Nikah Tanpa Cinta - Bab 104 Benar-Benar Sangat Jahat

Sebenarnya aku juga bisa nyanyi, selain itu tidak buruk juga nyanyinya. Tapi bernyanyi di sini, bagaimanapun bukan di karaoke, yang bisa bernyanyi mengikuti lirik lagu. Bernyanyi di sini, di bawah kondisi yang tidak mempersiapkan apapun, tidak mungkin bisa dilakukan.

Yang lebih parah adalah, dalam grup ibu-ibu, ada tiga orang yang juga bernyanyi. Suara mereka, benar-benar sudah bisa ikut audisi. Kalau aku bernyanyi lagi, maka bukankah hanya akan mempermalukan diri sendiri?

"Berikutnya kami persilakan orang tua Melvin untuk tampil di atas panggung." saat ini sang pembawa acara sudah memanggilku.

"Kamu pergi saja, aku benar-benar tidak bisa." aku menatap Yulianto Hua.

Tapi Yulianto Hua malah mendorongku dengan kuat ke luar.

"Ibu Melvin sangatlah muda. Kelihatannya seperti mahasiswi. Permisi ibu Hua, pertunjukkan apa yang ibu akan tampilkan?" pembawa acara itu mengulurkan mikrofon ke hadapanku.

Sebenarnya otakku benar-benar kosong. Aku sama sekali tidak menyiapkan apapun, jadi aku sama sekali tidak tahu apa yang akan aku tampilkan.

Suara menghina ibu-ibu sudah terdengar, aku malah tidak bisa menjawab apapun. Saat ini Yulianto Hua tiba-tiba berjalan kemari, "Pertunjukkan istriku sedikit spesial. Nilai Sains dia dari dulu selalu mendapat nilai sempurna. Jadi dia ingin mempertunjukkan mengingat angka. Karena menjadi teladan bagi anak-anak, aku juga merasa pertunjukkan seperti ini lebih bermakna."

"Mengingat angka? Kalau begitu bagaimana mengingatnya?" sang pembawa acara juga kelihatan sangat tertarik.

"Iya, begini saja. Setiap anak-anak yang duduk di sini, boleh menuliskan tiga grup angka yang mereka suka. Lalu kita buat angka-angka itu menjadi sebaris. Berikan waktu tiga menit pada istriku. Dia bisa menghafalkan barisan angka itu." kata Yulianto Hua.

"Wah, hebat sekali. Pertunjukkan ini bagus. Bisa membuat anak-anak ikut terlibat dalamnya. Kalau begitu lakukan begini saja. Sekarang kita siapkan kertas, menyuruh anak-anak menuliskan angka kesukaan mereka. Kita menantikan pertunjukkan sempurna dari Nona Yao!" kata sang pembawa acara.

"Benarkah? Ini juga bisa dihapal?" ada orang tua yang meragukan di bawah sana.

"Cukup dengar dia membual saja, aku rasa dia tidak bisa ingat." ada orang yang menambahkan.

Aku menatap Yulianto Hua dengan pandangan bingung. Kapan aku bilang mau menampilkan menghafal angka? Nilai Sains aku memang lumayan bagus. Tapi aku tidak pernah belajar teknik menghafal angka. Itu perlu pelatihan profesional baru bisa 'kan? Bukankah ini namanya sedang mengerjaiku?

"Kamu bisa." Yulianto Hua malah sangat tenang.

Aku merendahkan suara, "Sepuluh anak, satu anak tiga grup angka, jadinya 30 grup. Bagaimana bisa aku mengingatnya? Apakah harus membuatku malu?"

"Tidak, aku percaya kamu pasti bisa. Data-data keuangan, kamu sekali lihat saja sudah bisa mengucapkannya ulang. Angka-angka ini lebih mudah dari data-data yang kamu lihat. Anak-anak di TK, paling banyak hanya akan menuliskan angka dua digit saja, yang menuliskan tiga angka semakin sedikit lagi. Jadi kebanyakan angka dari nol sampai sembilan. Kamu tenang dulu, kamu pasti bisa ingat urutan 30 angka itu."

"Kamu bilang dengan begitu mudah, kalau begitu kamu saja yang hafal." aku berkata dengan benci.

"Tidak mau, ini adalah kerjaanmu. Aku tidak mau. Kamu jangan marah, tenangkan dirimu, baru bisa mengembangkan kemampuanmu." Yulianto Hua menepuk-nepuk pundahkku.

"Nyonya Hua, kamu mainnya agak besar ya. Kalau sampai salah ingat, anak-anak akan kecewa lho." ada seorang nyonya kaya yang datang memprovokasi.

Aku belum bicara, Yulianto Hua sudah menerimanya, "Juga bukan perlombaan yang serius, meskipun salah memangnya kenapa. Memangnya ikut olimpiade harus menang? Kalau seperti itu logikanya, maka tim sepakbola negara kenapa masih harus ikut pertandingan. Yang jelas juga akan kalah."

"Tuan Hua sangat melindungi istri ya. Kagum, kagum." orang itu menjadi tidak senang.

"Tentu saja, aku percaya dia bisa melakukannya." Yulianto Hua merespon dengan dingin.

Orang itu karena menyadari tidak seru, juga berlalu pergi. Kemudian tim wanita lain juga bergosip bersama-sama, seharusnya sedang menunggu aku mempermalukan diriku sendiri.

Setiap grup pasti ada yang tidak disukai. Tim dokter seperti mereka ini, adalah orang-orang dengan status sosial atas di kota ini, saling mengenal satu sama lain. Biasanya meskipun tidak menghubungi satu sama lain, tapi setidaknya juga akan memberi salam. Tapi aku tidak sama, aku tidak kenal siapapun, juga tidak ada yang kenal aku, tapi aku malah tiba-tiba menerobos masuk lingkaran mereka. Mereka tentu akan menolak, tentu saja berharap aku malu.

Dan juga alasan lain adalah, di antara mereka, ada yang tahu masalah Yulianto Hua membawa aku meninggalkan pernikahan. Di antara mereka pasti ada beberapa yang merupakan teman Felicia Chen, jadi mereka pada dasarnya memang membenciku.

Aku benar-benar memiliki tekanan yang sangat besar, tapi aku mau tidak mau aku harus menghadapinya.

Dengan cepat 30 grup angka keluar. Angka yang anak-anak tulis benar-benar sama sekali tidak ada polanya. Ada yang menuliskan 123, ada yang tulis dua digit angka, yang tulis tiga digit ada, tapi benar-benar sangat sedikit. Hanya ada dua orang.

Jadi dihitung dari angka, angka-angka ini jauh melebihi 30.

Aku melihat angka yang disusun, dan berusaha keras menenangkan diriku sendiri. Hanya dalam waktu tiga menit, aku harus mencari sedikit polanya, kalau tidak aku tidak mungkin bisa mengingatnya.

Yulianto Hua berjalan kemari, "Tenang, kamu pasti bisa. Apa kamu mengerti notasi?"

"Aku bisa." aku langsung tersadar, aku sudah mengerti maksud Yulianto Hua.

"Bukankah selesai kalau begitu. Serangkaian angka itu, kamu bisa pikirkan menjadi sebuah notasi. Kamu buat 0 dan 8, dan juga 9 menjadi 1. Mengingat seperti ini, sudah bisa menjadi lagu. Lalu kamu perhatikan angka yang menjadi 1 itu, dengan begitu akan lebih mudah diingat. Dengan kemampuanmu, maka benar-benar tidak masalah. Mulai saja, aku tidak mengganggumu lagi."

Cara Yulianto Hua ini benar-benar sangat berguna, tapi sebenarnya juga sulit. Bukan sembarang angka digabungkan sudah bisa menjadi notasi, aku juga harus membayangkan sedikit hal.

Demi menghindari gangguan dari luar, aku mengingat dengan hatiku. Guru TK memakaikan earphone di telingaku, menyuruhku mengingatnya di samping.

Awalnya mengatakan tiga menit, tapi guru yang mengingat itu sangat baik terhadapku, memberikan aku waktu empat menit.

"Ok, waktunya tiba. Sekarang adalah waktunya melihat keajaiban. Lihat apakah ibu Melvin kita ini bisa berhasil atau tidak? Mari kita nantikan bersama!"

Aku memejamkan mata, mengatakan secara perlahan-lahan kepada mikrofon serangkaian angka yang aku ingat di otakku. Waktu itu aku benar-benar melepas diriku, tidak ada pikiran lain, hanya ada serangkaian angka itu, bisa dibilang juga notasi lagu, mereka berbaris, satu per satu melaju di otakku. Setiap berjalan satu, aku pun membacakan satu.

Setelah aku membuka mata, aku mendengar suara tepuk tangan. Batu di hatiku akhirnya hilang. Aku sudah melakukannya!

"Ibu, ibu hebat sekali, jenius!" Melvin datang ke arahku dengan wajah sombong.

"Sayang, kamu yang jenius." aku memeluknya.

Yulianto Hua berjalan kemari, memeluk aku dan Melvin, "Bagus sekali, Ivory, aku sudah bilang kamu bisa."

"Kalau aku gagal bagaimana, bagaimana?" aku bertanya rendah.

"Kalau begitu aku akan memberitahu mereka, kamu memang pada awalnya bukan orang pintar, aku hanya bercanda dengan mereka." Yulianto Hua tersenyum ringan.

Benar-benar sangat jahat.

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu