Nikah Tanpa Cinta - Bab 69 Komputer Canggih

Aku memakai jas besarnya, kembali ke kamarku sendiri, mencari sebotol air dan meminumnya, barulah merasa dahagaku hilang.

Setelah tidak haus lagi, aku melanjutkan tidur.

Hari baru tiba, langit sudah cerah.

Ketika aku terbangun, yang pertama kurasakan adalah pusing.

Aku membuka selimut, melihat cupangan di tubuhku yang bermekaran seperti bunga di kulitku yang putih, merekam hal gila yang kulakukan kemarin dengan Yulianto.

Lalu ada orang yang mengetuk pintu, suara Kak Yulie, “Nyonya, Tuan menyuruhku mengantarkan sup untuk menyadarkan dari mabuk, katanya setelah minum tidak akan pusing lagi.”

Kebetulan pusingku sangat hebat, mendengar ucapan Kak Yulie, aku pun langsung ingin meminumnya menghentikan pusingku, aku pun bergegas memakai baju dan membuka pintu.

Kak Yulie membawa nampan, di dalam nampan terdapat cairan berwarna merah gelap seperti bir.

Aku mengucapkan terima kasih, mengulurkan tangan dan mengambilnya, namun menyadari Kak Yulie tidak mengucapkan apapun, hanya memandangiku saja.

Barulah aku sadar bagian dada baju tidurku belum dikancingi, cupangan yang ditinggalkan Yulianto terlihat oleh Kak Yulie.

Aku malu hingga wajahku memerah, ingin mengulurkan tangan untuk menutupi bajuku, Kak Yulie pun berbicara sambil tersenyum, “Tadi malam Nyonya dan Tuan minum cukup banyak, masih bisa begitu romantis, kami sebagai asisten pun lega melihat kalian sebagai suami istri, rumah yang harmonis adalah baik, Nyonya dan Tuan harus tetap baik-baik saja.”

Aku mengucapkan terima kasih pada Kak Yulie dengan wajah yang memerah, lalu mengambil sup itu dan masuk ke kamar, tanpa sikat gigi terlebih dahulu, aku langsung meminumnya.

Tidak tahu apakah sugesti atau bukan, setelah meminum sup yang asam bercampur manis itu, sepertinya kepalaku tidak begitu pusing lagi. Setelah mandi dan berpakaian, aku pun turun ke bawah.

Aku memang bangun cukup siang, Melvin sudah sedang menyantap sarapannya, supir untuk antar jemput sekolah juga sudah datang.

Namun Yulianto tidak ada, aku bertanya pada Kak Yulie, ia mengatakan setelah menyuruh membuat sup di pagi hari, Yulianto pun pergi keluar. Ketika pergi pun masih menyuruh Kak Yulie untuk melihatku, tidak membiarkan aku pergi. Pasti harus menunggunya pulang.

Aku memakan sarapanku, lalu menunggu Yulianto di rumah.

Hatiku sedang gelisah, apakah Yulianto pergi ke rumah sakit untuk menengok Crystal? Jika ia pergi menengok Crystal, untuk apa menyuruhku menunggu di sini?

Menunggu kira-kira 1 jam, aku pun mendengar suara mobil, Yulianto kembali, ia mengemudikan Audi hitamnya yang sudah aku tabrak, biasanya ia mengemudikan mobil Porsche, dua hari ini mengemudikan Audy nya yang tidak sering digunakan, sepertinya tidak ingin ketahuan orang lain.

Yulianto yang memakai baju santai turun dari mobil, rambutnya masih sedikit berantakan, kumisnya belum dicukur, sangat jelas hari ini tidak begitu berdandan keluar rumah.

Yang lebih menarik lagi adalah, tangannya membawa dua ekor ikan, tidak terlalu besar, tapi terlihat sangat segar.

Sejak kapan pria ini berubah dan membeli sayur? Dalam ingatanku, ia tidak pernah melakukan hal ini, jangan bilang membeli sayur, dapur saja ia tidak pernah masuk, ia adalah orang yang sama sekali tidak memiliki aroma asap.

Ia memandangku sebentar, mengayunkan ikan di tangannya padaku, tatapannya sedikit angkuh.

Melihatku memandangnya dengan curiga, ia pun menggerakan tangannya di depanku, “Wanita bodoh, sini.”

Meski tidak senang karena dipanggil wanita bodoh, tapi aku tetap menghampirinya. “Apa?”

“Apakah kamu tahu apa ini?” Yulianto mengayunkan ikan di tangannya.

Dalam hati aku berpikir ia terlalu meremehkan pengetahuanku, bahkan anak kecil juga tahu ini adalah ikan, bukan?

“Bukankah ini adalah dua ekor ikan? Atau jangan-jangan dua ekor babi?” Aku bertanya curiga.

Yulianto mengulurkan tangan meraba kepalaku, “Sungguh kasihan si bodoh, bahkan hanya ikan saja tidak berani yakin akan itu, masih curiga apakah ini babi. Apakah babi seperti ini?”

Aku mengangguk dengan serius, “ Benar juga. Seharusnya babi seperti ini, jelas-jelas ini adalah ikan.” Aku memandang Yulianto dari atas ke bawah.

“Gila.” Yulianto memaki, membawa ikan memasuki dapur.

Dalam hati aku berpikir dialah yang gila, belum pernah melihat yang segila ini. Dalam hati aku penasaran, berpikir apa yang ingin dilakukan pria ini? Apalagi memasuki dapur.

Hanya terlihat Yulianto yang sudah memakai apron, mulai memasak ikan. Aku memiringkan kepala dan melihat ke luar jendela, matahari tidak terbit dari barat, mengapa Yulianto memasuki dapur? Apakah kegilaannya kumat? Otaknya kemasukan air?

Kak Yulie pun datang, aku menariknya ke samping, “ Ada apa dengan orang di dalam dapur itu? Bukankah ia tidak pernah memasuki dapur? Pagi-pagi membawa dua ekor ikan, dan mengerjakannya sendiri, apa yang terjadi?”

Kak Yulie tertawa, “Nyonya, kamu bersama dengan Tuan selama ini, apakah menyadari Tuan memiliki keunikan dalam makanannya?”

Aku berpikir, aku dan Yulianto menikah selama ini, tidak lebih dari 10 kali makan bersama dengan serius, aku benar-benar tidak menyadari keunikan apapun, aku hanya tahu ia tidak makan tahu, itu juga ketika makan bersama Ivana barulah aku tahu.

Aku menggeleng, “Sebenarnya tidak menyadari apa-apa, hanya tahu ia tidak suka tahu.”

“Lalu?” Kak Yulie memasang tampang tertarik untuk melanjutkan obrolan.

“Aku tidak menyadari yang lainnya, sebenarnya aku sangat jarang makan bersama dengannya.”

“Di antara daging, Tuan hanya memakan ikan, selain itu ia tidak menyentuhnya.” Ucap Kak Yulie sambil tersenyum, “Seharusnya Nyonya lebih memperhatikan Tuan lagi, bahkan hal sejelas ini saja Nyonya tidak menyadarinya.”

Aku membalas dengan lirih, aku benar-benar tidak memperhatikan tentang masalah ini. Tapi jika dipikirkan dengna teliti, sepertinya Yulianto tidak pernah memakan daging lain di depanku. Meski kadang ada daging lain di meja makan, tapi sepertinya ia tidak menyentuhnya.

“Rupanya ia tidak makan ikan, pantas saja ia begitu senang membawa ikan itu, seperti bertemu dengan saudara sendiri.” Ucapku tertawa.

“Saudaramu lah yang ikan!” Tidak tahu sejak kapan, Yulianto berdiri di belakangku dan aku tidak tahu, Kak Yulie terus mengerutkan alisnya, ternyata sedang mengisyaratkanku, rupanya aku tidak menyadarinya.

Aku hanya bisa menjawabnya dengan terpaksa, “Iya, aku adalah putri duyung, jadi saudaraku adalah ikan, kenapa?”

Yulianto memandangku dengan dingin dari atas sampai bawah, “Kamu adalah mutasi dari putri duyung, berubah menjadi duyung jelek kan?”

Di samping Kak Yulie sudah tertawa.

“Kak Yulie, siapkan alat makan, siap-siap makan ikan.” Ucap Yulianto.

Kak Yulie menjawabnya, lalu pergi menyiapkan.

Aku melihat jam, sudah terlalu larut untuk sarapan, tapi masih sedikit terlalu pagi untuk makan siang, juga tidak tahu apa yang terjadi dengan Yulianto, ingin memakan ikan di saat seperti ini.

“Ayo bersama, wanita bodoh.” Yulianto memanggilku.

Meski aku tidak lapar, tapi aku penasaran seperti apa rasa ikan yang dimasak Yulianto, aku pun mengikutinya.

Saat itu terdengar suara mobil, Alfred datang, dari dalam mobil ia membawa satu tas kulit besar, memberikannya padaku, “Ini adalah barang yang kamu inginkan.”

Aku terpaku, dari mana aku ingin barang?

Setelah berpikir, seharusnya ini adalah Yulianto yang memberiku, hanya saja sebesar ini, apa yang ada di dalamnya?

Yulianto sedari malam sampai hari ini, begitu baik padaku, apa mungkin ia mempermainkanku?

Aku mengambil tas kulit itu, membukanya dengan perasaan tegang, tapi tidak terlihat ada barang penting di dalamnya, semuanya adalah amplop dokumen, ada beberapa yang sangat tebal.

Yulianto datang menghampiri, “Ini adalah semua data Hua’s Inter Company, termasuk rencana perkembangan, proyek utama dan dokumen penting karyawan, jika dirangkum dalam satu kalimat, ini adalah rahasia nomor 1 Hua’s Inter Company, setelah kamu selesai makan ikan, kuberi dua hari untuk menghafal semua dokumen ini, lalu dengan otakmu yang berisi hal-hal ini, gantikan aku menghadiri rapat besar pemegang saham Hua’s Inter Company.”

Ya Tuhan, begitu banyak dokumen, menghafal dalam waktu dua hari, benar-benar menganggapku adalah komputer canggih.

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu