Nikah Tanpa Cinta - Bab 292 Segera berkumpul kembali

Yang paling aku suka dari kejutan Yulianto Hua malam ini adalah melihat Melvin. Sepanjang waktu ini yang paling aku cemaskan adalah Melvin tidak disampingku.

“Jangan sedih, sebentar lagi akan ketemu dia.” Ujar Yulianto Hua dengan suara kecil, “Ayo berdoa, meniup lilin, dan memotong kue.”

Sebenarnya aku tidak ingin melakukan hal-hal ini di depan begitu banyak orang. Karena rasanya seperti sedang berakting. Aku tidak suka akting.

Tapi semua yang di sini pasti tahu sebelum memotong kue harus berdoa, tiba-tiba suasana menjadi diam, memberikan aku keheningan untuk berdoa. Ini membuat aku agak terharu, sehingga aku pun merapatkan kedua tangan, memejamkan mata dan berdoa, tentu saja berharap Melvin sehat selalu, dan kami bisa segera berkumpul kembali.

Kemudian aku meniup lilin dan memotong kue. Saat ini ada yang datang menyodorkan piring dan garpu, Yulianto Hua mengambil sepotong dan menyuapi aku.

Bagaimana pun juga aku harus menghargainya, ditambah lagi aku tidak makan malam, saat ini perutku memang lapar sekali. Oleh karena itu aku pun memakannya, suara tepuk tangan kembali terdengar.

Saat ini semua lampu menyala kembali, Yulianto Hua menarik tanganku berjalan ke luar. Kerumunan orang itu refleks memberi jalan untuk kami lewat, dengan sesekali disertai tepukan tangan.

Melewati keramaian kami sampai ke depan pintu, akhirnya aku menghela nafas lega. Saat ini semua lampu padam lagi. Kali ini orang yang berkerumun agak terkejut juga, ada yang sampai menjerit.

Aku juga sedang memutar otak ini mau apa lagi, kemudian mendadak terdengar suara dentuman. Selanjutnya dentuman tersebut berkelanjutan, ada kembang api yang terus bermekaran di langit.

Langit yang tadinya gelap pun langsung penuh warna-warni, indah sekali. Sekali lagi keramaian mengeluarkan riuhan yang lebih heboh lagi.

Yulianto Hua berbisik di telingaku, “Selamat ulang tahun. Semoga apa pun yang terbaik ada denganmu, bahagia seumur hidup, lancar selalu, semoga cinta ini sampai selamanya.

Dalam hatiku sangat terharu, tapi ada suara lain yang mengingatkan aku, semua yang indah ini akan menghilang dalam sekejap. Dia bisa membuat kamu bagaikan di alam mimpi, juga bisa membuat kamu terbangun dari mimpi, jangan memercayainya, karena dia adalah orang yang memaksa kamu bercerai dan akan menikah dengan orang lain.

“Terima kasih, hari ini adalah hari yang tidak terlupakan untuk aku.” Kataku kepadanya.

Suara kembang api sangat kencang, dia tidak mendengarnya, dia menoleh menyuruh aku mendekat dan mengatakannya lagi. Aku mendekat, tercium wangi parfum yang familiar. Aku membisikkan perkataanku tadi ke telinganya.

“Aku menolak sungkanmu.”

Aku tersenyum tanpa berbicara lagi. Diam berdiri menatap kembang api. Meskipun hal indah gampang menghilang, tapi asalkan pernah indah, juga merupakan sebuah kenangan, untuk apa harus mengharapkan kekekalan.

Kembang api masih terus berlanjut agak lama kemudian baru selesai, ada sebuah mobil datang dan Yulianto Hua membuka pintu untuk aku.

Aku bersandar di kursi belakang mobil, rasanya lumayan lelah. Kupejamkan mata untuk beristirahat.

“Kamu belum makan bukan? Aku bawa kamu pergi makan?” Kata Yulianto Hua.

“Tidak, aku sudah makan. Sore tadi ada pesan delivery.” Kataku dengan datar.

“Hari ini kamu berulang tahun, tapi malah makan delivery. Sejahat itu dengan diri sendiri?” Ujar Yulianto Hua.

“Bisa makan delivery saja aku merasa sudah sangat bagus. Hari ini terima kasih sekali, aku sangat senang.”

“Apakah kita perlu sesungkan itu?” Nada bicara Yulianto Hua agak tidak senang.

“Awalnya aku juga mengira antara kita tidak perlu sesungkan itu, tapi kenyataan membuktikan kita perlu. Kamu adalah kamu, aku adalah aku, pada akhirnya kita tetap adalah orang yang berbeda dunia.”

Baru saja usai berkata seperti itu, ponsel di tasku bergetar, ternyata telepon dari Julian Tsu.

Julian Tsu bilang dia sudah melihat acara besar ulang tahunku di internet, benar-benar meriah sekali, dan menanyai aku kenapa tidak memberitahu dia aku berulang tahun.

Aku bilang dengannya kalau ini juga karena diatur seorang teman, aku tadinya juga tidak berniat untuk merayakannya, jadi tidak memberitahu siapa-siapa.

Julian Tsu menanyakan hadiah apa yang aku mau, aku bilang tidak perlu, sudah bukan anak kecil lagi, tidak perlu hadiah apa-apa.

Julian Tsu bilang, “Tidak bisa, kamu sekarang adalah salah satu bagian dari keluarga Tsu, bagaimana mungkin tidak memberi hadiah kalau ulang tahun, harus kasih. Kamu mau apa, langsung katakan saja.”

Aku jawab, “Tunggu aku kepikiran baru beritahu kamu saja, kalau memang kakak kedua mau memberi, maka aku akan mengerukmu habis-habisan.” Julian Tsu tertawa dan bilang, “Baik, kutunggu.”

Aku mematikan telepon, air muka Yulianto Hua agak tidak enak dipandang, “Dari Julian Tsu?”

Aku mengangguk, “Iya.”

“Bicara sama aku kamu begitu dingin, sekali bicara dengan dia kamu begitu bersemangat, apakah harus sejauh itu perbedaannya?” Jelas sekali Yulianto Hua agak cemburu.

Aku mengingatkannya, “Dia itu kakak kedua aku. Ketika aku di penjara, dia yang berusaha mengeluarkan aku, dia orang yang benar-benar baik sama aku.”

Yulianto Hua terdiam, sepertinya perkataan ini membuat dia semakin tidak senang.”

Hari ini dia mempersiapkan begitu banyak hal, jadi aku juga sungguh tidak ingin membuat dia tidak senang, sehingga aku pun mengalihkan topik, “Apakah sudah dari lama kamu merencanakan ini? Bahkan tidak beritahu aku dulu, memangnya tidak takut kalau kebetulan aku tidak di Shanghai? Bukannya jadi sia-sia nanti.”

Topik ini membuat dia menjadi lebih senang, “Kalau memang aku sudah merencanakannya, pasti aku punya persiapan dan keyakinan bisa berhasil. Kalau pun kamu tidak di Shanghai, aku juga akan memikirkan cara untuk membuat kamu datang ke Shanghai.”

Ponselku mulai tidak berhentinya berdering, semuanya adalah pesan masuk. Ada yang dari teman, dari teman kerja, semuanya mengucapkan selamat ulang tahun. Karena Yulianto Hua, mungkin hampir setengah kota Shanghai sudah pada tahu hari ini aku berulang tahun.

Pesannya terlalu banyak, tidak dapat aku balas satu per satu, akhirnya hanya bisa mengirim di wechat moment untuk berterima kasih atas doa mereka.

Saat ini ponsel Yulianto Hua juga bergetar, usai mengangkat telepon, dia menatapku dengan serba salah.

Aku lumayan mengerti dia, aku paham informasi yang terpancar keluar dari tatapan matanya.

Aku berkata, “Kalau kamu ada urusan, pergi dulu saja, aku bisa pulang naik taksi sendiri.”

Dia bilang awalnya ingin menemani aku makan malam, tapi karena ada urusan mendadak, mungkin harus pergi sebentar dan kembali lagi setengah jam kemudian.

Aku menjawab, “Baiklah, kamu pergi saja, beritahu nama restorannya, aku pergi dulu dan menunggu kamu di sana.”

Dia berkata, “Bagus kalau begitu.” Dia yang pergi naik taksi dan membiarkan supir mengantar aku ke restoran.

Setelah supir mengantar aku sampai di restoran, aku masuk dan kemudian langsung pergi melalui pintu belakang, lalu naik taksi pulang. Di dalam taksi, aku mematikan ponsel.

Seperti yang aku kira, keindahan yang Yulianto Hua berikan akan dia tarik kembali sewaktu-waktu. Dia punya banyak urusan yang lebih penting lagi untuk diurus, ada orang yang lebih penting lagi untuk dia temui.

Sampai di rumah, aku memasak mie sayur untuk diriku sendiri, kemudian membuka sebotol bir. Kalau memang semuanya menetapkan hari ini adalah ulang tahunku, maka lebih baik aku mengucapkan selamat ulang tahun untuk diriku sendiri juga.

Bunga-bunga itu, lampu-lampu itu, hanyalah halusinasi yang indah, hanyalah fatamorgana. Cuma mie di depan aku inilah yang merupakan kehidupan paling nyata, yang bisa aku pegang erat dan kendalikan sendiri.

Selesai makan mie, minum bir, membersihkan diri, aku berbaring dan tidur.

Ini adalah hari yang tidak terlupakan, tapi pada kenyataannya juga tidak berbeda dengan hari biasanya.

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu