Nikah Tanpa Cinta - Bab 5 Aku tidak bersedia

“Nona Yao, silahkan.” Kata-kata pria itu menyadarkanku dari lamunanku.

Aku membungkuk dan naik ke kursi barisan belakang mobil, lalu manajer berlari menghampiriku, "Ivory , kamu tenang saja, kamu tidak perlu khawatir soal pekerjaan, gajimu tidak akan kurang sedikit pun."

Kata-kata sanjungannya ini membuatku semakin tidak terbiasa, biasanya sikapnya terhadapku bukan seperti ini. Mungkin dia mengira, aku memiliki hubungan yang dekat dengan Yulianto Hua, jadi dia kira jika dia tidak menyenangkan aku, akan berdampak buruk baginya.

Pria yang sedang mengemudi berusia sekitar tiga puluhan, tubuhnya tinggi dan tampan, dan dia mengenakan setelan jas yang sangat elegan. Dia terus melihatku dari kaca spion, "Namaku Alfred Jiang, aku adalah anak buah Tuan Muda Keempat."

Aku tidak bisa menahan diri dan menanyakan hal yang sangat ingin aku tanyakan, "Halo, apakah Tuan Muda Keempat adalah Yulianto Hua ?"

Dia sedikit menoleh melihatku dan ekspresi wajahnya sangat terkejut, "Kamu tidak tahu?"

Jadi maksudnya, sejak awal seharusnya aku sudah tahu?

Melihat aku yang kebingungan, dia melanjutkan berkata, "Tuan Muda Hua adalah anak nomor empat di keluarganya, semua kalangan pengusaha di Shanghai memanggilnya dengan sebutan Tuan Muda Keempat. Sangat jarang ada yang memanggil namanya."

Aku berkata ‘oh’ dengan suara pelan, lalu pikiranku mulai berpikir sembarangan lagi. Bagaimana mungkin anakku adalah anak Yulianto Hua? Sebelumnya aku bahkan tidak kenal dengan pria ini, mana mungkin aku mengandung anaknya?

Apakah "Tuan Muda Keempat " itu bukan "Tuan Muda Keempat " ini?

JIka dipikirkan seperti ini seharusnya benar, Shanghai memiliki populasi puluhan juta penduduk, tentu saja, banyak orang yang memiliki sebutan ‘Tuan Muda Keempat’. ‘Tuan Muda Keempat’ yang Kris Wu dan ibunya maksud bisa jadi bukan Yulianto Hua .

Tetapi suara hatiku malah berharap "Tuan Muda Keempat " itu adalah Yulianto Hua .

Aku merasa malu karena memiliki pemikiran seperti ini. Jelas-jelas aku dan dia bukan dari dunia yang sama, apa yang sedang aku pikirkan?

Ketika aku sadar dari pemikiranku yang kacau, aku sudah tiba di tujuan.

Di depanku muncul bangunan bergaya Eropa dan berwarna abu-abu dan putih yang dibangun di atas gunung, dulu aku pernah melihat foto bangunan ini di Internet.

Karena menyerupai bangunan di mana kantor Presiden AS berada, para netizen menyebut bagunan ini 'White House Shanghai'. Tapi siapa pemilik rumah ini, di internet tidak ada jawaban yang pasti. Hanya tahu bangunan itu adalah kediaman pribadi orang kaya di Shanghai .

Di depan White House ada sebuah halaman seluas lapangan sepak bola, ada wedding gate yang dipenuhi dengan bunga-bunga. Di tengah-tengah halaman, ada banyak jajaran kursi putih yang tertata rapi. Latar belakang panggung adalah sebuah layar besar, yang tidak berhenti memutar video pernikahan yang sudah akrab di mataku.

Betapa pun bodohnya aku bisa melihat, ini adalah tempat pernikahan Yulianto Hua . Ternyata dia menikah hari ini.

Buat apa dia memanggilku ke sini?

Alfred Jiang menuntunku ke barisan terakhir tempat duduk, dan berpesan kepadaku untuk tidak kemana-mana.

Setelah duduk di sana selama beberapa menit, aku mulai gelisah dan memiliki perasaan ingin melarikan diri, tapi aku belum bertemu dengan Yulianto Hua, dan aku masih membutuhkan bantuannya dalam perihal anakku.

Para tamu tiba satu demi satu, semuanya berpakaian mewah.

Mengenakan seragam mal, aku duduk di antara sekelompok orang-orang ternama dengan rambut berminyak dan berkulit kusam. Aku yang gelisah semakin tidak bisa duduk diam.

Acara kelas atas seperti ini benar-benar tidak cocok bagi diriku yang sekarang.

Akhirnya aku yang sudah tidak bisa duduk diam berdiri dan bersiap untuk menyelinap pergi.

Tapi tak lama dua pria berjas menghampiriku dan mengatakan Tuan Muda Keempat sudah berpesan kepada mereka untuk memperhatikanku, dan mereka memintaku kembali ke tempat duduk aku dan meminta kepadaku untuk tidak mempersulit mereka.

Begitu mendengarkan kata ‘memperhatikan’ ini, aku tahu maksudnya adalah menyuruh mereka mengawasiku supaya aku meninggalkan lokasi.

Aku semakin gelisah, apa yang ingin Yulianto Hua lakukan?

Saat aku sedang memikirkan cara melarikan diri, tepuk tangan dan sorak-sorai terdengar, pengantin wanita yang memakai balutan gaun pengantin putih berjalan keluar dengan perlahan dari White House sambil mengandeng Yulianto Hua yang memakai balutan setelan jas .

Musik mengalun dan suara tepuk tangan tidak berhenti mengiringi, wajah pengantin wanita sangat bahagia, dan dia melambaikan tangan kepada para tamu undangan sambil berjalan perlahan ke arah panggung.

Pemimpin upacara pernikahan adalah pembawa acara paling terkenal di Stasiun TV Shanghai , dan orang yang menjadi saksi pernikahan bahkan lebih luar biasa, dia adalah wakil walikota Shanghai yang bertanggung jawab atas industri dan perdagangan.

Upacara pernikahan berjalan dengan normal, setelah pidato dari beberapa orang dan setelah berbagai macam pergolakan emosi, mereka sampai pada tahap yang paling penting, saksi bertanya kepada pengantin wanita, "Nona Felicia Chen , apakah anda bersedia menikah dengan Yulianto Hua dan menjadi istri sahnya, baik dalam keadaan miskin atau kaya, baik dalam keadaan baik atau buruk, baik dalam keadaan sakit atau sehat, anda tidak akan pernah meninggalkannya dan menghadapi semuanya bersama? "

Senyuman di wajah pengantin wanita sangat manis hingga membuat orang merasa iri, "Aku bersedia."

Saksi menoleh ke arah mempelai laki-laki sambil mengajukan pertanyaan yang sama, tetapi ketika semua orang berpikir pengantin pria akan menjawab 'aku bersedia,' mempelai pria tiba-tiba diam.

Para hadirin terdiam, semua mata tertuju ke arah pengantin pria, tetapi pengantin pria masih tetap diam. Dia menatap mata pengantin wanita, lalu dengan perlahan dia berbalik dan melihat ke kursi tamu.

Hatiku kembali berdegup dengan kencang, karena saat ini tatapan matanya sedang tertuju ke arahku. Pada saat yang bersamaan, dia berkata dengan perlahan: "Aku tidak bersedia."

Para hadirin langsung heboh.

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu