Nikah Tanpa Cinta - Bab 421 Tiba-tiba dan tidak menduga

Yulianto Hua tiba-tiba mematikan telepon, aku agak tidak menduga.

Segera aku menelepon kembali, dia sudah tidak mengangkat telepon, saat telepon lagi untuk kedua kalinya, ponsel dia sudah tidak aktif.

Aku menghentikan mobilku ke tepi jalan untuk menenangkan diri, aku juga menginstropeksi diri, apakah aku terlalu keterlaluan? Apakah tidak seharusnya aku mempermasalahkan dia tidur di mana?

Tapi ini juga tidak benar. Dulu aku mengira aku sudah bercerai dengannya, jadi apa pun yang dia lakukan aku bisa tidak peduli, tapi sekarang aku tahu aku sebenarnya tidak bercerai dengannya, kami masih suami istri yang sah, tentu saja aku harus peduli dengan apa yang dia lakukan, bagaimana bisa aku cuek?

Dia tidak pulang semalaman, apakah aku bertanya saja tidak boleh? Kalau dia benar-benar jujur, tidak melakukan sesuatu yang salah, kenapa dia tidak berani bilang di hotel mana?

Semakin dipikir semakin merasa janggal, kemudian aku lanjut menyetir pulang ke rumah.

Mobil Yulianto Hua tidak ada, Kak Yulie sudah selesai menyiapkan makan siang.

Meskipun aku kesal, tapi tetap harus makan, karena tadi tidak sarapan. Makan saja dulu baru nanti dipikirkan.

Setelah melihat makanan, aku baru menyadari diriku benar-benar sudah sangat lapar. Sehingga aku pun mengubah kekesalanku menjadi nafsu makan, satu mangkok besar nasi dan banyak sayur dimakan olehku!

Kak Yulie terus melihat aku dengan kaget. “Nyonya, kamu makan sebanyak ini?”

Aku tertawa kecil, “Aku tidak sarapan, benar-benar lapar sekali.”

“Kalau begitu makanlah yang banyak, apakah masakanku sesuai dengan seleramu? Tanya Kak Yulie.

“Kak Yulie, sudah sekian banyak aku makan, apakah masih perlu ditanyakan? Pastinya sangat sesuai selera! Oh iya, apakah Yulianto Hua ada pulang tadi?”

Kak Yulie berpikir sejenak, “Nyonya, baru saja aku ingin membicarakan hal in ke kamu, aku merasa agak aneh.”

Hatiku terperanjat, “Kenapa aneh? Apa yang terjadi?”

“Tuan memang ada pulang, tapi juga seperti tidak termasuk ada pulang.” Kak Yulie tampak sangat kebingungan.

“Maksudnya? Apa yang dimaksud ada pulang, tapi tidak pulang?” Tanyaku dengan buru-buru.

“Mobil Tuan memang ada pulang, tapi dia tidak turun dari mobil, Kak Alfred yang naik ke atas mengambil barang untuknya. Menurut kamu aneh tidak?” Ujar Kak Yulie.

Ini memang aneh, kalau memang sudah pulang ke rumah, kenapa dia tidak turun dari mobil? Dan yang paling penting adalah, lantai dua itu kamar Yulianto Hua dan aku, seharusnya orang lain tidak bisa sembarangan masuk. Biasanya wanita lain saja tidak boleh masuk, apalagi Kak Alfred yang seorang pria dan merupakan orang luar! Jadi sebenarnya ada apa?

“Tuan tidak turun dari mobil, tetap di mobil, kamu yakin dia di dalam mobil?” Tanyaku kepada Kak Yulie.

“Yakin, jendela mobil terbuka, tuan ada duduk di dalam sana, aku melihat dengan jelas, kemudian mereka pergi setelah Kak Alfred selesai mengambil barang.” Kata Kak Yulie.

“Barang apa yang mereka ambil?” Ini adalah pertanyaan yang penting.

“Laptop Tuan, sama beberapa buku pembukuan dan surat-surat penting. Setelah mereka pergi, aku ada naik untuk melihat sebentar, barang yang biasa dibawa Tuan sudah dibawa pergi.” Ujar Kak Yulie.

Kalau memang Kak Yulie sudah melihat, aku tidak perlu naik untuk melihat lagi, aku percaya dengan yang dia katakan.

“Kalau menurut kamu, apa yang ingin Yulianto Hua lakukan?” Tanyaku.

Dia bekerja sekian lama di rumah keluarga Hua, mungkin bahkan lebih memahami Yulianto Hua daripada aku, jadi aku mau menanyakan pendapatnya.

“Nyonya, ini……” Kak Yulie seperti ingin berbicara namun terhenti.

“Langsung katakan saja, tidak perlu ragu-ragu.”

“Berdasarkan pengalamanku sebelumnya, tuan akan pergi jauh……” Kak Yulie tetap memandangku dengan rasa bersalah.

“Pergi jauh?”

“Iya, tuan membereskan barang-barang yang sering dia bawa, juga membawa laptop, biasanya berarti akan pergi ke tempat yang jauh. Tapi yang tidak aku mengerti, kenapa tuan tidak keluar dan mengemas sendiri? Dulu setiap kali akan pergi, dia selalu mengemas sendiri. Tuan tidak akan dengan gampangnya membiarkan orang lain memasuki ruang kerja dan kamarnya. Nyonya harusnya juga tahu akan hal ini.”

Aku mengangguk, dalam hatiku sedang berpikir, Yulianto Hua akan pergi ke tempat yang jauh, kemana dia?

Bukankah dia akan pergi ke Amerika bersamaku? Tapi dia malah sudah pergi tempat lain, jangan-jangan dia tidak membawa aku pergi? Dianya sendiri kabur terlebih dahulu, kalau benar demikian, aku sungguh akan membencinya.

“Tapi nyonya, kamu jangan terlalu panik, bisa jadi tuan hanya keluar kota karena urusan mendadak, kalian bicara baik-baik, tapi jangan sambil bawa emosi.”

Aku mengangguk, “Baik, aku tidak marah, hanya agak lelah, aku istirahat sebentar ke atas, kamu beres-beres saja.” Kutunjuk meja makan tersebut.

“Baik nyonya, kamu pergi istirahat dulu saja. Aku akan membereskannya.” Jawab Kak Yulie.

Aku naik ke atas dan masuk ruang kerja Yulianto Hua. Ruang kerja tersebut tidak tampak berubah banyak. Seperti yang dikatakan Kak Yulie, Yulianto Hua membawa laptop dan kartu identitasnya.

Kemudian aku pergi ke kamar, pakaian juga tidak disentuh, masih tergantung rapi di situ.

Aku duduk melamun di ranjang besar Yulianto Hua, semuanya kelihatan baik-baik saja, tapi tidak tahu kenapa, aku merasa seperti kehilangan Yulianto Hua.

Dan perasaan itu semakin kuat, tiba-tiba aku merasa wajahku dingin, ternyata air mata mengalir keluar.

Dari dulu aku selalu begitu, selalu tiba-tiba sedih tanpa disadari, sampai menangis pun tidak tahu.

Kesedihan kalau sudah timbul, akan sangat susah ditenangkan. Aku semakin menangis semakin sedih, sama sekali tidak bisa berhenti.

Dalam hatiku juga tahu jelas tidak ada yang perlu disedihkan, Yulianto Hua juga bukannya melakukan sesuatu yang mengkhianatiku, apa yang aku sedihkan?

Tapi memang ada salah satu jenis kesedihan yang tidak jelas, yang sama sekali tidak beralasan, hanya sedih saja, kesedihan yang bagaimana pun tidak bisa dihentikan.

Kesedihan itu terus berlanjut lama, sampai sudah capek menangis, barulah perlahan menjadi lebih tenang.

Aku keluar lagi dengan mobil, pergi ke Chinese Medicine Museum Ivana Hua. Ivana Hua adalah orang yang paling dekat dengan Yulianto Hua sejauh ini, aku ingin mencari tahu dari dia.

Ivana Hua kaget ketika melihat kondisiku, “Sayang, kamu kenapa? Matanya merah semua? Yulianto Hua menyiksa kamu?”

Aku menceritakan semuanya dari awal sampai akhir ke dia, Ivana Hua mengerutkan dahi, “Kedengarannya tidak ada yang terjadi, Yulianto Hua hanya tidak pulang semalaman kemarin, dan kamu menangis sampai seperti ini?”

“Kak, ini bukan soal dia tidak pulang semalaman, melainkan dia hari ini ada pulang, tapi malah tidak keluar dari mobil, malah menyuruh Alfred Jiang untuk mengemas barang-barang yang akan dia bawa pergi, tidakkah kamu merasa aneh?”

“Apa yang aneh?” Ivana Hua balik bertanya ke aku, “Bisa saja saat itu dia agak lelah, tidak ingin bergerak, jadi menyuruh Dewa Pintu Jiang untuk mengemas, kenapa tidak boleh? Dewa Pintu Jiang sudah bersahabat sekian tahun dengannya, bukan orang luar, ini tidaklah aneh, tidakkah kamu terlalu berlebihan dalam menginterpretasikan hal ini?”

Aku menggeleng, “Tidak, aku tidak merasa aku berlebihan, sejak semalam Yulianto Hua sudah aneh. Pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan dari aku, ini pasti. Hanya saja sekarang aku tidak tahu apa.”

“Kalau begitu sudah benar, kamu saja tidak tahu ada apa, lalu apa yang kamu sedihkan dan khawatirkan? Ada apa yang perlu disedihkan dan dikhawatirkan?”

Ini aku benar-benar tidak bisa menjawabnya, aku sendiri pun tidak tahu kenapa bisa demikian. Tapi firasatku mengatakan pasti ada sesuatu yang terjadi, sebenarnya sesuatu yang seperti apa, dirinya juga tidak bisa mengungkapkannya.

Ivana Hua menghela nafas, “Baiklah, melihat kamu begitu panik, aku bantu kamu tanya-tanya, coba aku tanya ke teman yang dekat, lihat apakah dia ada bertemu Yulianto, kalau ada, aku suruh mereka memberitahumu.”

Novel Terkait

Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu