Nikah Tanpa Cinta - Bab 148 Kamu Tidak Tahu Malu

Baju yang aku kenakan, terbenam semua dalam air, dan seketika menjadi berat, dengan kesusahan naik ke atas kolam, Yulianto Hua sudah kembali.

Ia berdiri di pinggir kolam, pandangannya menyipit, dan tidak mengisyaratkanku untuk naik.

Aku menggosok-gosok kepalaku, mengelap air di wajahku, dan menatapnya.

Postur tubuhnya tinggi, ketika aku berdiri bersebelahan dengannya, aku harus menatap keatas, aku berdiri di dalam kolam renang, ia berdiri di atas, aku melihat ia seperti tiang yang berotot.

“Ivory Yao, kenapa kamu menatap bagian bawahku terus-terusan? Apa yang kamu pikirkan?”

Wajahku seketika memerah, “dasar gila, apa aku melihatmu? Pembohong!”

Yulianto Hua berjongkok, “kamu melihatmu, dan melihat apa yang seharusnya tidak kamu lihat, masih berani bilang aku pembohong? Sebenarnya siapa yang pembohong?”

Aku malas beragumen dengannya, aku berjalan ke sisi lain, lalu dari sana akan naik keatas.

Tapi ia mengikuti dan sambil minum bir, “katakanlah, siapa yang membantumu mempopulerkan masalah Crystal Lin.”

Sebenarnya Yulianto Hua sangat cerdas, ia tahu kalau bukan aku yang melakukannya, tetapi yakin kalau masalah itu ada hubungannya denganku.

“Aku berkata kalau masalah ini ada hubungannya denganku, bukankah aku hari ini tidak mungkin datang?”

“Kira-kira begitu.” kata Yulianto Hua.

“Masalah itu, hanya menyuruh orang untuk melakukannya, reporter itu, artikel itu, semua masalah itu, semuanya aku menyuruh orang untuk melakukannya, sudahkah kamu puas?”

“Tidak puas.” Yulianto Hua menggoyang-goyangkan gelas bir.

“Aku berkata ini ada hubungannya denganku, kamu tidak percaya, aku berkata aku yang melakukannya, kamu juga tidak percaya, lalu apa yang kamu mau? Kamu hanya bisa menggertak wanita, terutama menggertakku. Kamu tidak memperbolehkanku naik, aku bisa mati tenggelam disini, apalagi?”

“Kalau begitu naiklah, kamu ingin mati tenggelam, sangat buruk.” Yulianto Hua mengulurkan tangan kepadaku, dan mau menarikku keatas.

Aku jelas menolaknya

Aku tidak akan melaporkan ia yang menjatuhkanku, aku bukanlah Ivory Yao, sekarang aku tambah tidak ingin ia menarikku keatas.

Yulianto Hua melihatku menolak, menyipitkan matanya, “apa kamu sedang membebaniku?”

Aku menghembuskan napas, memutar kepala dan tidak memperdulikannya.

Ia meletakkan gelas bir di sebelahnya, dan lompat ke dalam air, meraih tangan, menaikkan tubuhku yang basah kuyup, ototnya menegang, aku sedikit kehabisan napas.

“Aku yang menjatuhkanmu, aku harus bertanggung jawab membawamu naik, dengan begitu baik bukan?”

Aku memutar kepala tidak peduli, ia dengan keras menggigit leherku, “kalau kamu tidak nurut, aku bisa menelanjangimu, apa kamu percaya?”

Aku seketika gugup.

“Lalu Kak Yulie, mereka semua bisa melihat, semua orang bisa lihat, menarik bukan?” Yulianto Hua berbisik di telingaku, tercium bau alkohol dan parfum pria.

“Kamu tidak tahu malu.”

“Kalau begitu kita berdua tidak tahu malu, kamu tidak bisa memaksaku, itu membuatku marah, aku bisa melakukan apa yang ingin aku lakukan.” Yulianto Hua terlihat sedikit bangga.

Aku tidak memperdulikannya, ia mengulurkan tangan untuk melepas pakaianku, aku dengan segera mengiyakan.

Kemudian ia menggendongku, membawaku sampai ke pinggir kolam, dan membawaku naik.

Aku langsung naik ke lantai dua, berganti pakaian, saat itu Kak Yulie memanggilku, sudah bisa makan malam.

Sudah lama tidak makan malam bersama.

Tiap kali aku dan Yulianto Hua makan malam bersama, adalah saat Melvin paling bahagia.

Yulianto Hua tersenyum tipis di sudut bibirnya, hari ini di kolam renang, aku dilempar ke dalam kolam, lalu dipaksanya untuk naik lagi, itu sangat menyenangkan.

Yulianto Hua sudah minum 2 gelas sebelum makan malam, dan masih mau tambah segelas lagi, kali ini ia tidak minum bir asing, melainkan langsung minum Moutai.

Ia berkata, makan siang cocok minum bir China. Jika masakan China yang enak dipadukan dengan bir asing, seperti wanita menggunakan baju tradisional China, meskipun terlihat cantik, tapi tidak pantas.

Aku tidak setuju dengan pernyataan ini, tetapi aku tidak mau repot beragumen dengannya.

Aku hanya penasaran, ia hari ini pulang lalu minum bir, apakah karena sedang senang, atau berhadapan dengan suatu masalah yang sulit?

Aku melihat perasaan bangga yang samar di raut wajahnya, dan ekspresi memaksa saat menatapku, sungguh mengesalkan.

Selagi ia sedang berbalik badan mengambil sup, aku diam-diam menarik kursinya, ia telah minum bir, ketika ia akan duduk, ia menumpu badannya dipinggir, dengan begitu tubuhnya yang tinggi dan berat akan jatuh.

Kak Yulie dan dua pelayan itu menggigit bibir dan menahan tertawa, tetapi Melvin sudah tertawa duluan.

“Maaf, aku melihat kursimu miring, aku mau membantu membenarkannya, tidak disangka sebelum kurisnya aku benarkan, kamu sudah duduk, kamu juga sedikit khawatir.” kataku dengan gugup.

“Papa, mama tidak disengaja.” Melvin ku juga disebelahku segera melindungiku.

“Aku tahu, bagaimana bisa mama sengaja.” Yulianto Hua tertawa, dan tidak ada ekspresi tidak puas, lalu lanjut makan.

Karena sudah menganggu Yulianto Hua, aku menyiapkan hati akan balas dendamnya, maka aku berhati-hati. Tetapi setelah selesai makan, ia juga tidak banyak bergerak, ini membuatku terkejut.

Selesai makan, menemani Melvin bermain sebentar, Kak Yulie memandikan Melvin, membujuknya untuk tidur.

Yulianto Hua memindahkan sendiri kursi malas itu, berbaring di balkon lantai dua, dan membuka sebotol anggur merah lagi.

Ini adalah jenis bir ketiga yang ia minum malam ini, tidak tahu apa yang ingin ia lakukan, apakah harus mabuk dahulu baru berhenti minum?

Aku masuk ke kamar, berbaring di ranjang , lalu membaca buku keuangan.

Menjadi ibu rumah tangga beberapa tahun, sangat jarang membaca, aku harus mengisi ulang.

Yulianto Hua diluar mengetok pintu, “Ivory Yao keluarlah, temani aku minum.”

“kamu masih tidak berhenti, malam ini kamu sudah minum banyak, apa harus mabuk?” kataku dengan marah.

“Ivory Yao, kamu hanya punya satu masalah, yaitu melawanku? Segeralah keluar, ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu. Jika kamu tidak keluar, aku akan mendobrak pintu.” setelah berbicara, ia mencoba menendang pintu, menimbulkan suara keras.

Aku mau tidak mau keluar, duduk di sebelahnya, ia menuangkan anggur merah untukku, membiarkanku belajar untuk menggoyangkan gelas bir sepertinya, “seperti aku, membiarkan anggur bersentuhan dengan udara, baru bisa mencapai rasa terbaik, jika tida memahaminya, maka hanya menyia-nyiakannya. Bir ini sangat mahal.”

Yulianto Hua selalu berkata bir yang mahal, maka pasti mempunyai banyak uang.

Aku melihat cairan di dalam gelas itu, mencium aromanya, sebenarnya aromanya wangi, lalu mencicip, rasanya dengan bir yang biasa minum ternyata hampir sama.

Seketika aku merasa menyia-nyiakan barang yang mahal, karena gagal memahami kebaikannya.

“Tuan Hua hari ini meminum segelas lalu minum lagi segelas, apa karena sedang menjumpai hal yang menyenangkan? Atau sesuatu yang tidak menyenangkan, minum bir untuk menghilangkan kesedihan?”

Yulianto Hua menatapku dengan malas, “kalau begitu kamu berharap aku menjumpai sesuatu yang baik atau buruk?”

“Tidak berharap semuanya. Biasa saja adalah keutamaan dalam hidup, kedamaian adalah jaminan hidup terbaik, tidak ada masalah, adalah dasar kebahagiaan.”

Yulianto Hua meletakkan gelas bir, lalu tepuk tangan, “bagus, sekarang sudah bisa berbicara. Bagaimanapun juga karena selalu bersamaku beberapa waktu, ada kemajuan.”

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu