Nikah Tanpa Cinta - Bab 360 Tempat Umum

“Sudah, sudah, ini tempat umum, jangan deh.”

Yulianto Hua malah tidak memerdulikanku, “Memangnya kenapa jika tempat umum? Tidak boleh menyuapimu kue? Siapa yang membuat aturan tidak boleh menyayangi istri di tempat umum?”

Dia masih bersikeras ingin menyuapiku, aku pun tidak ingin mengecewakan maksud baiknya, terpaksa menghentikan langkah, memakan sesuap kue yang dia berikan, rasanya memang sangat manis, dan setelah memakannya, suasana hati terasa berangsur membaik.

Hanya saja belakangan ini timbanganku naik setengah kg lagi, berhadapan dengan makanan manis seperti itu, aku memang harus menguranginya.

Tiba di Maple Garden, Yulianto Hua melihat jam tangan sekilas, berkata cukup menunggu setengah jam lagi.

Aku bertanya apa maksudnya, dia berkata saat ini di Amerika baru menjelang pagi, sebentar lagi Melvin akan melakukan panggilan video denganku.

Mendengar akan panggilan video dengan Melvin, hatiku mulai heboh. Mulai merasa waktu berjalan sangat pelan. Tidak henti-hentinya melihat jam, berharap bisa segera melihat putraku.

Setelah menunggu belasan menit, akhirnya wajah Melvin muncul dalam layar komputer Yuluanto Hua. Sepertinya dia telah tumbuh besar, sedang mengenakan seragam olahraga warna putih, begitu menggemaskan.

Air mataku tidak berhasil dibendung. Melvin memanggilku Ibu dengan suara terisak-isak.

Karena terpisah jarak yang sangat jauh, sambungan internet seringkali tidak stabil, semua perkataan yang aku ucapkan baru bisa terdengar oleh Melvin setelah beberapa detik kemudian, hanya saja ini tidak mempengaruhi suasana gembira bertemunya kami.

Melvin berkata padaku, bahwa di sekolah tempat dia belajar, ada guru bahasa Mandarin, ada banyak murid keturunan Chinese yang berteman dengannya. Jadi dia sama sekali tidak merasa kesepian, hanya saja sangat merindukan Ibu.

Kali ini aku dan Melvin memiliki waktu yang cukup panjang untuk melakukan panggilan video, hingga setengah jam berlalu, Melvin sudah harus berangkat sekolah.

Setelah telepon dimatikan, aku duduk sendiri di depan layar komputer sambil meneteskan air mata. Yulianto menghampiri secara perlahan, menepuk pundakku, menghiburku agar tidak larut dalam kesedihan.

“Kehidupan dan sekolah Melvin disana sangat baik, kamu tidak perlu cemas, dia pasti akan tumbuh besar dengan sehat dan sempurna.” Kata Yulianto menenangkanku.

“Tetapi anak sekecil dia sudah harus pergi ke luar negeri, aku sedih sekali, aku benar-benar cemas padanya.” Air mataku sama sekali tidak bisa ditahan.

“Anak itu memang masih kecil, tetapi belajar mandiri lebih cepat, juga termasuk kabar yang cukup baik. Yang terpenting adalah, dia tidak perlu menanggung bahaya bersama kita di Kota Shanghai, benar kan?” Kata Yulianto.

Aku tahu ini juga alasan utama kenapa Yulianto mengirim Melvin ke luar negeri, ada terlalu banyak orang yang menentang Yulianto dan aku di Kota Shanghai. Sedangkan anak kami adalah titik terlemah bagi kami, sebelum kami mampu mengendalikan segala situasi, mengirim anak keluar negeri adalah pilihan yang terbaik.

Tetapi meski aku tahu dan mengerti logika itu, rasa sedih tetap saja menghujam. Setelah mengakhiri panggilan video dengan anak, rasa senang perlahan menjadi sedih, tidak tertepiskan.

“Bagaimana jika, aku bawakan satu kue coklat lagi untukmu? Makanan manis bisa membuat suasana hati orang menjadi baik.” Kata Yulianto.

“Tidak perlu, aku mana boleh makan terlalu banyak makanan manis. Kamu pasti sengaja ingin membuatku gemuk.”

“Tidak kok, orang lain menggemuk disebut sebagai orang gemuk, tetapi jika kamu menggemuk, lebih tepat disebut berisi, tetap cantik kok, hanya terjadi perubahan dari perempuan kurus, menjadi perempuan berisi. Bentuk memang sedikit berubah, tetapi kecantikan tetap terjaga.”

Bisa-bisanya Yulianto Hua mengucapkan kata-kata yang membuat merinding itu demi menghiburku, aku benar-benar tidak terbiasa. Tetapi karena ledekannya itu, rasa pedih dalam hatimu memang menghilang cukup banyak.

Dia lanjut mengubah topik pembicaraan: “Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan uang 300 juta Yuan itu?”

“Aku juga tidak tahu apa yang terjadi. Hanya tiba-tina mendapat laporan berkurangnya uang 300 juta Yuan dalam dana Tongyu, juga ada bukti aku yang memberi kuasa atas pemindahan uang itu, ini artinya, mereka menganggap akulah yang menggunakan uang 300 juta Yuan itu secara pribadi. Hanya diberikan dua hari untuk memeriksa masalah yang terjadi, jika tidak, aku harus mempertanggung-jawabkannya.”

“300 juta Yuan hilang begitu saja, pasti orang dalam perusahaan yang melakukannya, dan pasti ada campur tangan dari departemen keuangan, jelas-jelas ini pemfitnahan besar-besaran. Mungkinkah para petinggi perusahaan tidak menemukan sedikitpun kejanggalan? Mereka pasti tidak mengizinkan pihak kepolisian campur tangan, karena jika polisi masuk untuk melakukan penyelidikan, kasus pasti terkuak dengan mudah. Terjadinya perpindahan dana sebesar 300 juta Yuan, pasti akan meninggalkan jejak yang tidak baik.

Aku mengiyakannya, mereka berkata jika lapor polisi, jika masalah terbongkar, akan mempengaruhi nama baik perusahaan, jadinya mereka tidak mengizinkan lapor polisi.

“Kalau begitu hanya bisa melakukan pemeriksaan internal, tetapi kamu juga tidak akan menemukan apa-apa. Orang-orang itu sudah merencanakan semuanya, mereka pasti sudah berpikir sangat matang. Jika ingin mencari tahu hilangnya uang itu, dibutuhkan tenaga ahli dan teknik yang profesional, sedangkan tenaga dan teknik itu hanya dimiliki pihak polisi. Jika mencari tahu sendiri, kamu pasti akan sangat kewalahan.”

“Kalau begitu harus bagaimana, tidak mungkin mengaku begitu saja kan, uang itu sama sekali tidak pernah aku jumpai, atas dasar apa aku harus menanggungnya?”

“Jika orang lain sudah merencanakannya padamu, kamulah yang harus menanggungnya. Bukankah sudah aku katakan padamu, uang 300 juta Yuan bisa aku keluarkan untukmu, setelah itu baru kita cari tahu secara perlahan, berusaha mendapatkan kembali uang itu, baru berikan padaku.”

“Tetapi bukan aku yang mengambil uang itu, atas dasar apa aku harus menggantinya? 300 juta Yuan bukan angka kecil, bagaimana jika tidak berhasil mencarinya kembali, bukankah akan rugi besar?” Aku mencoba membantahnya.

“Jika tidak berhasil didapatkan kembali, tidak masalah harus rugi 300 juta Yuan. Lagipula, memangnya apa tujuan mereka melakukan semua ini? Tentu bukan benaran ingin membawa pergi uang 300 juta Yuan, mereka hanya ingin membuktikan satu hal, bahwa kamu tidak pantas duduk di jabatan ini, mereka ingin kamu diusir dari perusahaan. Jika 300 juta Yuan berhasil diganti, mereka pun tidak memiliki alasan untuk memperpanjang masalah lagi. Jika masih saja diperpanjang, dengan mengatakan uang 300 juta Yuan ini kamu ganti sendiri, bukan hasil dari penyelesaian kasus, maka siapa yang bersikeras mempersulit, kelihatan jelas dialah dalang di balik masalah ini, bukankah begitu?”

Sepertinya yang Yulianto Hua katakan sangat masuk akal, tetapi aku tetap saja merasa tidak tepat jika dia yang harus mengeluarkan uang 300 juta Yuan itu. Semua masalah ini ditujukan untuk menentangku, tentu saja aku yang harus menanggungnya sendiri, menghadapinya sendiri, tidak seharusnya terus-menerus merepotkan dan melibatkan Yulianto setiap kali menemui masalah.

“Masalah kali ini, biarkan aku coba selesaikan dulu. Jika benar-benar tidak berdaya, aku akan mencarimu, bolehkah?” Aku bertanya pada Yulianto.

“Kamu ingin menyelesaikannya dengan cara seperti apa? Apa rencana kamu?”

“Saat ini aku sama sekali tidak tahu kejelasan masalah, aku ingin mencari orang dalam perusahaan untuk memahaminya lebih dulu. Dalam kantor, ada beberapa rekan yang cukup akrab denganku, aku akan mencoba mendengar pandangan mereka terhadap masalah ini, seharusnya akan membantu dalam pemahaman masalah, benarkan?”

Yulianto berpikir sejenak, lalu mengiyakan, menyuruhku memahaminya lebih dulu, jika merasa ada beberapa orang yang dicurigai, segera beritahu dia, agar dia bisa meminta Kak Alfred mengurusinya.

Aku mengangguk, berjalan keluar ruang kerja Yulianto, lalu menelepon Jerry Wang, berharap bisa mendapat sedikit informasi darinya.

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu