Nikah Tanpa Cinta - Bab 244 Tidak bisa berkata-kata

Yulianto Hua sedikit mengernyitkan dahinya, lalu dia menyipitkan matanya dan berkata: "Benar juga."

“Tuan Muda Keempat, sekarang kamu adalah sasaran kritik publik, kamu harus hati-hati. Awak media sudah memberitakan kamu adalah penerus Hua's Inter Company. Dalam perjamuan malam ini juga banyak yang memujimu, hal ini akan membuat orang iri "aku tersenyum lalu mengalihkan topik pembicaraan.

“Tidak apa-apa, ada kamu yang melindungiku.” Yulianto Hua mengangkat dagunya.

Aku tertawa, "Kamu yakin ingin menyerahkan keselamatanmu kepadaku? Menyerahkannya kepada wanita lemah yang tidak berdaya?"

“Yakin, aku akan menyerahkan diriku padamu.” kata Yulianto Hua serius.

“Jangan, tanggung jawab ini terlalu berat, aku tidak sanggup menanggungnya.” Aku melambaikan tanganku dengan enggan.

“Tadi dari kerumunan para tamu aku melihat sekeliling. Apakah kamu tahu apa yang aku rasakan?” tanya Yulianto Hua.

"Hmm? Apa?"

"Dari begitu banyak orang, aku hanya melihatmu. Di mataku hanya ada kamu ."

Ucapan Yulianto Hua ini sangat lebay, aku sedikit tidak tahan. Aku merasa sekujur tubuhku merinding. Kata-kata seperti ini, tidak seperti kata-kata yang keluar dari mulut Yulianto Hua.

"Tuan Muda Keempat, kamu sudah mabuk ya. Tak kusangka kata-kata seperti ini juga bisa keluar dari mulutmu?"

“Aku tidak mabuk. Aku mengatakan apa adanya, aku tidak boleh berkata jujur?” Yulianto Hua menjulurkan tangannya dan mengangkat daguku.

Aku bergegas menepis tangannya, "Disini ada banyak orang. Kamu jangan pegang sembarangan."

“Memangnya kenapa kalau aku memegang istriku? Aku, Yulianto Hua akan melakukan apa yang kuinginkan, tidak ada yang bisa menghentikanku.”Yulianto Hua sepertinya sudah mabuk.

"Sudah, bersikap yang baik. Kalau sudah mabuk, bagaimana kalau kita pulang duluan?"

“Tidak boleh, para tamu masih di sini, kita tidak boleh pulang secepat ini. Mari berkeliling, kamu tenang saja, aku tidak mabuk.” Yulianto Hua meraih tanganku.

Aku tidak terlalu suka bersosialisasi, tapi aku tahu dia ingin aku muncul di depan orang-orang. Aku tidak ingin mengecewakannya, jadi aku hanya bisa membiarkannya menuntunku.

Setelah berkeliling satu putaran, senyuman di wajahku sudah membeku. Tapi perlahan-lahan aku mulai terbiasa dengan lingkungan ini. Berada di kalangan seperti ini memang harus begini, ini adalah hal yang tak terhindarkan.

Yulianto Hua dan aku ingin istirahat sebentar, tetapi orang-orang terus berdatangan untuk bersulang. Aku merasa sangat lelah.

“Tiba-tiba aku teringat dengan sesuatu yang sangat penting,” kata Yulianto Hua tiba-tiba.

"Apa?"

“Aku harus memberikan nama panggilan khusus untukmu, nama panggilan yang tidak diketahui orang luar. Di dunia ini hanya aku yang boleh memanggilmu dengan nama panggilan ini.” Kata Yulianto Hua serius.

Aku langsung merasa lega. Kupikir dia teringat dengan sesuatu yang penting, ternyata ini yang dia maksud. Pikirannya ini berubah-ubah dengan sangat cepat, aku sedikit tidak bisa mengikuti alur pikirannya.

“Menurutmu panggilan apa yang bagus?” Yulianto Hua menoleh dan bertanya padaku.

Saat ini, ada tamu yang datang dengan membawa sampanye dan membuat percakapan kami terpotong. Setelah tamu itu pergi, Yulianto Hua kembali bertanya, "Nama panggilan apa yang bagus?"

"Bukankah kamu selalu memanggilku Ivory? Buat apa nama panggilan lain?"

“Tidak, orang lain juga memanggilmu Ivory. Aku ingin nama panggilan khusus hanya untukku yang tidak diketahui orang luar.” Yulianto Hua terlihat serius.

Aku tidak mengerti, kenapa dalam acara seperti ini dia malah memikirkan masalah nama panggilan? Tapi, dunianya memang sulit dipahami, kalau tidak, dia bukan lagi Yulianto Hua.

“Kalau begitu terserahmu saja.” Aku tersenyum.

“Hmm.” Yulianto Hua berpikir sebentar, “Aku tahu, aku akan memanggilmu nyamuk?”

Aku pikir aku salah dengar, "Kamu memanggilku apa?"

“Nyamuk.” Yulianto Hua mengulanginya lagi, aku yakin aku tidak salah dengar.

“Nama panggilan konyol macam apa ini, apa makna di balik panggilan nyamuk ini?” tentu saja aku tidak terima.

“Aku rasa nama panggilan ini imut dan manis, lalu kamu suka menggigitku dan akan mengikuti kemanapun aku pergi, ini makna nama panggilan ini,” Yulianto Hua menjelaskan dengan bersungguh-sungguh.

“Aku tidak mau, nama panggilan ini terlalu low, aku tidak terima.”aku berkata dengan tidak suka.

Yulianto Hua terlihat serius, "Kalau begitu apa?"

"Pokoknya jangan nyamuk. Aku tidak menghisap darah, apa-apaan ini. Nama panggilan ini terlalu low, kamu sedang memarahiku?

“Ah, aku tahu!” Yulianto Hua terlihat bersemangat, “Kamu memiliki wajah cantik yang berbentuk seperti telur angsa, aku akan memanggilmu telur!”

Aku langsung merasa ingin menangis, telur? Kedengarannya lebih buruk dari nyamuk! Ini seperti memanggil bocah laki-laki, mana seperti memanggilku?

"Kamu tidak bisa memilih nama yang lebih bagus? Kenapa semauanya sangat low?" aku berkata dengan kesal.

“Nama panggilan telur ini sangat mesra, ini saja. Yang terpenting tidak akan ada yang memanggilmu seperti ini, hanya aku yang akan memanggilmu seperti ini.” Yulianto Hua terlihat sudah mantap dengan keputusannya.

Aku benar-benar tidak bisa berkata-kata.

...

Setelah Lanhai Technology bergabung dengan Hua's Inter Company, Lanhai Technology hanya menjadi anak perusahaan dan tidak ada perubahan dalam tim. Jadi aku tetap bekerja di Lanhai Technology. Tapi Yulianto Hua harus bolak balik kantor pusat dan Haicheng Telecom. Dikarenakan biasanya sangat sibuk dalam seminggu kami hanya bisa bertemu sekali atau dua kali. Kalau kami sama-sama harus dinas, dalam satu minggu kami belum tentu bertemu.

Waktu berlalu dengan cepat, dalam sekejap sudah bulan Januari, dan akhir musim gugur sudah tiba.

Hari itu aku sedang bekerja , tiba-tiba asistenku masuk dengan ekspresi wajah gugup, dia bilang bos besar datang.

Aku bertanya kepadanya bos besar yang mana? Dia berkata dengan terbata-bata, Direktur datang.

Aku juga menjadi gugup, meskipun Lanhai Technology merupakan bagian dari Hua's Inter Company, tapi kedua perusahaan ini beroperasi secara independen, Hendra Hua tidak pernah ikut campur. Kenapa hari ini dia tiba-tiba berkunjung ?

Aku pergi ke ruang tunggu, ternyata Hendra Hua memang sedang duduk di sana. Dia tidak membawa sekretaris atau asisten, dia datang sendiri.

“Direktur, aku akan segera memanggil para manajer untuk rapat, agar anda bisa memberikan saran dan kritik.” aku memang sedikit gugup, aku khawatir dia tiba-tiba melakukan kunjungan pribadi karena ada masalah dengan pekerjaan kami.

Hendra Hua melambaikan tangannya, "Tidak, aku hanya lewat, jadi aku mampir untuk melihat-lihat. Kita ngobrol saja."

“Bagaimana kalau kita pergi ke berbagai departemen untuk melihat-lihat? Karena anda sudah datang sekalian berikan masukkan kepada kami.” kataku.

Hendra Hua berpikir sejenak, "Boleh juga, kalau begitu aku akan melihat-lihat. Suruh mereka jangan gugup, aku datang untuk belajar, aku sudah tidak bisa mengikuti perkembangan di industri teknologi, kalian para talenta muda yang bisa melakukannya."

Aku pun menemani Hendra Hua pergi ke berbagai departemen. Ketika para karyawan dari setiap departemen mendengar ketua direksi datang, mereka langsung panik, tapi mereka semua juga sangat bersemangat. Bagaimanapun, mereka belum pernah bertemu langsung dengan orang nomor satu di dunia bisnis Shanghai.

Hendra Hua tersenyum dan berjabat tangan dengan para karyawan. Beberapa karyawan muda yang lebih nakal diam-diam mengeluarkan ponsel untuk berfoto selfie dalam satu frame dengan Hendra Hua, Hendra Hua juga sangat kooperatif dan sangat ramah.

Setelah kunjungan, aku melaporkan situasi terkini Lanhai Technology kepadanya. Dia sangat menghargainya dan memuji kami telah melakukan pekerjaan dengan baik.

Melihat sudah hampir waktunya makan siang, aku merasa sedikit kesulitan. Di Venture Park tidak ada restoran yang bagus, aku harus membawanya makan dimana?

Hendra Hua seakan bisa membaca pikiranku, “ Aku dengar kalian punya kantin ya? Ayo kita makan bersama di kantin, aku ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu.”

Ketika aku mendengar ada sesuatu yang ingin dia bicarakan denganku, aku kembali gugup.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu