Nikah Tanpa Cinta - Bab 344 Wangi

Aku ingin langsung bertanya bagaimana dengan wangi parfum di tubuhnya, tapi juga takut ditertawakan oleh dia. Selain itu aku sekarang sudah cerai dengannya. Dengan status apa mengatur masalah pria ini?

"Kamu diam saja seperti ini, membuatku merasa sangat tidak tenang. Lebih baik kamu katakan saja. Sebenarnya ada apa?" Yulianto Hua mengerutkan dahi.

"Benar-benar mau dengar?" aku juga sedikit ragu.

"Omong kosong, tentu saja mau. Sebenarnya ada apa denganmu?"

"Kamu mengganti merk parfum? Bukan merk yang dulu lagi? Siapa yang menyuruhmu menggantinya?" aku juga tidak bisa berpikir begitu banyak lagi dan langsung bertanya padanya.

"Tidak, aku selalu menggunakan merk ini kok." Yulianto Hua kelihatan tak bersalah.

"Tidak mungkin!" aku bertambah kesal dan menaikkan suaraku lagi.

"Kenapa tidak mungkin. Aku memang tidak mengganti merk parfum! Kalau tidak percaya kamu bisa pulang dan melihat botol parfumku, tetap merk itu kok! Kamu tidak senang karena masalah ini? Apa kamu sangat peduli pada merk parfumku?"

"Kalau begitu kenapa di tubuhmu ada wangi lain? Jelas-jelas bukan wangi yang biasanya!" aku akhirnya tidak dapat menahan diri dan mengatakannya yang sesungguhnya.

"Apa? Wangi tubuhku berbeda?"

"Memang tidak benar, sangat tidak benar!"

Yulianto Hua tiba-tiba tertawa, "Jadi kamu terus mengingat wangi di tubuhku?"

"Tidak!" aku langsung mengelak.

"Kalau kamu tidak ingat wangi di tubuhku, bagaimana kamu bisa tahu wangi di tubuhku berubah?" Yulianto Hua mulai berubah sedikit sombong.

Begitu dia sombong, tidak bersiap menjelaskan lagi? Aku bertanya pertanyaan ini, bukan untuk membuatnya merasa sombong, melainkan menyuruhnya mengatakan kebenarannya!

"Kamu bilang kamu tidak mengganti parfum. Kalau begitu coba kamu katakan. Tubuhmu memiliki wangi yang tidak biasa. Itu datang darimana? Apakah dari wanita lain?"

Karena sudah berkata sampai seperti ini, maka langsung berkata terus terang saja, juga tidak takut merasa malu lagi.

"Menurutmu?" Yulianto Hua balik menggodaku.

"Aku juga hanya asal bertanya saja. Dari mana asal wangi di tubuhmu, apa hubungannya denganku. Tapi pilihan wnaita ini sangat biasa. Wangi ini bukanlah wangi parfum yang sangat mahal." aku berkata dengan merendahkan, lalu kembali ke tampang tidak peduli, menutupi ekspresi cemburuku tadi.

"Imajinasimu benar-benar sangat hebat. Mana mempunyai wangi wanita. Ini adalah sachet lavender yang Kak Yulie taruh di dalam lemari pakaian saja. Aku sudah menyuruhnya membawa itu keluar. Kedepannya tidak akan ada wangi seperti ini lagi. Aku juga tidak suka wangi ini." kata Yulianto Hua.

Aku bisa-bisanya menghela napas lega. Ternyata seperti itu. Lalu tiba-tiba menyesal. Bukankah hanya mencium wangi yang berbeda saja. Apakah aku perlu sampai semarah ini?

"Sudah tenang? Tidak marah lagi?" Yulianto Hua berkata sambil menatapku dengan menggoda.

"Tidak ada yang perlu tenang. Aku hanya penasaran saja. Kamu juga jangan berpikir terlalu banyak lagi. Aku tidak begitu penasaran dengan urusanmu." aku hanya bisa menutupi kesalahanku saja.

"Benarkah? Ada orang yang tadi sampai marah-marah, sekarang bilang tidak apa-apa? Bahkan satu udara di Shanghai saja sudah menjadi asam. Tidak tahu kamu merasakannya atau tidak?"

"Tidak. Aku cemburu untukmu? Tuan Hua semakin narsis ya." aku balik menyindir.

Kita berdua pun saling berbalas seperti ini dan mulai berdebat di atas mobil. Yulianto Hua sepertinya sangat sabar hari ini. Tidak peduli aku menggodanya seperti apa pun, dia tetap lemah, membuatku merasa tidak seru menggodanya.

Setelah sampai di pintu klub, Yulianto Hua bilang Ivana Hua ada di dalam, menyuruhku langsung masuk saja ke dalam. Aku bertanya kenaapa dia tidak masuk. Ivana Hua bilang padanya, kalau aku setuju, langsung suruh dia masuk saja. Kalau aku tidak setuju, dia tidak boleh masuk.

Jadi maksud Ivana Hua adalah, karena ini adalah pertemuan mereka berdua, maka aku yang putuskan mau membiarkan Yulianto Hua ikut atau tidak.

"Kalau begitu kamu pulang saja dulu. Terima kasih datang menjemputku. Koper untuk sementara diletakkan dulu di mobilmu. Setelah pulang aku baru ambil." aku melambaikan tangan ke arahnya.

"Maksudmu, kamu benar-benar tidak membiarkanku masuk?" Yulianto Hua berwajah sedih.

"Iya. Kita dua wanita janjian minum, kamu seorang pria untuk apa berdiri di sana? Pulang saja, cepatlah istirahat." aku melambaikan tangan lagi.

"Oh." Yulianto Hua menjawab dengan tidak berdaya, "Kamu bilang aku menjemputmu malam-malam seperti ini, setelah sampai, kamu mengusirku pergi, bukankah sedikit kelewatan?"

Aku mengangkat bahu, "Aku tidak merasa kelewatan kok, rasanya sangatlah wajar."

Yulianto Hua menunjukku dengan kesal, "Baik, termasuk kamu kejam. Kamu main saja sana. Aku pergi saja."

"Baik, kalau begitu sampai jumpa." aku melambaikan tangan dan masuk ke dalam klub.

Setelah masuk ke dalam klub, aku bersembunyi di belakang pintu kaca, diam-diam melihat Yulianto Hua. Dia tidak langsung naik mobil dan pergi. Berjalan bolak-balik di tempat, sangat tidak rela, dan terlihat tidak berdaya. Hatiku tanpa sadar terasa senang.

Setelah pergi ke ruangan reservasi, Ivana Hua sendiri sudah minum duluan. Melihat aku masuk, dia melihat ke belakangku, "Kamu tidak membiarkan Yulianto datang?"

"Tidak. Bukankah kamu bilang boleh tidak membiarkannya masuk?"

Ivana Hua tertawa kencang, "Aku memang berkata seperti ini, tidak terpikir kamu benar-benar tidak membiarkannya masuk. Bocah ini pasti sudah gila sangking kesalnya! Kamu tahu tidak, setelah mendengar kamu mau pulang, dia senang sekali. Bocah itu dua jam lalu sudah menunggu di stasiun. Saat dia menjemputmu, kamu bahkan belum naik kereta Kota Y. Coba kamu bilang apakah dia bodoh?"

Ini membuatku tidak terduga. Yulianto Hua hanya bilang menungguku selama setengah jam saja. Ternyata kenyataannya bukan setengah jam, melainkan dua setengah jam.

Memikirkan dia menunggu begitu lama, tapi aku malah menyuruhnya pergi, sepertinya sedikit kelewatan. Tapi sekarang aku juga tidak bisa menelponnya menyuruh dia kembali lagi.

"Kenapa hari ini tiba-tiba mengajakku minum. Apakah ada hal yang menyenangkan?" Ivana Hua bertanya padaku.

Aku tersenyum, "Bisa ada masalah apa. Sudah termasuk beruntung kalau aku tidak bertemu masalah yang sial. Sudah akhir pekan bukan. Ingin minum bir bersamamu, akhir-akhir ini sedikit lelah, hanya ingin minum bir saja."

"Ivory, bagaimana denganmu dan Yulianto? Kondisi yang bagaimana? Apa kalian masih akan rujuk?"

Pertanyaan Ivana Hua membuatku terdiam. Tidak tahu bagaimana menjawabnya.

"Kamu dan Yulianto jelas sekali tidak bisa diputuskan. Karena tidak bisa diputuskan, maka seharusnya bersama. Untuk apa saling menyiksa satu sama lain?"

Aku mengangkat gelas dan mengetosnya dengan Ivana Hua, "Kak Ivana, bukankah kamu dan Rick juga tidak bisa putus. Kalau begitu kenapa kalian tidak bersama?"

"Dasar kamu, bukankah ini sedang membicarakan masalahmu. Kenapa kamu jadi mengungkit tentangku? Apakah itu hal yang sama? Sekarang yang dikatakan adalah kamu, jangan katakan tentangku." Ivana Hua memarahi.

"Kalau begitu tidak mengungkit masalah siapapun. Aku perlihatkan suatu hal padamu." aku mengerluarkan foto Feline Tsu dan Crystal Lin dari dalam tas lalu menyodorkannya kepada Ivana Hua.

"Ini adalah fotomu dengan Crystal? Apakah kalian kenal sejak masih kecil?" Ivana Hua juga terkejut.

"Kak Ivana coba kamu lihat dengan serius. Apakah foto ini benar-benar adalah aku?"

Ivana Hua melihat lebih dekat, "Benar kok. Ini adalah kamu. Mataku juga tidak minus, mana mungkin salah lihat."

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu