Nikah Tanpa Cinta - Bab 80 Tidak Peduli Bentuknya
Topik memalukan ini tidak bisa terus dilanjutkan, jadi aku harus mengubah topik pembicaraan.
"Apa kegiatan orangtua-anak dan persiapan apa yang perlu dilakukan?"
Yulianto Hua bertanya kembali padaku, "Ya, persiapan seperti apa yang harus dilakukan?"
“Bukannya kamu yang paham, mengapa masih bertanya padaku?”
“Aku tidak paham, aku juga hanya mendengarnya dari Melvin, bukankah hal seperti ini harusnya diurus oleh mama?” ucap Yulianto Hua dengan percaya diri.
Aku kehabisan kata-kata dan tidak menggubrisnya.
Setelah makan malam, Yulianto Hua menemani Melvin ke taman untuk bermain petak umpet, aku juga mengikutinya, bagaimana dia bisa bersembunyi dengan tubuhnya yang besar itu? Benar-benar pemikiran yang luar biasa.
Hari semakin malam, aku sedang berbaring di ranjang kamar dan bermain ponsel ketika Yulianto Hua membawa Melvin masuk.
“Ma, kami akan tidur.” Ucap Melvin.
Aku mengayunkan tanganku, “Oke, selamat malam.”
“Mama juga harus ikut dengan kami. Mama sudah berjanji akan tidur bersama kami," kata Melvin.
Perasaanku tidak enak, sejak kapan aku menyetujuinya?
“Kamu lupa, aku sudah mewakilkanmu menyetujuinya.” Ucap Yulianto Hua dengan serius.
“Apa kamu bisa mewakilkanku menjawab semua hal?” ucapku sedikit kesal.
“Iya.” Dia tampak seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Melvin menarik tanganku, “Ayo, orang tua yang lainnya tidur bersama semua. Mama dan papa juga harus tidur bersama.”
“Ayo, jangan biarkan anak kita mengira kita ada masalah.” Ucap Yulianto Hua. “Kamu bisa bersama orang lain, tetapi tidak denganku? Apakah kamu tidak suka padaku?”
Aku benar-benar tidak ingin membuat Melvin kecewa, dan hanya bisa mengiyakannya.
Ini adalah pertama kalinya aku datang ke kamar Yulianto Hua.
Meskipun aku dan dia adalah suami-istri, dan sudah pernah berhubungan, tetapi ini pertama kali aku datang ke kamarnya dengan lampu menyala, aku masih agak malu.
Melvin yang telah mengganti bajunya dengan piyama berguling-guling di atas ranjang besar Yulianto Hua dengan sangat bahagia.
Yulianto Hua juga naik ke tempat tidur dan bermain-main dengan Melvin.
Bermain kuda-kudaan, berperan menjadi anjing, dan semua permainan yang membuat orang membelalakkan mata, jika aku tidak melihatnya sendiri dengan mataku, aku tidak akan percaya bahwa tuan muda keempat yang terkenal itu mengabaikan citra dirinya.
“Mama, sini.” Melvin memanggilku, “Ayo main bersama, cepat kemari.”
Aku semakin canggung, ini adalah ranjang Yulianto Hua, aku benar-benar ragu.
"Bagaimana jika mama menjadi kucing untukmu? Mama paling bagus memerankan kucing" Yulianto Hua menyarankan dengan ‘antusias’.
Aku segera menggeleng, “Aku tidak bisa, aku tidak bisa jadi kucing.”
“Tapi papa bilang bisa.” Kata Melvin.
"Ya, aku melihat mama menjadi kucing hari itu. Sangat mirip sekali." Yulianto Hua mengatakan hal itu seolah benar-benar terjadi.
“Ayo ayo, mama jadi kucing.” Melvin tetap tidak mau melepaskanku.
“Ayo cepat, jangan membuat Melvin kecewa. Ayo naik, aku papanya sudah memerankan anjing, apa kamu sebagai mamanya tidak bisa menjadi kucing?”
Aku menyadari bahwa Yulianto Hua memiliki sebuah senjata pembunuh, yaitu membuatku melakukan sesuatu yang tidak ingin aku lakukan dengan alasan jangan mengecewakan Melvin.
Atas pemaksaan mereka, aku mau tidak mau menaiki ranjang dan bermain dengan mereka.
“Jadi kucing, jadi kucing.” Melvin yang awalya sudah lupa, namun Yulianto Hua malah membahasnya dengan niat buruk.
“Betul, cepat jadi kucing, mama ayo cepat jadi kucing.”
Aku benar-benar tidak bisa menolak, dan akhirnya menirukan gaya kucing, tengkurap di ranjang, lalu mengangkat kepalanya, dan mengeong.
Aku merasa bahwa tindakan ini sangat bodoh, aku melirik Yulianto Hua dan mendapati bahwa dia sedang menutup mulutnya dan tertawa.
Sialan!
Dia sengaja ingin aku membodohi diriku sendiri.
Ketika dia mengangkat ponselnya untuk mengambil gambar, aku segera merebut ponselnya.
Dia merebut kembali, dan kami bergulat, kemudian tanpa sengaja dia menimpaku.
“Papa dan mama berpelukan!" Melvin berseru.
Aku sedikit malu dan ingin melepaskan diri darinya, tetapi tubuh Yulianto Hua tinggi dan kuat, aku tidak bisa memberontak di bawahnya.
Untungnya dia masih melepaskanku.
Setelah kembali bermain sebentar, Melvin mengantuk dan ingin tidur. Dia tidur di tengah, aku dan Yulianto Hua berbaring di sisinya lalu mendengarkan bersama cerita yang Yulianto Hua ceritakan padanya.
"Dahulu kala, ada seorang paman yang dibius oleh orang jahat dan menjadi buta. Dia tidak bisa melihat apa-apa, setiap detik hidupnya semua gelap, dan langit tidak akan pernah cerah …..." Suara Yulianto Hua sangat enak di dengar di malam hari.
“Paman yang malang, tidak bisa bermain game dan juga bermain bola.” Ucap Melvin.
"Ya. Tapi paman itu tidak menyerah, dia mulai mengambil tongkat untuk belajar berjalan keluar dari pintu, tetapi selalu saja terjatuh. Karena dia tidak terbiasa berjalan dengan cara orang buta, dan tidak bisa memperkirakan jarak antara benda-benda, tetapi setelah beberapa waktu, dia secara bertahap terbiasa dengan hal itu. Kemudian dia mulai mempelajari huruf orang buta. Karena dia tidak bisa menyerah, dia tahu jika dia menyerah, maka tamatlah hidupnya. "
Sampai disini, Yulianto Hua berhenti sejenak. Dia melirik Melvin yang telah tidur selama beberapa detik.
Anak-anak memang seperti ini, detik sebelumnya masih berbicara, tetapi detik berikutnya ketika dia tidak berbicara lagi, sebenarnya dia sudah tertidur. Benar-benar di waktu yang bahagia.
“Kemudian?” aku bertanya pelan, aku tahu cerita yang dia ceritakan adalah ceritanya sendiri.
Aku juga ingin tahu dan tertarik pada masa lalunya, meskipun aku tahu bahwa dalam cerita itu, aku tidak bisa menghindari wanita lain, yaitu Crystal Lin, Crystal Lin yang asli.
“Melvin sudah tertidur, aku tidak akan bercerita lagi. Ayo tidur.” Yulianto Hua mematikan lampu di nakas. Suasana kamar seketika menjadi gelap.
Di sampingku adalah tubuh kecil Melvin yang lembut, di sisi lain Melvin ada Yulianto Hua, seorang suami yang tidak bisa saya mengerti.
Perasaanku benar-benar tenang, aku merasakan semacam ketenangan pikiran yang tak bisa dijelaskan. Aku menutup mata sebentar dan tertidur.
Aku terbangun oleh getaran telepon, ponsel Yulianto Hua yang ada di nakas.
Cahaya ponsel sangat menyilaukan dalam gelap, dia mengambil ponselnya dan berjalan keluar.
Aku bangun dan pergi ke pintu untuk mendengar siapa yang berbicara dengannya.
"Apa? Mengapa bisa seperti itu? Kamu awasi, aku akan ke sana sekarang. Baik, begitu." kata Yulianto Hua.
Aku segera naik kembali ke ranjang dan berbaring, berpura-pura tertidur.
Yulianto Hua berjalan masuk dengan pelan, mengambil pakaiannya dan pergi.
Setelah beberapa saat, aku mendengar suara mobil di lantai bawah, dia benar-benar pergi.
Aku melihat ponsel, sudah jam dua pagi, siapa yang akan mencarinya? Masalah mendesak apa yang perlu ditangani pada waktu ini?
Tidak tahu mengapa tiba-tiba aku terpikir Crystal Lin.
Crystal Lin sekarang masih di rumah sakit, apakah keadaan Crystal Lin memburuk?
Tapi terakhir kali aku pergi menemui Crystal Lin, dia sangat baik, dan seharusnya dia sudah akan meninggalkan rumah sakit.
Jika bukan Crystal Lin, maka siapa? Jika bukan masalah penting, pasti tidak akan mengganggu Yulianto Hua di malam hari.
Setelah berpikir lama, aku tetap tidak menemukan jawaban, setelah berpikir selama dua jam, akhirnya aku perlahan tertidur lagi.
Ketika aku bangun, hari sudah terang, Melvin bangkit dan duduk di samping bantalku dengan kebingungan, melihat aku yang sudah bangun, dia bertanya, "Di mana papa?"
“Papa ada masalah darurat tadi malam. Apakah kamu sudah mau bangun?" Kataku lembut.
“Mama, papa tidak akan meninggalkan kita, kan?”
Aku terkejut, "Mengapa kamu berpikiran seperti itu? Tidak, dia tidak akan meninggalkan kita."
Mata Melvin tiba-tiba memerah, "Aku suka papa, aku tidak mau kehilangan papa."
Aku tidak menyangka dia akan sangat gelisah seperti ini, aku sangat menyayanginya, aku memeluknya dan menghiburnya perlahan untuk waktu yang lama sebelum dia kembali rileks.
Novel Terkait
Anak Sultan Super
Tristan XuThe Revival of the King
ShintaGet Back To You
LexyUntouchable Love
Devil BuddyMy Enchanting Guy
Bryan WuMy Charming Lady Boss
AndikaLove In Sunset
ElinaNikah Tanpa Cinta×
- Bab 1 Menjual diri
- Bab 2 Kembali bertemu
- Bab 3 Aku bukan pelacur
- Bab 4 Tuan Muda Keempat
- Bab 5 Aku tidak bersedia
- Bab 6 Kamu sungguh keterlaluan
- Bab 7 Menjebak
- Bab 8 Bingung
- Bab 9 Pengaruh obat
- Bab 10 Dia akan segera datang
- Bab 11 Bodoh
- Bab 12 Kamu bisa memukul wajahku?
- Bab 13 Manipulasi
- Bab 14 Lakukanlah sesukamu
- Bab 15 Dibodohi lagi
- Bab 16 Sesuka hati
- Bab 17 Anak-anak orang kaya
- Bab 18 Jamua Malam Keluarga
- Bab 19 Hujan Malam
- Bab 20 Rahasia lantai atas
- Bab 21 Punyaku?
- Bab 22 Tidak Rela Untuk Berpisah Juga Suatu Kesalahan
- Bab 23 Memerankan Karakter Seperti Apa
- Bab 24 Hadiah
- Bab 25 Dalam Hujan Lebat
- Bab 26 Luka hati
- Bab 27 Mengapa ?
- Bab 28 Musuh
- Bab 29 Apakah hanya berani menyakiti wanita ?
- Bab 30 Apakah aku kalau bukan kamu
- Bab 31 Katakan sekali lagi
- Bab 32 Sedekah
- Bab 33 Kegelisahan
- Bab 34 Kunjungan rumah
- Bab 35 Jebakan
- Bab 36 Serangan Balik
- Bab 37 Meminta Tolong
- Bab 38 Masa Lalu
- Bab 39 Sifat Aslinya
- Bab 40 Mengekspos
- Bab 41 Kenapa kamu begitu berkeringat?
- Bab 42 Aku tidak menyukaimu
- Bab 43 lepaskan
- Bab 44 Bukan Aku
- Bab 45 Sungguh Galak
- Bab 46 Bukti
- Bab 47 Tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah
- Bab 48 Pria yang banyak rahasia
- Bab 49 Tidak bisa melihat orang dari penampilan
- Bab 50 Kejam
- Bab 51 Panggil Ayah
- Bab 52 Masuk akal
- Bab 53 Semakin antusias
- Bab 54 Kebetulan
- Bab 55 Maksudnya bukan seperti ini
- Bab 56 Tidak Mudah Terprovokasi
- Bab 57 Memegang Janji
- Bab 58 Dalam Hati Merasakan Kesenangan
- Bab 59 Tampaknya Mengerti
- Bab 60 Adanya Rasa Egois
- Bab 61 Kekuatan Yang Tidak Kecil
- Bab 62 Aneh Bisa Memilihmu
- Bab 63 Sedikit Memberikan Warna
- Bab 64 Inti
- Bab 65 Sangat Tidak Seimbang
- Bab 66 Seberapa Sulit
- Bab 67 Kamu Saja
- Bab 68 Penipu
- Bab 69 Komputer Canggih
- Bab 70 Juga Adalah Jebakan
- Bab 71 Mengetahui Kebenarannya
- Bab 72 Tidak tergantikan
- Bab 73 Hanya Pantas Menenteng Sepatu
- Bab 74 Jumlahnya Tidak Banyak
- Bab 75 Semoga Ada Hasilnya
- Bab 76 Melihat Keriuhan
- Bab 77 Pengaruh Yang Besar
- Bab 78 Tubuh Yang Bagus
- Bab 79 Tidak Tahu Malu
- Bab 80 Tidak Peduli Bentuknya
- Bab 81 Menurutku Kamu Bisa
- Bab 82 Bukan Sesuatu Yang Istimewa
- Bab 83 Merasa Agak Bersalah
- Bab 84 Bukan Pemula
- Bab 85 Jelas Sekali Bukan
- Bab 86 Terlihat sedikit akrab
- Bab 87 Sangat mengejutkan
- Bab 88 Dalam satu malam
- Bab 89 Sekali Mendayung Dua Pulau Terlampaui
- Bab 90 Mendorongku ke tembok
- Bab 91 Ini Sangat Penting
- Bab 92 Gaya Apa
- Bab 93 Kebahagiaan Melayang
- Bab 94 Bukti Yang Sangat Kuat
- Bab 95 Memberikan Dampak Buruk Pada Tubuh
- Bab 96 Tidak masuk akal
- Bab 97 Tidak masuk akal
- Bab 98 Mengganggu wanita
- Bab 99 Dirimu yang menghindar
- Bab 100 Prajurit sedang dalam bahaya
- Bab 101 Pekerjaan Yang Sia-Sia
- Bab 102 Keluarga Yang Hebat
- Bab 103 Berusaha Tampil Sebaik Mungkin
- Bab 104 Benar-Benar Sangat Jahat
- Bab 105 Tidak Ada Kharisma
- Bab 106 Punya Reputasi
- Bab 107 Apa yang ingin dia lakukan
- Bab 108 Tidak tahu malu
- Bab 109 Solusi Yang Lebih Baik
- Bab 110 Ada harga diri
- Bab 111 Bagaimana membuktikannya
- Bab 112 Bagaimana Mungkin
- Bab 113 Hatinya jauh lebih tenang
- Bab 114 Benar Juga
- Bab 115 Tak Ternilai
- Bab 116 Kesan Pertama Yang Baik
- Bab 117 Tidak Sopan
- Bab 118 Pertempuran
- Bab 119 Menenangkan Diri Sendiri
- Bab 120 Apa kamu ingin mati
- Bab 121 Takdir Mempermainkan Manusia
- Bab 122 Benar-benar Bukan Manusia
- Bab 123 Menjaga Jarak
- Bab 124 Tidak Bisa Tenang
- Bab 125 Turut Prihatin Padamu
- Bab 126 Sangat kuat
- Bab 127 Mutiara di dalam Lautan
- Bab 128 Melihat aku dipermalukan
- Bab 129 Adalah orangku
- Bab 130 Lengan panjang
- Bab 131 Tidak bisa menahan emosi
- Bab 132 Citra perempuan
- Bab 133 sedikit mengejutkan
- Bab 134 Jalan Lain
- Bab 135 Menunggu kesempatan untuk pindah
- Bab 136 Tidak bisa diselesaikan
- Bab 137 Keterlaluan
- Bab 138 Jauh lebih rileks
- Bab 139 Aku akan melakukan yang terbaik
- Bab 140 Sesuai keinginanmu
- Bab 141 Mudah sekali
- Bab 142 Tidak bisa menikmati
- Bab 143 Panutan Belajarku
- Bab 144 Tidak sanggup Menerima
- Bab 145 Tiada habisnya
- Bab 146 Tidak Peduli
- Bab 147 Ingat
- Bab 148 Kamu Tidak Tahu Malu
- Bab 149 Tidak Bisa Menjebakku
- Bab 150 Niat Apa
- Bab 151 Dibuat Gila
- Bab 152 Berakting Sendiri
- Bab 153 Benar-Benar Hebat
- Bab 154 Mengompori
- Bab 155 Mendapatkan Keseimbangan
- Bab 156 Pemaluan Yang Besar
- Bab 157 Sangat berpengetahuan
- Bab 158 berkah dari kehidupan sebelumnya
- Bab 159 Tolong tenang sedikit
- Bab 160 Tidak bisa menyentuhku
- Bab 161 Kefokusan yang Sangat Tajam
- Bab 162 Berhati Kecil
- Bab 163 Hanya Ada Yang Lebih Bodoh
- Bab 164 Saling Memuji
- Bab 165 Sudah Tahu
- Bab 166 Kebahagiaan Terbesar
- Bab 167 Sempurna Tanpa Cacat Sedikipun
- Bab 168 Menyebarkan Keromantisan
- Bab 169 Muncul Kecurigaan
- Bab 170 Berpura-Pura Bodoh Padaku
- Bab 171 Bersikap Mendominasi
- Bab 172 Wajar
- Bab 173 Tidak Diragukan
- Bab 174 Banyak Tingkatan Yang Berbedaan
- Bab 175 Tidak Berdasar
- Bab 176 Membuatku Merasa Jijik
- Bab 177 Perkataan Mengejutkan
- Bab 178 Ahli Cinta
- Bab 179 Tidak Serius
- Bab 180 Sembunyi Dulu Saja
- Bab 181 Hal yang Baik
- Bab 182 Sangat Canggung
- Bab 183 Pasti Berhasil
- Bab 184 Solusi
- Bab 185 Rasa yang Dingin
- Bab 186 Tidak Punya Hati Nurani
- Bab 187 Bersikap Netral
- Bab 188 Terlihat Kuat Dari Luar, Akan Tetapi Dalamnya Sangat Lemah
- Bab 189 Kamu Tidak Akan Mengerti
- Bab 190 Seberapa Banyak yang Kamu Pahami
- Bab 191 Daya imajinani yang lumayan tinggi
- Bab 192 Tidak sempat mengurusi diri sendiri
- Bab 193 Sangat tegas
- Bab 194 Semakin mudah
- Bab 195 Bagaikan bermimpi
- Bab 196 Mengata-ngatai
- Bab 197 Membongkar Kartu Akhir
- Bab 198 Perilaku Pribadi
- Bab 199 Pertarungan Sengit
- Bab 200 Sulit Dipercaya
- Bab 201 Masuk akal
- Bab 202 Gentayangan di mana-mana
- Bab 203 Membereskan semuanya
- Bab 204 Begitu Lagak
- Bab 205 Harus Aku Akui
- Bab 206 Sangat berkualitas
- Bab 207 Tidak ada kemampuan
- Bab 208 Sikap apa
- Bab 209 Hal yang menakutkan
- Bab 210 Hubungan apa
- Bab 211 Hidup Bahagia
- Bab 212 Masuk Akal
- Bab 213 Bagaimana cara mengatasinya
- Bab 214 Membuat Orang Muntah Darah
- Bab 215 Tidak memperingatkan kamu
- Bab 216 Sudah Terbiasa
- Bab 217 Wanita Ku
- Bab 218 Jangan Terlalu Bersemangat
- Bab 219 Seorang Istri Harus Mematuhi Suaminya
- Bab 220 Posisinya Terlalu Rendah
- Bab 221 Ada Maksud Buruk Dibalik Perjamuan Makan
- Bab 222 Dia Tidak Peduli
- Bab 223 Bukan Orang Jahat
- Bab 224 Apa yang Perlu Ditebak?
- Bab 225 Jangan Bicara Omong Kosong Denganku
- Bab 226 Apakah dia tidak bisa melihatnya
- Bab 227 Mesra
- Bab 228 Sudah terjadi
- Bab 229 Motif yang sebenarnya
- Bab 230 Emosional
- Bab 231 Berusaha Lebih Keras
- Bab 232 Benar-Benar Hadiah Yang Besar
- Bab 233 Melakukan Pergerakan Setelah Adanya Pertimbangan
- Bab 234 Tunggu Kapan Lagi
- Bab 235 Sesuka Hati Berkata
- Bab 236 Masalah Penting
- Bab 237 Apa Artinya
- Bab 238 Terserah Padamu
- Bab 239 Berhenti Sebentar
- Bab 240 Yang Lebih Cantik
- Bab 241 Mulut binatang buas
- Bab 242 Tidak akan mengampunimu
- Bab 243 Suami istri yang saling mencintai
- Bab 244 Tidak bisa berkata-kata
- Bab 245 Kandidat yang paling cocok
- Bab 246 Ini tidak logis
- Bab 247 Tidak yakin
- Bab 248 Ada orang sengaja mengaturnya
- Bab 249 Frustasi
- Bab 250 Siapa lagi yang bisa
- Bab 251 Tidak Optimis
- Bab 252 Mengutamakan Kepentingan Bersama
- Bab 253 Mengakui Akan Mendapatkan Keringanan Hukuman
- Bab 254 Persiapan Mental
- Bab 255 Tak Berdaya
- Bab 256 Melamun
- Bab 257 Belajar Dari Kehidupan
- Bab 258 Menghindari Pertemuan
- Bab 259 Bertemu Lagi
- Bab 260 Orang Yang Terkenal
- Bab 261 Jangan menganggu terus
- Bab 262 Tidak Berkata apa-apa
- Bab 263 Tidak tergugah
- Bab 264 Binatang berpakaian manusia
- Bab 265 Ternyata begitu
- Bab 266 Mengganti Dengan Gaya Kelas Atas
- Bab 267 Bukan Masalah
- Bab 268 Terlepas Dari Rasa Beban
- Bab 269 Alasan Yang Mana
- Bab 270 Mempertanyakan Soal Makam
- Bab 271 Berkharisma
- Bab 272 Memiliki Tekanan Besar
- Bab 273 Bangunan Masih Sama Tapi Orang Sudah Berubah
- Bab 274 Kembali
- Bab 275 Jangan Membenciku
- Bab 276 Jatuh terluka
- Bab 277 Tetap bersikap tenang
- Bab 278 kembali berharap
- Bab 279 Persaingan sehat
- Bab 280 Silahkan kamu pergi
- Bab 281 Bahaya yang lebih besar
- Bab 282 Temani aku ngobrol
- Bab 283 Tebakannya langsung benar
- Bab 284 Sangat realistis
- Bab 285 Tak terduga
- Bab 286 Sangat berjodoh
- Bab 287 Waktu tidak bisa kembali
- Bab 288 Lama tidak bertemu
- Bab 289 Niat jahat
- Bab 290 Dekorasi yang indah
- Bab 291 Apa Yang Kamu Lakukan?
- Bab 292 Segera berkumpul kembali
- Bab 293 Bertemu dia lagi
- Bab 294 Pria Super Tampan
- Bab 295 Mengejutkan dan mengagumkan
- Bab 296 Jangan Hiraukan Dia
- Bab 297 Berkata Jujur
- Bab 298 Bukti
- Bab 299 Senang Di atas Penderitaan Oranglain
- Bab 300 Menghindar
- Bab 301 Pengkhianat
- Bab 302 Menyebalkan
- Bab 303 Fitnah
- Bab 304 Tinggal
- Bab 305 Kabur
- Bab 306 Nada salah
- Bab 307 Bicarakan baik-baik
- Bab 308 Menjadi patuh
- Bab 309 Menyuapimu
- Bab 310 Lubang hitam
- Bab 311 Membuat Penasaran
- Bab 312 Siapa Yang Sakit
- Bab 313 Merahasiakan
- Bab 314 Ditanya-tanya
- Bab 315 Tidak keluar
- Bab 316 Orang Pintar
- Bab 317 Aku Bukan Orang Luar
- Bab 318 Mencari Kamu
- Bab 319 Wajah Merona
- Bab 320 Pura-pura Sakit
- Bab 321 Bergerak
- Bab 322 Kita Akan Baik-Baik Saja
- Bab 323 Konflik
- Bab 324 Benar-Benar Sangat Mendesak
- Bab 325 Ternyata Enak Sekali
- Bab 326 Pribadi
- Bab 327 Tidak Tega
- Bab 328 Berkhianat
- Bab 329 Anak Gadis
- Bab 330 Ada Apa
- Bab 331 Tenang
- Bab 332 Menurut Kamu Bagaimana?
- Bab 333 Akrab
- Bab 334 Sudah Tidak Ada Masalah
- Bab 335 Orang Picik
- Bab 336 Tidak Bersalah
- Bab 337 Orang Yang Berguna
- Bab 338 Saudara
- Bab 339 Muda Dan Bersemangat
- Bab 340 Minta Maaf
- Bab 341 Foto Bersama
- Bab 342 Hadir
- Bab 343 Lalu Apa Maksudnya
- Bab 344 Wangi
- Bab 345 Orang Yang Tidak Penting
- Bab 346 Tenang
- Bab 347 Gadis cantik mabuk
- Bab 348 Apakah aku sudah gila
- Bab 349 Menyiksa
- Bab 350 Nanti kita bicarakan lagi
- Bab 351 Apa ini
- Bab 352 Melempar tangan
- Bab 353 Mempersulit
- Bab 354 Mengubah rencana
- Bab 355 Tuan Michael
- Bab 356 Kejadian Tak Terduga
- Bab 357 Bukan Dia
- Bab 358 Pasti Ada Persaingan
- Bab 359 Masalah Rumit
- Bab 360 Tempat Umum
- Bab 361 Mencari tahu
- Bab 362 Mendengarkanmu
- Bab 363 Apakah bodoh
- Bab 364 Penjudi
- Bab 365 Menangani
- Bab 366 – Bukan Urusanku
- Bab 367 Korban
- Bab 368 – Langsung berbicara ke intinya
- Bab 369 Kesedihan
- Bab 370 Aku Mengubah Pikiran Aku
- Bab 371 Sakit Hati
- Bab 372 Tidak Tega Hati
- Bab 373 tidak bercerita?
- Bab 374 Selalu sangat dalam
- Bab 375 tidak memaafkan
- Bab 376 Berpura-pura Tertarik
- Bab 377 Memutarbalikkan
- Bab 378 Kembali Diputarbalikkan
- Bab 379 Sudah Tidak Tahan Lagi
- Bab 380 Disengaja
- Bab 381 Salling Memaksa
- Bab 382 Dihalangi Didepan Pintu
- Bab 383 Membuat Masalah
- Bab 384 Makan-makan Keluarga
- Bab 385 Tidak Belajar Apa-apa
- Bab 386 Peran yang sulit
- Bab 387 Meledak Marah
- Bab 388 Rock
- Bab 389 Dia adalah adikku
- Bab 390 Tidak boleh
- Bab 391 Aku Juga Tidak Pergi
- Bab 392 Diduga Teman Lama
- Bab 393 Semuanya Terihat Familiar
- Bab 394 Aku Bukan Dia
- Bab 395 Benar-benar Palsu
- Bab 396 berpura-pura
- Bab 397 penghasutan
- Bab 398 perubahan tiba-tiba
- Bab 399 tidak terlambat
- Bab 400 ceritanya panjang
- Bab 401 Perasaan
- Bab 402 Buntu
- Bab 403 Datang Tak diundang
- Bab 404 Rencana
- Bab 405 Kemitraan
- Bab 406 Siasat
- Bab 407 Perjanjian
- Bab 408 Berterima kasih secara langsung
- Bab 409 Ada masalah
- Bab 410 Ternyata begitu
- Bab 411 Mengancam Aku?
- Bab 412 Wanita Muda Cantik
- Bab 413 Tunangan
- Bab 414 Mendengarkan Dia
- Bab 415 Kemenangan
- Bab 416 Kolaborasi yang Kuat
- Bab 417 Tidak Bisa Menerima
- Bab 418 Wawancara
- Bab 419 Pesta Minum
- Bab 420 Pergi
- Bab 421 Tiba-tiba dan tidak menduga
- Bab 422 Menunggu Kabar
- Bab 423 Mengkhianati
- Bab 424 Dikurung
- Bab 425 Transaksi
- Bab 426 fakta
- Bab 427 Sedikit lelah
- Bab 428 Mengakui
- Bab 429 Ayah
- Bab 430 Takdir
- Bab 431 Hati yang hampa
- Bab 432 Berbohong
- Bab 433 Mengambil barang milik orang lain
- Bab 434 Berakting
- Bab 435 Aneh
- Bab 436 Bertemu
- Bab 437 Pertemuan Tidak Menyenangkan
- Bab 438 Suami Istri Menjalani Hidupnya Masing-masing
- Bab 439 Nona Besar
- Bab 440 Kamu adalah Dia
- Bab 441 Kamu
- Bab 442 Ingatan Yang Hilang
- Bab 443 Berantakan
- Bab 444 Seluruh Situasi
- Bab 445 Kebakaran
- Bab 446 iblis
- bab 447 melarikan diri
- Bab 448 anjlok
- Bab 449 gelisah
- Bab 450 meminta bantuan
- Bab 451 Masalah pribadi
- Bab 452 Permasalahan dalam perusahaan
- Bab 453 Pengobatan Tradisional
- Bab 454 Tidak Mungkin Kambuh
- Bab 455 Bahagia
- Bab 456 dapat dipercaya
- Bab 457 cowok itu ganteng