Nikah Tanpa Cinta - Bab 141 Mudah sekali

"Hutangku kepadanya dulu, akan aku tebus. Jadi aku tidak akan membiarkanmu membawanya. Kamu boleh pergi, tapi kamu tidak boleh mengambil anakku."

"Tidak mungkin, aku harus membawanya."

“Dalam perjanjian perceraian yang kamu tulis, kamu secara sukarela menyerahkan hak asuh anakmu. Itu tertulis dengan jelas di surat perjanjian, kamu tidak punya hak untuk membawanya. Kelak aku juga tidak akan mengizinkanmu kamu melihatnya lagi, hal ini tidak bisa di ganggu gugat.” kata Yulianto Hua.

"Perjanjian perceraian itu palsu. Ada orang merencanakan semua ini dan memaksaku menyalinnya. Hari itu di Kediaman Hua, Erika Feng menggunakan putraku untuk mengancamku dan menyuruhku pergi. Kalau aku tidak pergi, dia akan menyuruh bawahannya menyakiti anakku. Aku tidak punya pilihan selain menyetujui permintaannya. "Awalnya aku tidak ingin mengatakannya, tapi dia terlalu keterlaluan, jadi aku berteriak dengan marah kepada Yulianto Hua.

“Hari itu Melvin terus berada di bawah pengawasanku, tidak ada yang ingin menyakitinya. Kamu tidak merasa kebohonganmu ini terlalu mengada-ada?” Kata Yulianto Hua.

"Tapi pembantu itu membawa Melvin ke tepi kolam. Erika Feng berkata kalau aku tidak menyetujui persyaratannya, dia akan menyuruh pembantu itu melempar Melvin ke dalam air. Dia mengirimkan fotonya kepadaku. "

"Saat itu aku ada di sana. Pembantu mana yang berani melakukannya? Dia adalah putraku. Apakah pembantu itu berani melukai putraku di rumahku? Menurutmu apakah dia berani melakukannya?"

"Tapi aku sama sekali tidak berani mengambil risiko! Kalau Erika Feng benar-benar menyuruh pembantu itu melukai Melvin, aku tidak akan sanggup menanggung akibatnya, jadi Erika Feng menyuruhku pergi, aku hanya bisa pergi! ”Teriakku kepada Yulianto Hua.

Aku mengalami penderitaan sebanyak ini, tetapi sekarang malah aku yang disalahkan.

Apa-apaan ini!

Yulianto Hua membuka laci dan mengeluarkan ponsel, yang diambil Erika Feng.

"Kamu benar-benar pergi dengan sangat terburu-buru, tas dan ponselmu kamu tinggalkan. Aku sudah memikirkannya, kamu membuang tas dan ponselmu di halaman karena kamu khawatir aku akan melacak ponselmu dan menemukanmu kan? Tapi kenapa sekarang kamu kembali? Apakah karena Julian Tsu tidak baik terhadapmu? "

Daya imajinasi Yulianto Hua sangat tinggi, dia bahkan mengira aku membuang ponselku supaya dia tidak bisa melacak keberadaanku.

Dia mengira, aku kawin lari, tapi karena hidup susah, jadi aku kembali dengan tebal muka, oleh karena itu dia sangat membenciku.

Tiba-tiba aku menyadari aku sudah tidak bisa memberikan penjelasan kepadanya.

Mungkin di saat aku mengira Melvin berada dalam bahaya, sebenarnya dia tidak berada dalam berbahaya. Melvin sangat aman, dan Yulianto Hua terus mengawasinya, hanya saja foto yang diambil tidak memfoto Yulianto Hua berada tidak jauh dari Melvin.

Erika Feng berhasil memanfaatkan kasih sayangku kepada anakku, aku tidak berani main-main dengan nyawa anakku, jadi dia langsung memaksaku masuk ke dalam mobil.

Begitu aku masuk ke dalam mobil, aku langsung masuk ke dalam jebakan mereka.

Untungnya, aku berhasil kabur, kalau tidak aku pasti sudah Erika Feng kurung di tempat terpencil yang tidak tahu dimana letakknya.

Di saat aku menderita di sana, Yulianto Hua mengira aku pergi dengan pria lain, dan menulis perjanjian cerai, yang menyatakan aku melepaskan hak asuh anakku.

“Kalau kamu beranggapan seperti itu, ya sudah.” aku meniru nada bicara Yulianto Hua.

Karena dia tidak mempercayaiku, tidak ada gunanya aku menjelaskan kepadanya.

Asalkan dia memikirkannya dari sudut pandangku, dengan IQ-nya, tidak sulit untuk menganalisis apakah yang aku katakan itu benar atau tidak.

Sorot mata Yulianto Hua semakin dingin, "Kamu memang wanita seperti itu, kamu tidak pernah berubah."

“Aku wanita seperti apa?” tanyaku padanya.

“Wanita yang tidak tahu batasan dan tidak bermoral. Kamu selalu seperti ini.” Kata Yulianto Hua.

"Dasar bajingan. Kamu hanya bisa menjebak dan menindas wanita, pria yang hanya bisa mengandalkan latar belakang keluarga yang baik dan selalu merasa dirinya benar. Karena kaya kamu pikir kamu sangat hebat, sebenarnya kamu sangat bodoh."

Aku sangat marah, kesedihan di hatiku berubah menjadi kebencian.

Mengingat saat aku di kurung, dia malah pergi melihat gaun pengantin bersama Crystal Lin, aku rasa tidak perlu lagi berimajinasi terhadap orang ini.

Kamu menyakitiku, maka aku akan membalasmu.

Kamu merebut putra yang aku besarkan, karena menjadi istrimu aku dijebak hingga hampir tidak bisa kembali lagi, tetapi kamu malah tidak mempercayaiku, apa lagi yang bisa aku katakan? Buat apa aku segan kepadamu?

Yulianto Hua bangkit dan meninggalkan kursi kerjanya, lalu dia menghampiriku.

“Setelah kamu pergi dengan pria lain, kamu masih tidak malu untuk kembali. Kamu kembali ya sudah, tapi kamu masih berani berbicara seperti ini kepadaku?” Dia mencekikku, sorot matanya seolah akan mengeluarkan api .

Aku kesulitan bernapas, dadaku sakit karena kekurangan oksigen.

Aku menjulurkan tangan untuk menghentikan tangannya, tapi kekuatanku tidak cukup. Aku merasa aku hampir mati.

Mungkin Yulianto Hua juga melihat raut wajahku berubah, jadi dia melepaskan tangannya. Aku batuk dengan keras, lalu aku membungkuk dengan terengah-engah.

"Ivory Yao, aku sudah cukup memberikan muka kepadamu. Kalau orang lain, aku tidak akan membiarkannya masuk ke rumah ini lagi. Kemasi barang-barangmu dan keluar."

"Yulianto Hua, aku juga sudah cukup memberikan muka kepadamu. Kalau tidak, aku juga malas berbicara denganmu. Kamu ingin menikahi Crystal Lin? Jangan harap kamu bisa menikah dengannya!"

Yulianto Hua tertawa terbahak-bahak, "Aku ingin menikah dengan siapa, apakah aku harus bertanya kepadamu? Meminta persetujuanmu? Kalau kamu tidak setuju, aku tidak bisa menikah? Kamu pikir kamu siapa?"

"Kamu pikir kamu siapa? Kamu pikir kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan? Dulu saat kamu ingin menikah denganku, kamu mencuri kartu keluargaku dan entah bagaimana membuatku menikah denganmu. Sekarang kamu ingin menikahi wanita lain, kamu pikir kamu bisa menyingkirkanku lalu menikah dengan wanita lain? "

“Kamu sendiri yang mengatakan kamu tidak memiliki perasaan kepadaku. Kamu juga yang mengatakan kamu menyukai pria lain. Sekarang karena hidupmu susah, kamu kembali, kamu ingin aku menerimamu kembali? Kamu tidak hanya ingin aku menerimamu, tapi kamu juga melarang aku untuk bersama wanita lain? Ivory Yao, kamu pikir kamu siapa, ambil sebaskom air dan berkacalah. "

Sulit untuk saling mencintai, tetapi untuk saling menyakiti sangatlah mudah.

Dari adu mulut antara aku dan dia, aku dan Yulianto Hua sepertinya sudah menjadi musuh.

Kalau dia menganggap apa yang aku tulis itu sungguhan, maka setiap kalimat yang tertulis di kertas itu adalah hinaan baginya.

Tidak hanya tidak akan menerimaku, dia juga akan sangat membenciku. Karena dia adalah orang yang arogan, dia beranggapan hanya dia yang boleh meninggalkan orang lain, tapi orang lain tidak boleh meninggalkannya.

Tiba-tiba aku tidak ingin bertengkar dengannya lagi, aku takut dia akan sangat marah dan membunuhku.

Aku pernah melihat betapa kejamnya dia, kalau dia benar-benar sangat marah, siapa yang tahu apakah dia akan membunuhku atau tidak.

Aku berbalik dan keluar dari ruang kerjanya, tetapi aku tidak pergi larut malam, aku kembali ke kamarku dan tidur.

Keesokan harinya ketika aku bangun, aku menyadari lampu di ruang kerja Yulianto Hua masih menyala.

Aku sedikit penasaran, biasanya setiap kali dia keluar dari ruang kerja dia selalu mematikan lampu. Kali ini dia tidak mematikan lampu. Apakah dia berada di ruang kerja semalaman?

Aku berjalan kesana, lalu dengan hati-hati aku membuka pintu ruang kerja Yulianto Hua, dia benar-benar ada di sana, dia sedang tidur di meja.

Ini tidak seperti gayanya. Dia adalah orang memiliki gaya hidup yang teratur. Biasanya, dia akan tidur di kamar tidur lalu bangun pagi untuk berolahraga. Kendatipun pada malam sebelumnya dia mabuk, pada keesokan harinya tetap bisa melihatnya keluar dari ruang gym dengan penuh semangat.

Tapi tadi malam dia berada di ruang kerja semalaman dan dia juga tidur di meja. Ada apa dengannya?

Tadinya aku tidak ingin mempedulikanya, tapi aku merasa dia sedikit aneh. Jadi mau tidak mau aku memanggilnya, "Yulianto Hua?"

Dia tidak menjawab, aku menghampirinya lalu memukul meja, "Yulianto Hua!"

Dia mengangkat kepalanya karena terkejut, matanya memerah dan ada lingkaran hitam di bawah matanya, sepertinya dia tidak tidur sepanjang malam.

“Kamu sudah gila? Buat apa kamu membangunkanku?” Dia langsung berkata dengan marah.

Aku berkata dengan marah, "Aku pikir kamu sudah mati, jadi aku memanggilmu. Karena kamu belum mati, ya sudah. Maaf sudah mengganggu, lanjutkan tidurmu."

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu