Nikah Tanpa Cinta - Bab 313 Merahasiakan

Aku bisa mengerti maksud Julian Tsu. Nanhe Corporation adalah perusahaan terkenal, dan Julian Tsu adalah orang yang sangat penting di perusahaan. Sekali dunia luar tahu Julian Tsu sakit parah, besar kemungkinan akan menimbulkan perubahan drastis pada pasar saham dan pengaruh negatif lainnya.

Terutama kejadian Julian Tsu keracunan seperti ini, akan lebih membuat orang luar mengira terjadi perang saudara di dalam keluarga. Hampir semua konglomerat itu berperang dalam keluarga, namun di depan umum selalu menunjukkan keharmonisan dan kesatuan mereka. Karena hanya dengan demikian, baru bisa melindungi keuntungan bersama.

“Kalau begitu kakak kedua perlu aku melakukan apa?”

“Aku sudah mengumumkan untuk sementara mengutus kamu menjadi asisten pribadiku dan membantu pekerjaan aku. Ayah dan bibi Jiang juga sudah menyetujui. Selama beberapa waktu aku tidak bisa menampakkan diri ini, kamu perlu mewakili aku, bahkan untuk ketemu orang-orang penting, agar selama masa pemulihan, pekerjaan aku di perusahaan tidak terbengkalai.”

Ini membuat aku merasa berat. Aku takut tidak dapat melakukannya. Bagaimana pun juga kedudukan Julian Tsu di perusahaan terlalu tinggi, yang dia urus tentunya bukan masalah kecil yang biasa, sama sekali berbeda dengan aku yang mengurus perusahaan menengah seperti Tongyu Company.

“Kenapa? Ada masalah?” Julian Tsu menatapku dengan bingung.

Aku agak takut-takut, “Kakak kedua, aku takut aku tidak dapat melakukannya dengan baik.”

“Kamu punya pengalaman kerja yang begitu banyak, juga cerdas, bagaimana mungkin tidak bisa melakukan dengan baik, pasti bisa.” Julian Tsu memotivasi aku.

“Aku masih agak khawatir. Kalau menjadi bawahan mungkin tidak masalah, tapi kalau mau aku menghadapi pertemuan tertentu sendirian, aku mungkin benar-benar tidak bisa.”

“Aku akan berusaha mengurangi tekanan kamu, aku sudah mempertimbangkannya begitu lama, pada akhirnya tetap tidak ada orang yang cocok. Orang lain yang hebat memang ada, tapi aku tidak percaya seratus persen. Soal keracunan ini bisa jadi adalah perbuatan salah satu karyawan di perusahaan aku, bagaimana aku berani memercayai mereka?”

Ini aku bisa mengerti, tapi aku tetap merasa banyak tekanan!

“Lalu kalau mereka tanya kamu di mana, aku harus bilang apa? Apakah aku perlu setiap hari datang ke perusahaan?”

“Sebenarnya tidak perlu. Tapi usahakan setiap hari pergi sebentar, meminta kamu menjadi asisten pribadiku justru karena ingin kamu menjadi mataku, mewakili aku memantau keadaan perusahaan selama aku tidak ada. Hanya dengan pengamatan tajam kamu ini baru bisa mendapatkan yang aku mau cari tahu.

Aku langsung menggeleng, “Kakak kedua, kamu berbicara seperti ini malah membuat aku semakin tertekan. Kalau aku tidak melakukannya dengan baik, memaafkan diri sendiri pun aku tidak bisa.”

“Kamu tidak perlu tertekan, yang aku katakan adalah perkataan jujur. Kamu pernah bekerja di Hua’s Inter Company, juga pernah bekerja di Nanhe Corporation, prestasimu juga bagus. Ini sudah membuktikan kemampuan kamu. Kamu harus percaya diri, ketemu masalah harus yakin dan percaya diri, tidak peduli kamu melakukan keputusan apa, bilang saja itu adalah perintahku, dengan demikian kalau pun ada kesalahan, aku yang menanggungnya, jadi kamu tidak akan tertekan lagi bukan?”

Sebenarnya dia berkata demikian malah membuat aku semakin tertekan. Tapi sudah sampai seperti ini, kalau pun sangat tidak ingin dan membahayakan, aku juga tetap harus maju. Julian Tsu berhalangan, mau bagaimana pun juga aku harus maju. Tidak peduli ada tekanan sebesar apa pun, tidak peduli ada resiko sebesar apa pun.

Malam itu aku dan Julian Tsu mengobrol sampai sangat malam, dia menjelaskan detail pekerjaannya, serta keadaan kelompok-kelompok relasi di perusahaan. Aku mengira hanya di Hua’s Inter Company yang ada pengelompokan begitu, ternyata Nanhe Corporation juga sama, serta masing-masing punya kepala kelompoknya.

Ternyata dibalik keharmonisan satu perusahan besar, diam-diam ada pergerakan tersembunyi di baliknya. Di mana ada keuntungan, di situlah akan ada perebutan.

Malamnya aku tidak tidur dengan baik, aku terus memikirkan soal Julian Tsu diracuni. Tidak tahu mengapa, respon pertamaku adalah merasa ini perbuatan Sussie Tsu. Tapi dipikir-pikir lagi rasanya tidak benar, menyuruh orang memasukkan racun ke air, ini perlu pengaturan yang detail, serta harus memasukkan pengantar air tersebut ke perusahaan air itu, ini kelihatan sederhana, tapi sebenarnya adalah suatu perencanaan yang rumit. Sussie Tsu baru pulang ke negara ini tidak lama, hal yang begitu rumit tidak dapat ia lakukan.

Kalau bukan dia, lalu siapa?

Semakin dipikirkan aku semakin tidak bisa tidur, saat ini ponselku bergetar lagi. Telepon dari Yulianto Hua datang.

“Aku di bawah sini, turun dan temani aku pergi minum, untuk merayakan kesembuhan kamu.”

Aku bilang aku di Kota Y, tidak bisa menemaninya, nanti baru dibicarakan lagi.

Sekali mendengar itu Yulianto Hua langsung tidak senang, “Kamu pergi ke Kota Y lagi? Rajin sekali pergi ke Kota Y, baru juga sembuh sudah langsung pergi. Benar-benar sudah menganggap Kota Y itu kampung halaman keduamu.”

Aku bilang perusahaan yang aku urus ada di Kota Y, aku ke sini itu wajar sekali, tidak masuk akal sekali dia berbicara seperti itu.

Tidak disangka Yulianto Hua malah marah, padahal aku hanya bicara sambil lalu.

“Pekerjaan kamu sangat penting, lalu aku tidak penting? Kamu diserang penyakit, tanpa takut tertular, setiap hari aku menemani kamu di rumah sakit, sekali keluar rumah sakit kamu langsung ke Kota Y. Apa maksudnya ini? Anggap aku hanya angin saja?”

Mendengar gerutuan kesalnya, aku juga tidak ingin melawan dan hanya diam sebentar.

“Jawab kamu? Jadi bisu? Atau ada orang di sampingmu jadi tidak leluasa untuk berbicara?”

Kediaman aku tidak hanya tidak membuat amarah Yulianto Hua menghilang, sepertinya malah membuat dia semakin marah. Nada bicaranya meninggi, serta dari telepon saja bisa merasakan hawa amarahnya.

“Tidak ada orang di sebelahku, aku sudah mau tidur.” Aku berusaha berbicara dengan tenang ke dia.

“Kalau begitu, buka kamera videonya, biarkan aku melihat kamar kamu.” Namun tidak disangka dia malah melontarkan permintaan yang lebih tidak masuk akal lagi.

“Yulianto Hua, sejak kapan kamu jadi begitu kekanak-kanakan? Malam-malam begini untuk apa buka video? Sudah kuberitahu aku sudah akan tidur, besok masih harus pergi kerja.” Aku juga agak kesal, tadinya suasana hati juga memang sudah tidak baik.

“Aku memang kekanak-kanakan! Buka tidak video kamu? Kalau tidak buka, aku cari kamu ke Kota Y sekarang juga.” Yulianto Hua masih tidak memberi ampun.

Terhadap dia yang mencari masalah begini, aku memang benar-benar tidak berani meladeni. Kalau dia sungguh emosi, lalu benar-benar datang ke Kota Y malam ini juga, aku tidak akan tahu harus bagaimana menghadapinya.

Sekarang Julian Tsu sakit parah, memang sudah lagi banyak masalah, jangan sampai dia datang membuat keributan lagi.

Aku bilang baik, tunggu sebentar, aku akan membuka lampu dulu.

Setelah video terbuka, dia benar-benar sedang di dalam mobil.

“Arahkan kamera kamu ke kiri.” Aku menurutinya.

“Arahkan lagi ke kanan.” Sekali lagi aku menurutinya.

“Dengan kecepatan yang lebih cepat, kelilingi satu kamar, yang cepat, tidak memberimu waktu untuk bersembunyi sedikit pun!” Yulianto Hua semakin menjadi.

Aku menahan emosi di hati, masih tetap menurutinya.

“Itu lemari, kamu buka, aku mau lihat dalamnya.”

Kali ini emosiku sudah tidak bisa ditahan. “Yulianto Huo, kamu gila? Masih mau seperti apa lagi? Kira-kira saja sudah cukup, masih belum puas?”

“Aku hanya melihat lemari sebentar, setelah itu selesai.” Mungkin Yulianto Hua juga merasa dirinya agak keterlaluan.

“Apakah menurut kamu aku orang yang akan menyembunyikan pria di lemari? Apa aku perlu berbuat seperti itu? Gila! Kalau masih buat onar, aku matikan.” Bentakku.

“Baiklah, aku tidak lihat lemari, kita mengobrol lewat panggilan video seperti ini saja.” Akhirnya nada bicaranya melembut.

Novel Terkait

Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu