Nikah Tanpa Cinta - Bab 1 Menjual diri

Rasa malu di hatiku dan kesenangan yang dirasakan tubuhku membanjiriku secara bersamaan, membuatku hancur, tetapi juga membuatku kecanduan.

Saat akal sehatku kembali pulih, aku bergegas melepaskan tanganku yang merangkul tubuhnya. Rasa malu yang sangat besar kembali membanjiriku hatiku, aku membenci hal tidak senonoh yang baru saja aku lakukan.

Aku wanita yang sudah menikah, tapi pria yang tidak berhenti mengekpoitasi tubuhku bukanlah suamiku.

Demi uang aku menjual diriku, tetapi aku tidak menyangka orang yang membeli tubuhku membuatkuku merasakan klimaks yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Dia seperti jurang dalam, yang membuatku tidak berhenti terjerumus ke dalamnya, semakin lama aku semakin tenggelam dan bahagia di dalamnya.

Setelah selesai, dia yang berkeringat turun dari tubuhku, dengan bertelanjang badan dia berjalan ke kamar mandi, dan tak lama suara air terdengar dari kamar mandi.

Dan menyisakan erotisme yang kuat di dalam kamar itu. Aku memakai celana dalamku yang telah di robek olehnya. Rasa malu membuatku ingin melarikan diri, tetapi aku tidak bisa melarikan diri karena aku belum mendapatkan uang darinya.

Dia akhirnya keluar, sambil berjalan dia menyeka tubuhnya yang kekar dengan handuk mandi. Dia menatapku dengan dingin, sambil berjalan ke kamar lain di suite.

Aku ingin menghampirinya dan menanyakan soal uang kepadanya, tetapi aku tidak berani.

Tak lama dia kembali dan memegang selembar cek di tangannya lalu dia memberikannya kepadaku, "Uang jual badanmu."

Kata 'jual badan’ membuatku merasa sangat terhina dan hatiku langsung menciut.

Angka yang tertera pada cek itu berjumlah empat ratus juta rupiah.

Aku mengumpulkan keberanian untuk menatapnya, "Bukankah kita sudah sepakat dua miliyar rupiah?"

Nada bicaranya penuh dengan penghinaan, "Dua miliyar rupiah? Kamu tidak berkaca dulu, bagian mana dari tubuhmu yang pantas bernilai dua miliyar rupiah? Selama proses bercinta kamu tidak mengerang sama sekali, kamu sama sekali tidak memiliki profesionalisme dalam menjual badan, kamu masih menginginkan dua miliyar rupiah? "

Aku masih ingin berdebat dengannya tapi dia menunjuk ke pintu dan berkata "pergi". Dan dia bersikap seolah-olah akan mengambil kembali cek empat ratus juta rupiah itu.

Aku tidak berani berlama-lama di kamar itu, jadi aku hanya bisa keluar dari kamar itu dengan sedih.

Setelah menguangkan cek itu, aku bergegas naik taksi ke rumah sakit dan menyerahkan semua empat ratus juta rupiah itu ke kasir pembayaran. Setelah memastikan aku sudah membayar, dokter baru memberikan infus kepada anakku.

Aku duduk di tepi ranjang rumah sakit, sambil menatap wajah anakku yang pucat dan lemas.

Tiga tahun lalu, Kris Wu, suamiku saat ini, mulai mengejarku dengan gila-gilaan. Perhatian dan kasih sayangnya dengan cepat membuatku jatuh cinta kepadanya.

Aku pikir setelah menikah hidupku akan sangat bahagia, tetapi sejak memiliki anak, sikap Kris Wu terhadapku dan anakku menjadi semakin dingin dan dia cenderung memukuli dan memarahi aku dan anakku. Tetapi untuk memberikan keluarga yang utuh kepada anakku, aku terus bersabar dan menerima semua ini.

Sampai saat ini ketika anakku jatuh sakit dan ditemukan mengidap sindrom nefrotik, dan memerlukan biaya dua miliyar rupiah untuk menyelamatkan nyawanya. Aku sangat panik hingga aku hampir gila dan mencari Kris Wu untuk meminjam uang kepada orang lain untuk menyelamatkan anakku, tetapi sikap Kris Wu yang acuh tak acuh mengejutkanku. Dia bilang dia tidak punya uang dan tidak bisa meminjam uang, dia hanya menyuruhku memikirkan cara sendiri.

Aku tidak punya waktu bertengkar dengannya, aku mencoba meminjam uang kemana-mana. Tapi aku yang hanya seorang pegawai toko di mal ini hanya bisa meminjam uang yang jumlahnya sangat sedikit. Beberapa hari itu, sepanjang hari kamu menangis dan hampir putus asa.

Melihatku seperti ini, temanku yang bekerja di mal memberikan saran kepadaku untuk menjual diri ke hotel bintang lima terbesar di kota, katanya orang-orang kaya di sana suka mencari wanita, dan bersedia mengeluarkan uang.

Meskipun dalam hati aku menolak tapi begitu aku memikirkan anakku yang sedang membutuhkan uang di rumah sakit aku memutuskan untuk mencobanya, dikarenakan itu terjadilah kejadian yang sebelumnya.

"Ibu, ibu", suara anakku membuatku sadar dari lamunanku, aku memalingkan wajahku dan menghapus air mataku dengan tanganku, dan berusaha tersenyum kepada anakku. "Sayang, ibu ada di sini."

“Ibu, ayah dimana, kenapa ayah tidak datang melihatku?” anakku bertanya dengan suara lemah.

Hatiku menciut, aku menahan emosiku dan memberitahu anakku ayahnya sedang bekerja dan agak malaman dia akan datang menemuinya.

Setelah menenangkan anakku, aku meminta perawat membantu menjaganya, dan aku pulang untuk mengambil barang kebutuhan sehari-hari.

Aku naik ke atas dan membuka pintu apartemen. Ketika aku mengganti sepatu di pintu masuk, aku mendengar Kris Wu dan ibu mertuaku sedang berbicara di dapur. Mereka tidak sadar aku sudah pulang.

Karena mendengar mereka menyebutkan namaku, dan mengungkit soal anakku. Aku menghentikan gerakanku dan ingin mendengar apa yang sedang mereka katakan.

Kata-kata ibu mertuaku dan suamiku mengejutkanku dan membuatku jatuh ke dalam jurang gelap yang tak berujung.

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu