Nikah Tanpa Cinta - Bab 85 Jelas Sekali Bukan

Aku sedikit bersemangat, "Tidak apa-apa seperti ini? Apakah akan menyebabkan kemarahan publik?"

"Bisa saja." Yulianto Hua menjawab dengan sangat enteng.

"Kalau begitu kenapa kamu menyuruhku melakukan ini?"

"Kamu hanya bisa melakukan ini, kalau tidak kamu akan kalah di pertandingan pertama. Jika kamu langsung pasrah begini saja, kamu tidak akan bisa mengendalikan orang-orang di bawah ini, mereka tidak akan memberimu muka, dan tidak akan mendengarkan perintah dan pengaturan apa pun darimu."

"Lalu jika semua manager yang didenda itu mengundurkan diri, siapa yang akan melakukan begitu banyak lowongan pekerjaan dan begitu banyak pekerjaan?" Aku bertanya.

"Tidak akan."

"Kenapa tidak?"

Yulianto Hua tampaknya sedikit tidak sabar, "Aku Tanya kamu, ketika kamu bekerja di mal, apakah kamu akan mengundurkan diri karena kamu dihukum oleh atasanmu?"

Aku memikirkannya sejenak, lalu menjawab tidak.

"Kenapa?" Yulianto Hua bertanya padaku.

"Karena aku butuh pekerjaan itu, aku perlu menghidupi keluargaku."

"Jadi benar kan? Para manajer tingkat menengah itu kebanyakan adalah orang-orang yang berkeluarga. Mereka juga tidak ingin terlibat dalam perselisihan antar kelompok, mereka hanya ingin pekerjaan yang stabil dan gaji yang baik untuk mendukung kehidupan mereka. Tingkat gaji Haicheng Telecom adalah yang tertinggi di industri ini. Di mana orang-orang ini bisa menemukan pekerjaan yang lebih baik jika mereka meninggalkan perusahaan ini? Jadi mereka tidak akan mengundurkan diri hanya karena kamu mengurangi bonus mereka."

Aku yakin akan hal ini. Ketika Yulianto Hua mulai berbicara tentang kebenarannya dengan serius, logikanya masih sangat ketat dan masuk akal.

"Oke, kalau begitu aku akan melakukannya sekarang."

"Lakukan apa yang harus kamu lakukan saja. Lihat dewa, langsung saja bunuh. Lihat Sang Buddha, langsung bunuh. Siapa pun yang melawanmu, kamu harus berjuang keras memaki mereka kembali! Kalau masih tidak bisa, masih ada aku." Ucap Yulianto Hua.

Hatiku terasa menghangat, tiba-tiba aku ingin bertindak seperti seorang gadis kecil, "Aku tahu kamu akan melindungiku, mendukungku."

Tanpa diduga, orang ini tidak mengindahkan tingkahku ini, ia berkata dengan dingin, "Aku khawatir kamu akan mempermalukanku, oleh karena itu aku memberimu ide. Jangan terlalu banyak berpikir."

Dia menutup telepon setelah selesai berbicara.

Dia memiliki sifat seperti itu, aku sudah terbiasa sejak lama.

Tidak tahu kenapa, dia selalu menolak untuk mengakuinya setelah melindungiku, seolah-olah menjadi baik kepadaku adalah hal yang sangat memalukan.

Aku kembali ke kantor dan segera menemui Irene Zeng, lalu langsung menyuruhnya untuk memberikan informasi kepadanya. Siapa pun yang seharusnya datang ke pertemuan hari ini tetapi tidak datang, dan tidak memiliki alasan yang masuk akal untuk meminta cuti, bonus bulanannya akan dikurangi.

Tanpa diduga, dua jam setelah email notifikasi dikirimkan, tepat sebelum waktu pulang bekerja tiba, orang-orang di departemen penjualan yang tidak menghadiri rapat tiba-tiba muncul di kantor.

Sekitar dua puluh orang berkerumun di kantorku, dan mengelilingiku.

Ini menunjukkan, orang-orang ini sebenarnya ada di sini, tetapi mereka sengaja tidak menghadiri pertemuan tadi.

"Direktur Yao, apa maksudmu dengan mengurangi bonus kami pada hari pertamamu bekerja? Kami adalah staf penjualan, tidak setiap hari kami bisa duduk enak-enak di kantor. Kami tidak datang ke pertemuan karena kami pergi bekerja, kenapa kamu mau mengurangi bonus kami?"

"Begini, kamu datang dan tidak melakukan apa pun, lalu langsung mengurangi uang kami. Kamu ini sedang pamer?" Yang lainnya mengikuti.

Aku mendengarkan dengan tenang kebisingan mereka, sampai suara mereka perlahan-lahan menurun.

"Sudah selesai berbicara? Kalau belum, silakan lanjutkan lagi." Kataku dengan dingin.

Tidak ada yang berbicara lagi.

"Apa yang ingin kalian lakukan mengelilingku sepeti ini? Ingin menggunakan kekerasan? Atau sedang berencana menendangku, dan kalian semua yang menjadi direkturnya? Kalian semua itu tenaga penjualan, tempat kerja utama kalian harusnya ada di pasar. Tapi kalian harus mengerti, rapat adalah bagian dari pekerjaan kalian juga. Kemarin aku sudah memberitahukan kalian akan ada rapat, kalian juga buru-buru kembali ke kantor. Tapi kalian malah tidak muncul. Apa kalian sedang bekerja? Kalian bersatu seperti ini untuk membentuk kekuatan untuk menekanku? Dari mana keberanian dan kepercayaan diri kalian berasa?"

Masih tidak ada yang berbicara.

"Aku ingin tahu, siapa yang mengumpulkan kalian hingga ribut di depan kantorku, siapa yang memimpin kalian? Suruh dia keluar, aku akan memecatnya sekarang. Tidak datang rapat masih berani berkumpul untuk membuat masalah? Dari mana keberaniannya datang? Aku menghormati kalian semua masing-masing dan memahami kalian semua sudah bekerja keras untuk perusahaan, tetapi ini bukan modal kalian untuk memprovokasiku secara terbuka. Kalian mau menerimanya atau tidak, aku sekarang dalam posisi direktur. Aku adalah pemimpin kalian. Kalau kamu idak mau mendengarkanku, aku akan langsung memecatmu. Sekarang biarkan aku keluar, 20 menit lagi lembur, selesaikan rapat yang belum kalian selesaikan di ruang konferensi. Kalau masih tidak datang, aku akan langsung memecat orangnya. Urusan pecat tinggal diurus oleh departemen personalia besok, seperti ini. Silakan pergi sekarang dan jangan menghalangi pekerjaanku di depan kantorku."

Orang-orang itu saling memandang, kemudian seseorang mulai bergerak ke luar pintu. Beberapa orang yang masih ragu akhirnya keluar juga.

Dua puluh menit kemudian, aku datang ke ruang konferensi. Mereka yang membuat masalah sebelumnya, semuanya duduk dengan rapi di sana.

Aku berpura-pura seperti tidak terjadi apa pun, lalu langsung memulai rapatnya.

Materi yang akan dibicarakan di pertemuan itu sebenarnya sudah dijelaskan pada jam 2:30 sore, karena sudah latihan terlebih dahulu, rasanya lebih mudah dan tenang ketika berbicara untuk kedua kalinya.

Mereka memperhatikan catatan pertemuan dengan serius, setelah selesai menyampaikan materiku, mereka mulai melaporkan pekerjaan mereka dengan serius, mereka menyampaikan saran dan pendapat juga.

Seperti kata Yulianto Hua, orang-orang ini adalah orang yang unggul, kebanyakan dari mereka adalah staf yang sangat baik, jika tidak, mereka tidak akan bisa duduk di posisi Manager atau Supervisor.

Alasan mengapa mereka tidak datang ke rapat itu adalah karena seseorang meminta mereka untuk mempertimbangkan pentingnya diriku atau tidak. Mereka hanya bisa menunggu dan melihat ketika mereka tidak mengetahui situasinya. Setelah mengetahui kalau melawanku mungkin akan menyebabkan mereka kehilangan pekerjaan mereka, tentu saja mereka tidak lagi ragu. Lagi pula, hidup dengan baik dengan gaji yang baik adalah hal yang paling penting.

Pertemuan rapat ini berjalan lancar, setelah jam kerja berlalu, orang-orang dari departemen lain di perusahaan sudah pergi.

Pada saat ini, seorang Supervisor datang dan berkata dengan ragu-ragu, "Direktur Yao, sulit bagi kelompok kami untuk berkumpul. Kami semua sibuk. Kalau Direktur tidak punya kegiatan lain, bagaimana kalau kita makan bersama? Kami akan mentraktir Direktur, dan meminta maaf kepada Direktur."

Aku tersenyum, "Tidak perlu meminta maaf. Ayo makan malam nanti. Aku akan mentraktir kalian."

Orang-orang di sebelahku mendengarkanku dengan telinga tegak. Mereka langsung bersorak ketika aku mengatakan bersedia.

Orang-orang ini benar-benar bukan orang jahat, dan mereka yang bertanggung jawab atas pekerjaan penjualan lebih gembira dan antusias lagi, karena orang penjualan harus berurusan dengan berbagai pelanggan, dan mereka adalah bagian dari perusahaan yang pandai berkomunikasi.

Aku sendiri tidak punya banyak pengalaman, jadi aku meminta Irene Zeng untuk membantku memesan sebuahrestoran. Dia dengan cepat memesan restoran yang cocok untuk pertemuan kecil. Dikatakan bahwa orang-orang ini sering berkumpul di sana karena ada KTV di sebelahnya. Jadi, setelah makan bisa melakukan kegiatan yang lainnya.

Begitu kami tiba di restoran, Yulianto Hua menelepon dan mengatakan bahwa Melvin sedang menunggu makan malam bersamaku, mengapa aku masih belum pulang?

Aku mengatakan kepadanya apa yang terjadi pada sore hari, kemudian berkata kalau sedang makan malam bersama mereka sekarang, jadi aku akan pulang agak terlambat.

"Baiklah, tapi kamu tidak boleh minum." Ucap Yulianto Hua.

Aku berkata: "Mustahil untuk tidak minum. Aku akan minum sedikit, tetapi tidak akan sampai mabuk, apalagi sampai kehilangan kesadaran."

Dia malah tidak senang, "Kamu wanita ini tidak bisa mengerti ya? Aku bilang tidak boleh minum, ya tidak boleh minum. Aku tidak mengizinkanmu menemani pria lain untuk minum!"

Ini benar-benar lucu, apakah ini cemburu? Untuk menemani karyawan makan malam, apakah sama dengan menemani pria lain? Jelas sekali bukan.

Novel Terkait

Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu