Kak Yulie berkata, "Nyonya kamu sudah bangun. Kami semua sudah memakan sarapan. Tadi Tuan mengatakan untuk tidak mengganggu tidurmu. Kalau begitu, sekarang aku akan menggorengkan telur untukmu."

Setelah sarapan, aku pun mengemudi untuk pergi kerja.

Dalam perjalanan, aku mendapat telepon dari Yulianto.

Dia bertanya kepadaku: "Ivory, apakah kamu sudah bangun? Apakah kamu pergi bekerja?"

Dengan nada bicara yang penuh dengan kekesalan aku berkata: "Kamu tidak perlu mengawasiku. Aku sudah bekerja, tapi aku masih dalam perjalanan menuju Lanhai Technology."

"Aku tidak mengawasimu. Aku hanya ingin mengingatkanmu bahwa Bibi Feng harusnya akan bertemu dengamu hari ini. Pada saat itu, katakanlah kepadanya bahwa aku telah memiliki kesepakatan dengan Julian. Jika ingin kita melepaskan Lanhai Technology, maka kita harus memberi tahu Keluarga Tsu. Hal ini tidak akan dibahas kecuali jika Lanhai Technology ditukar dengan saham Hua's Inter Company."

"Mengapa kamu tidak langsung mengatakannya kepada Bibi Feng? Aku tidak ingin ikut campur dengan urusanmu. Aku sudah lelah," aku berkata nada yang tidak enak di dengar.

"Kenapa kamu masih mood? Bukankah masalah tadi malam sudah berakhir? Jika kamu juga telah diganggu tadi malam, aku pasti juga akan mengambil tindakan. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku pun tidak akan mengabaikannya."

"Jadi tadi malam, mengapa kamu pulang begitu larut? Kamu pergi kemana saja? Ke mana kamu saat itu?"

Yulianto terkekeh, "Jadi hal ini yang membuatmu menjadi tidak mood.. Kenapa kamu tidak segera bertanya kepadaku saja?"

"Kemana saja kamu?"

"Coba kamu tebak."

Aku pun segera menutup telepon itu. Aku tidak ingin menebaknya.

Apa yang perlu ditebak?

Yulianto segera menelepon lagi, tapi aku tidak menjawabnya.

Mengapa aku tidak menjawab telepon?

Coba saja kamu menebaknya!

Dia terus-menerus menghubungiku, aku puntidak akan menerimanya, biarkanlaj dia menebaknya.

Akibatnya, begitu aku tiba di perusahaan, asistenku berkata, "Tuan Hua telah terus-menerus menghubungi kantor, berkata bahwa dia mencarimu, lalu meminta agar kamu meneleponnya kembali."

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu