Nikah Tanpa Cinta - Bab 211 Hidup Bahagia

Meskipun akhir-akhir ini aku tidak datang untuk tinggal, aku telah meminta seseorang untuk membersihkan rumah, jadi lumayan bersih, hanya saja udaranya agak kotor.

Setelah jendela dibuka, rasanya menjadi lebih baik.

Berbaring di tempat tidur, aku tidak bisa tidur.

Pikiranku berulang kali memutar ulang pemandangan menakutkan di tepi waduk layaknya sebuah film, selalu terlihat bagaimana Yulianto Hua berjalan ke arahku sambil memegang belati, membuat orang putus asa dan sedih.

Tanpa disadari, air mata ku pun mengalir lagi, dan semakin tak terkendali.

Jelas-jelas sudah aman sekarang, tetapi masih ingin menangis, merasa begitu tidak berdaya.

Pada saat ini, sepertinya ada suara ketukan di pintu, aku mendengarkan dengan seksama, memang ada seseorang yang mengetuk pintu.

Aku yang saat ini bagaikan burung yang ketakutan, di tengah malam begini ada orang yang mengetuk pintu, sudah membuatku takut. Untungnya, suara ketukannya berhenti setelah beberapa kali.

Kemudian ponselku menerima pesan dari Yulianto Hua: Apakah kamu sudah tidur? Aku di depan pintu.

Ternyata Yulianto Hua yang mengetuk pintu, aku baru merasa lebih aman.

Aku mengesampingkan telepon, tidak membalasnya, lalu melanjutkan tidurku.

Kali ini aku tertidur dengan cepat, sampai aku bermimpi buruk, barulah terbangun.

Melihat telepon, saat itu sudah jam empat pagi.

Ada pesan yang belum dibaca dari Yulianto Hua: Tidurlah, aku akan menjagamu, aku membuatmu takut tadi malam, maaf.

Merasa sedikit haus, aku bangun untuk minum air, teringat akan pesan yang dikirim oleh Yulianto Hua, jadi aku membuka pintu untuk melihatnya.

Lalu kulihat Yulianto Hua sedang duduk di depan pintu, kakinya yang panjang menjulur dalam postur yang tidak enak dilihat, kepalanya bersandar di dinding lorong, tertidur dengan nyenyak.

Aku pikir kata-kata dia akan menjagaku itu hanyalah bohong belaka, tidak disangka dia benar-benar akan berjaga di depan pintu, melihatnya seperti itu membuatku tidak tega.

Aku khawatir akan membangunkan tetangga, jadi aku pun merendahkan suaraku dan memanggilnya, "Hei, bangun."

Tapi dia masih tetap memiringkan kepalanya dan tidak membuka matanya.

Aku hanya bisa mengulurkan tangan untuk menariknya, "Hei, bangun, tidur di dalam."

Tapi dia tetap tidak menjawab. Aku sedikit panik sekarang. Apakah sesuatu terjadi padanya? Mengapa tidak bisa dibangunkan?

Aku buru-buru mengulurkan tangan ke bawah hidungnya, mencoba memeriksa apakah dia masih bernapas, tapi tiba-tiba aku mendengar dia tertawa, lalu diraihnya tanganku.

Aku terkejut, dan kemudian bereaksi dengan cepat, dia sudah bangung dari tadi, dia sengaja mempermainkanku.

Malam begini, dia masih ada mood untuk mempermainkanku?

Dengan marah, aku bersiap untuk memasuki rumah sendirian, dan membiarkan dia terus tidur di lantai sendirian.

Tetapi dia segera bangun, dan ketika aku akan menutup pintu, dia mendesak masuk dengan tiba-tiba, masuk ke dalam dan dengan cepat berbalik lalu mengunci pintu.

"Ivory Yao, hatimu sangat kejam, membiarkan aku tidur di lantai luar, bangunan kalian yang jelek ini, masih ada nyamuk bahkan di musim gugur, kamu lihat aku digigit nyamuk."

Yulianto Hua berkata, membungkuk dan membiarkan aku melihat wajahnya.

Benar juga, di bagian dagu dekat lehernya, ada beberapa bekas gigitan, kelihatan jelas.

Aku berpura-pura tidak melihatnya, "Aku mau lanjut tidur lagi, terserah kamu saja."

“Tidak, benjolan ini sakit dan gatal, bisakah kamu membantuku menanganinya? Aku menemukan bahwa nyamuk di koridormu sama beracunnya dengan dirimu, bekas gigitannya tidak mau hilang.” Kata Yulianto Hua.

Aku mengobrak-abrik laci, menemukan obat digigit serangga, dan melemparkannya padanya, "Oles sendiri."

“Mana bisa, aku tidak dapat melihatnya, kamu bantu aku untuk mengolesnya,” kata Yulianto Hua.

Aku tadinya ingin menolak, tetapi begitu teringat bahwa dia telah menjaga aku sepanjang malam di luar, itu tidak mudah, jadi aku pun membantunya mengoleskan obat.

Setelah mengoleskan obat, dia mengatakan bahwa dia tidak nyaman, mau pergi mandi. Aku bilang ya sudah, kamu mandi perlahan, aku mau tidur dulu.

Kembali ke tempat tidur, kali ini aku tidur lebih nyenyak dan tidak bermimpi buruk lagi, begitu berbalik, aku melihat Yulianto Hua di sebelah yang sedang memainkan ponselnya.

“Apakah kamu sudah tidur dan baru bangun atau sama sekali belum tidur?” Tanyaku padanya.

“Omong kosong, tentu saja aku sudah tidur dan baru bangun. Apa menurutmu aku tidak perlu tidur? Bangunlah dan buat sarapan.” Kata Yulianto Hua.

"Mengapa kamu memainkan ponsel di pagi hari begini?"

"Aku mencoba melihat apakah ada berita tentang mayat yang ditemukan di waduk. Aku ingin tahu apakah Michael Lu sudah mati."

"Hasilnya?"

"Tentu saja tidak ada. Bagaimana mungkin dia bisa mati begitu mudah. Jika dia mati begitu mudah, maka dia bukanlah iblis kecil."

"Kalau begitu, apakah kamu berharap dia mati, atau kamu berharap dia tidak mati?"

Yulianto Hua tidak langsung menjawab. Dia memikirkannya sebentar baru berkata, "Aku tidak berharap dia mati."

Ini membuatku sedikit penasaran, "Mengapa?"

"Aku juga tidak tahu jelas. Michael Lu adalah orang paling berbahaya yang pernah aku temui dan orang yang paling mengancam diriku. Dapat dikatakan bahwa dia adalah lawan yang tangguh. Seharusnya aku berharap dia mati, tetapi lubuk hatiku tidak berpikir begitu, jadi aku sendiri juga tidak bisa menjelaskannya. Sudahlah, jangan membahas dia lagi, bangun dan buat sarapan.” Yulianto Hua berdiri.

“Aku tidak mau melakukannya,” kataku malas.

Setelah apa yang terjadi tadi malam, aku benar-benar merasa sangat lelah, kelelahan fisik dan mental, tidak dapat pulih sepenuhnya walaupun sudah tidur semalaman.

“Aku bilang aku yang akan membuatnya, aku tidak memintamu membuatnya,” kata Yulianto Hua.

Ini tidak masalah, aku tidak keberatan sama sekali.

Dengan segera dia pun lari keluar dari dapur, "Tapi tidak ada apa-apa di rumah ini, hanya telur dan mie. Aku tidak tahu apakah mienya sudah kadaluwarsa apa belum?"

“Belum habis masa berlakunya. Aku minta Kak Yulie beli beberapa waktu lalu, tidak lama,” jawabku.

"Bukan, aku tidak mengerti. Mengapa Kamu menyiapkan mie sendiri di sini? Apakah kamu pikir setiap saat kapan pun kamu berselisih denganku maka kamu akan pindah ke sini? Atau apakah kamu merindukan kehidupan bahagia yang kamu jalani di sini sebelumnya?" Yulianto Hua menatapku dengan sorot mata menghakimi dan kedua tangan di pinggul.

Aku tidak siap menjelaskan masalah ini.

Kalau bilang bahwa aku merindukan kehidupan bahagia di sini, itu pasti tidak mungkin. Dalam beberapa tahun terakhir di sini, belum pernah ku lewati dengan senang, jangankan bahagia, bahkan sesuai dengan keinginan hati saja tidak.

Tapi aku punya nostalgia di tempat ini, itu juga benar.

Bukan merindukan kehidupan dengan mantan suami di sini, tetapi aku merindukan masa muda yang telah hilang di sini, dan aku merindukan kenangan ketika Melvin belajar berbicara di sini.

“Coba kamu jelaskan.” Yulianto Hua masih enggan memberi ampun.

"Ya, ini adalah jalan belakangku. Kelak ketika kamu memegang belati ingin membunuhku, aku hanya bisa melarikan diri ke sini karena aku tidak punya tempat tujuan. Kamu ingin membunuhku, apakah aku harus pulang ke rumahmu?” Kataku dingin.

"Bukankah ini sudah berakhir? Aku suda bilang, aku tidak akan menyakitimu, itu hanyalah sebuah kamuflase. Kamu pernah menyelamatkan Michael Lu, dia tidak memiliki niat buruk terhadapmu, jika tidak mana mungkin dia akan melakukan begitu banyak untukmu? Bantu kamu menangani Winsen Chen, menangani Felicia Chen? Karena dia telah melakukan begitu banyak hal untukmu, apakah dia benar-benar akan membunuhmu? Dia hanya ingin kamu membenciku, apakah kamu bodoh? Atau kamu benar-benar membenciku? "

Sebenarnya, aku juga ingin memahami prinsip-prinsip ini, tetapi aku tidak bisa tahan.

"Lalu jika dia tidak mengubah kata-katanya tadi malam, apakah kamu benar-benar akan membunuhku?"

"Bagaimana mungkin? Aku memiliki perjanjian diam-diam dengan Rick Chen. Rick Chen berpura-pura mati dan pergi dengan aku. Itu adalah perjanjian diam-diam di antara kita. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi kakak perempuanku. Aapakah kamu begitu tidak mempercayai aku? "

Saat ini, aku tiba-tiba mencium bau minyak, "Apakah kamu membakar minyak di dapur untuk memasak telur? Aku khawatir sudah terbakar."

Yulianto Hua mengutuk lalu menoleh dan segera bergegas menuju dapur.

Karena berbalik terlalu tergesa-gesa, dia tidak memilih jalannya, kepalanya terbentur kusen pintu kamar, setelah berteriak, tetap menerobos masuk ke dalam.

Aku tidak bisa menahan tawa, suasana hatiku jauh lebih baik dari sebelumnya.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu