Nikah Tanpa Cinta - Bab 311 Membuat Penasaran

Yulianto Hua berbicara panjang lebar, setelah aku mencerna, intinya adalah Winsen Chen harus punya kemampuan untuk melindungi diri sendiri. Seorang pria besar tidak mungkin terus mengandalkan orang lain untuk melindunginya, barulah bisa bertahan hidup di perusahaan.

Perkataan ini tidak salah, memang masuk akal. Tapi masalahnya, kalau Winsen Chen sudah pergi, Lanhai Technology bagaimana?

Sebagai saingan mereka, ini memang bukan masalah yang seharusnya aku cemaskan. Aku sendiri pun merasa cemas seperti ini sangat tidak layak. Sikapku seharusnya adalah berharap Lanhai Technology semakin jatuh dan hancur, kemudian dengan lancar bisa aku beli.

“Melamun? Sedang memikirkan pria ganteng yang mana?” Yulianto menunjuk aku dengan jarinya.

“Memikirkan Winsen Chen.” Jawabku langsung.

“Winsen Chen hanya seorang pria teknisi yang lugu, pantaskah untuk kamu pikirkan dan khawatirkan?” Yulianto Hua mengerutkan alis.

“Aku itu sedang berpikir, Lanhai Technology yang tidak ada Winsen Chen bisa bertahan berapa lama?” Jawabku sambil menatap Yulianto Hua dengan senyam senyum.

Yulianto Hua juga tertawa, “Aku tahu kalian begitu ingin menguasai Lanhai Technology, apakah merasa sekarang adalah kesempatan yang paling baik?”

“Jangan-jangan CEO Hua membiarkan Daniel Hua mengusir Winsen Chen sesuka hati agar mengabulkan harapan aku?”

“Bagaimana mungkin, aku itu pimpinan Hua’s Inter Company, Lanhai Technology adalah salah satu perusahaan yang sangat berpotensi di bawah naungan Hua’s Inter Company. Bagaimana mungkin aku mengorbankan keuntungan para penanam saham demi perasaan pribadi, jika demikian aku akan dipecat. Apakah aku orang yang setidak profesional itu?”

“Lalu karena apa?” Samar-samar aku merasa Yulianto Hua masih ada siasat tersembunyi.

“Ingin dengar?” Yulianto Hua sengaja membuat penasaran.

“Ingin dengar, mohon bimbingannya CEO Hua.” Aku bersikap seolah sangat menghormati.

“Rahasia bisnis, tidak layak diumbar.” Yulianto Hua terus membuat penasaran.

“Oh, lupakan kalau begitu. Aku juga mendadak tidak tertarik untuk mendengar.” Aku melambaikan tangan, “Tidak mau dengar lagi.”

Yulianto Hua menatap aku, “Aku tahu kamu ingin dengar, lihat kamu begitu kasihan, aku beritahu kamu saja. Sekarang Daniel Hua memimpin Lanhai Technology. Kalau Lanhai Technology lepas dari perusahaan induk dan dipasarkan secara mandiri, maka Daniel Hua adalah orang yang paling berjasa. Jadi aku memberikan Lanhai Technology untuk diurus olehnya, sebenarnya memberikan dia kesempatan bagus untuk membuktikan diri sendiri. Tapi sekarang dia malah ingin menghancurkan teritorial diri sendiri, mempercayai fitnah dan mau mengusir Winsen Chen. Jadi aku juga tidak bisa apa-apa.”

Aku sudah lumayan mengerti maksudnya.

“Lalu kamu benar-benar tidak khawatir Lanhai Technology bangkrut?” Ini adalah persoalan yang paling aku pedulikan.

“Tidak akan bangkrut. Lanhai Technology punya sistem yang lengkap, tidak akan jatuh karena kepergian satu orang, tapi menimbulkan krisis itu hal yang pasti. Berdasarkan sifat Daniel Hua, sekali Lanhai Technology menghadapi krisis, dia pasti akan melempar batu dan tidak mau mengurus lagi, dengan demikian Lanhai Technology kembali ke tanganku. Pada saat itu aku cari Winsen Chen kembali, beres bukan?”

Aku memandang tatapan Yulianto Hua yang licik, dalam hatiku berpikir pria ini sungguh bahaya. Pada mengira kepergian Winsen Chen adalah krisis, tapi dia malah memanfaatkannya menjadi kesempatan.

“Tapi kalau Daniel Hua tidak lepas tangan? Lalu Lanhai Technology semakin hari semakin jatuh? Bukankah kerugiannya semakin besar?”

Yulianto Hua menggeleng, “Tidak akan. Daniel Hua adalah kakak pertama aku, aku tahu jelas dia orang yang seperti apa. Sekali Lanhai Technology dihadapi krisis, dia pasti akan tidak mau mengurus lagi. Kalau tidak percaya, lihat saja nanti.”

“Kalau begitu aku beli Lanhai Technology saat timbul krisis.” Kataku sambil tertawa, “Bagiku ini juga sebuah kesempatan.”

“Kamu tidak dapat melakukannya, karena aku tidak menjual. Jangan lupa, aku adalah pimpinan perusahaan. Kamu beri berapa banyak uang pun tidak akan kujual.” Ujar Yulianto Hua.

“Belum tentu itu. Meskipun kamu pimpinan perusahaan, tapi di atas kamu masih ada Dewan Direktur Perusahaan. Melihat Lanhai Technology sudah akan jatuh, mereka pasti akan memaksa kamu menjualnya. Mereka tidak akan membiarkan Hua’s Inter Company punya harta yang tidak bagus, mereka tidak akan menemani kamu untuk mengambil resiko.”

Yulianto Hua mendengar dengan diam, bahkan menganggukkan kepala serta menunjukkan jempol ke aku, “Pengamatan CEO Yao sangat hebat sekali, analisanya masuk akal. Tapi tetap masih ada kesusahan untuk kamu membeli Lanhai Technology, CEO Yao, kamu harus berusaha.”

“Aku akan berusaha, tapi kalau misalnya nanti aku berhasil, CEO Hua jangan sampai terlalu kecewa.” Candaku.

“Kalau pun kecewa juga akan aku tahan, tidak akan ditunjukkan.” Ujar Yulianto Hua sambil tertawa.

Aku juga tertawa, rasanya nyaman mengobrol dengan dia seperti ini.

Mengesampingkan masalah perasaan, mengesampingkan kedudukan dan latar belakangnya, dia adalah pria yang aku kagumi. Berkuasa, cerdas, selalu maju terus.

Dia punya sisi yang baik, juga punya sisi yang jelas-jelas jahat. Ketika ia baik dengan orang, bisa membuat orang meleleh, ketika tidak baik terhadap orang, hanya dengan tatapan saja bisa membekukan orang.

Seseorang yang seperti ini susah dibedakan dengan baik dan tidak baik saja. Dia punya banyak sisi, rumitnya membuat orang tidak mengerti.

Usai makan, Yulianto Hua mulai beres-beres. Aku mau membantu, tapi tidak diberi olehnya. Hanya begitu saja aku memandanginya sibuk mondar-mandir di depanku.

Dia tidak terlalu pandai berberes, pekerjaan yang begitu gampang dia kerjakan sampai begitu lama masih tidak beres. Tampak seperti orang bodoh.

“Sudah, sekarang sudah jam tidur siang. Selesai makan harus tidur. Setelah tidur siang baru lebih bersemangat.” Yulianto Hua mulai merapikan ranjang pasien.

“Tuan Hua, langsung tidur setelah makan akan membuat gemuk.” Aku mengingatkan.

Yulianto Hua melihat-lihat kamar pasien ini, “Tapi di ruang yang kecil begini juga tidak dapat jalan santai, hanya bisa tidur setelah makan.”

Walaupun di mulut berkata begitu, aku sendiri sebenarnya sangat mengantuk. Belakangan ini terlalu santai sampai membuat malas dan mengantuk. Tidak tahu apakah ada kaitannya dengan tubuh lemah.

Yulianto Hua berbaring, aku juga berbaring. Beberapa saat kemudian, dia bangun lagi, “Nanti kamu pasti mimpi buruk bukan? Aku temani kamu, kalau tidak, nanti kamu ketakutan.”

Siang begini mimpi apa? Ranjang ini terlalu sempit, bagaimana bisa dua orang di atas sini? Bukankah tidak enak hati kalau nanti ada dokter atau perawat yang masuk dan melihat?

Yulianto Hua mau naik, aku mengulurkan kaki menghalanginya, menolak dia untuk naik.

“Ivory Yao, ini kamu tidak tahu balas budi, saat perlu kamu menyuruh aku tidur di sana, saat tidak perlu malah tidak mengizinkan aku tidur di sana, apa maksudnya?” Yulianto Hua tampak kesal.

Aku mengulurkan jari mengisyaratkannya untuk mengecilkan suara, perkataannya terkesan punya maksud lain, membuat orang yang mendengar sangat tidak enak.

“Kesehatan kamu sedang tidak baik, nanti akan mimpi buruk lagi, aku berbaring di samping kamu akan membuat mimpi buruk kamu berkurang, bukankah begitu sangat baik?” Yulianto Hua malah semakin tidak mau menyerah, ia berdiri di samping ranjangku dan tidak mau pergi.

“Di siang bolong begini saja aku tidak bisa tertidur, bagaimana bisa mimpi buruk? Kamu jangan buat onar lagi, nanti akan sangat canggung kalau dilihat dokter. Aku mohon sama kamu.”

“Memangnya kenapa kalau dilihat dokter. Kita kunci pintunya, jadi mereka tidak bisa masuk.”

“Sudahlah, cepatlah tidur, aku sudah mengantuk, aku perlu beristirahat, aku masih sakit sekarang, apakah boleh jangan menyiksa aku seperti ini? Ini kamu datang menjaga aku atau menyiksa aku? Kamu seperti ini malah akan mempengaruhi pemulihan aku, mengerti?” Aku balik menggalakinya.

Dia menunjuk aku, “Ivory Yao, ingat kamu.”

Sambil mengomel, ia berbaring ke ranjang yang satunya lagi.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu