Nikah Tanpa Cinta - Bab 293 Bertemu dia lagi

Keesokan paginya ketika bangun dan membuka ponsel, ada banyak panggilan tidak terjawab, yang sebagian besar adalah telepon dari Yulianto Hua.

Saat membuka internet, ternyata aku benar-benar menjadi pencarian terpopuler. Berbagai komentar bermunculan di internet, ada yang bilang sangat romantis, ada yang bilang pamer kekayaan dan kemesraan, bermacam-macam komentarnya.

Tapi ada satu detail yang menarik, yaitu tidak ada yang mengungkit nama Yulianto Hua di semua berita. Hanya mengatakan seorang misterius mengatur acara ulang tahun untukku.

Kemarin ada begitu banyak orang di sana, kalau bilang tidak seorang pun mengenali Yulianto Hua, aku tidak percaya. Bahkan ada yang memotret dan dibagikan ke wechat moment. Namun di berita sama sekali tidak mengungkit Yulianto Hua. Jelas sekali ini adalah hasil kerja tim relasi publik dari Yulianto Hua.

Setelah bangun dengan malas, aku memutuskan untuk tidak masuk kerja. Hari ini tidak boleh keluar, sekali keluar pasti akan dikelilingi dan difoto. Sudah cukup kemarin ditonton bagaikan monyet sirkus, hari ini tidak ingin menjadi monyet lagi, cukup menyendiri di rumah dan menyelesaikan urusan kantor.

Awalnya aku ingin memasak mie lagi, tapi teringat semalam aku sudah makan mie, aku pun tidak ingin lagi. Oleh karena itu aku pun menelepon ke restoran untuk memesan sarapan dan segelas kopi.

Usai sarapan dan minum kopi, aku malah merasa agak ngantuk. Mumpung bisa bermalas-malasan, aku pun memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin saja.

Sampai siang setelah aku bangun, aku melihat pencarian tentang aku sudah tidak ada, dan isi berita tentang ulang tahun aku juga sudah hampir dihapus semua. Dalam hatiku berpikir kekuatan Yulianto Hua semakin besar, bahkan bisa membereskan hal ini dalam waktu singkat, sehingga dampak yang diakibatkan akan semakin kecil.

Sampai sore, aku merasa agak bosan. Aku pun bersiap untuk keliling sebentar di luar, sekalian membeli sayur di pasar, masak makanan sederhana yang sesuai selera diri sendiri, kebanyakan makan makanan delivery malah jadi bosan.

Agar tidak dikenali, aku sengaja memakai topi dan kacamata hitam. Namun baru saja keluar dari perumahan, ponsel sudah berdering, dari balik telepon sana mengatakan, “Nona Yao, saya datang mengantarkan mobil untuk anda.”

Aku kebingungan, dalam hatiku berpikir apa lagi maksudnya mengantar mobil? Setelah ditanya dengan jelas aku baru tahu, dia datang dari Kota Y, yang dia antar adalah mobil balap yang Nadine Jiang janji akan diberi ke aku.

Aku mengira Nadine Jiang hanya menyanggupi karena saat itu sedang di depan Robert Tsu, tidak disangka dia benar-benar menepatinya. Awalnya aku merasa dia tidak begitu menyukai aku, sekarang aku jadi tidak begitu mengerti dirinya.

Mobil balap tersebut bermerk Audi warna merah. Setelah menerima mobil tersebut, aku mau mentraktir orang yang mengantarkan mobil, tapi dia bilang dia masih ada urusan di Shanghai, juga bilang akan menerima traktiranku nanti ketika ia datang ke Shanghai lagi.

Rasanya kurang nyata saat memakai mobil balap yang diberi Nadine Jiang. Karena terlalu banyak pengalaman yang membuat aku curiga ketika ada yang baik denganku.

Aku parkir mobil balap itu dan menutupnya dengan kain penutup, aku memutuskan untuk sementara tidak memakai mobil ini, tetap menggunakan mobil biasa yang perusahaan beri. Aku belum ada prestasi apa-apa, tidak perlu keluar masuk dengan mobil balap yang mewah begini, rasanya terlalu memamerkan, sampai membuat diriku sendiri merasa tidak tenang.

......

Dua tiga hari setelah kejadian ulang tahun, aku tidak bertemu lagi dengan Yulianto Hua, juga tidak mendapat telepon darinya. Dia seperti sudah lupa pernah membuatkan acara ulang tahun untukku. Kami di satu kota yang sama, tapi rasanya seperti saling melupakan.

Tidak terasa sudah akhir pekan lagi. Akhir pekanku selalu begitu saja, karena tidak ada kegiatan lain, aku pun lembur di kantor saja.

Saat jam lima sore, pekerjaanku sudah hampir selesai. Melihat begitu banyak teman kerja juga sedang lembur, dalam hatiku agak terharu, teringat dulu pernah berjanji untuk makan bersama dengan mereka, tapi tidak pernah kutepati, jadi aku pun memutuskan untuk menepati janji tersebut di hari ini, kuberitahu mereka untuk menyelesaikan kerjaan mereka, kemudian makan bersama dan melewati akhir pekan dengan santai.

Tentu saja saran ini disambut antusias oleh semuanya, suara sorakan berbunyi di satu ruangan. Aku menyuruh asisten untuk memesan restoran yang levelnya termasuk bagus, kemudian meminta asisten memberitahu teman kerja lain yang tidak lembur untuk ikut makan bersama jika ada waktu.

Setelah aku dan asisten sampai di restoran, sebagian besar teman kerja sudah di sana. Hanya Peter Shen yang tidak datang.

Sebelum memulai, aku menyampaikan beberapa patah kata, yang tentunya hanya basa basi seperti terima kasih atas jerih payah kalian semua, kemudian memotivasi mereka untuk terus berusaha, agar menghasilkan prestasi yang lebih baik lagi.

Usai makan, sekelompok anak muda menyarankan untuk lanjut ke ronde kedua. Setiap yang namanya makan bersama perusahaan di akhir pekan, ronde kedua yang dimaksud tentunya pergi ke bar. Karena akhir pekan, keesokan harinya tidak perlu kerja, jadi bisa minum dengan santai.

Di perusahaan teknologi lebih banyak pria yang sebagian besar berfokus ke teknologi, terhadap hiburan tidak begitu tertarik, jadi setelah makan sebagian orang sudah bubar. Karena khawatir aku akan mempengaruhi suasana hati mereka untuk main, aku pun membiarkan mereka lanjut, aku pulang dulu dan suruh asisten yang membayar saja.

Tapi mereka tidak setuju, mereka bilang ingin aku bersama mereka. Karena tidak berhasil menolak, mau tidak mau aku ikut ke bar.

Agar semuanya bisa main dengan senang, aku menyewa satu bar. Awalnya masih tidak begitu terbuka, tapi setelah minum beberapa gelas, ada beberapa anak muda yang sudah mulai berjoget, bahkan ada salah satu pria yang mengajak aku menari.

Aku menolak sambil tersenyum, dan bilang aku tidak bisa. Dia bilang, “Kalau begitu kita minum satu gelas.” Karena tidak bisa menolak, mau tidak mau kuminum saja.

Di saat sedang serunya bermain, ada seseorang datang, ternyata adalah Michael Lu.

“Ivory, datang ke teritorial aku juga tidak beritahu? Tidak menghargai aku sama sekali.”

Dalam hatikku mengeluh, kenapa dimana-mana selalu ada dia? Sampai di restoran, dia bilang punya dia, sekarang datang ke bar juga punya dia? Dia yang seorang berandalan, bisa sekaya apa? Apakah berandalan sekarang begitu kaya?”

Karena sedang ada banyak teman kerja, aku tidak berani menyinggungnya, dia adalah orang yang berbahaya, aku khawatir dia akan melakukan sesuatu yang keterlaluan, nanti malah akan jadi bahan lelucon di depan teman kerja.

“Bar ini juga punya kamu?” Tanyaku kepada Michael Lu.

Dia mengibaskan rambut abunya, “Begini saja kujelaskan, sebagian besar bar di Shanghai ada kaitannya dengan aku, kalau pun bukan punyaku, tapi itu juga dilindungi sama aku. Yulianto Hua dan Rick Chen sudah punya usaha besar, sekarang usaha kecil seperti ini tidak ada yang berebut dengan aku lagi, tentu saja otomatis aku jadi banyak bar.”

Terhadap kemunculan Michael Lu, para teman kerja itu agak penasaran. Pertama karena Michael Lu adalah blasteran, serta tampangnya yang super tampan, kedua adalah orang ini punya hawa iblis yang kental, sekali lihat saja sudah tahu bukan orang baik. Pembawaannya dengan kami semua tidak sama, sehingga mereka pada menebak hubunganku dengannya.

Dan pada kenyataannya aku tidak punya hubungan apa pun dengannya. Bahkan teman saja tidak termasuk. Hanya suatu kebetulan yang membuat aku ketemu dia keracunan, aku mengantarnya ke rumah sakit, sejak saat itu dia selalu berterima kasih sama aku, bahkan bilang suka dengan aku. Sebenarnya dia mendekati aku karena benar-benar berterima kasih denganku atau memanfaatkan aku untuk balas dendam ke Yulianto Hua, aku juga tidak pasti.

Intinya dia adalah pria yang bagaikan ular berbisa. Setiap kali mendekatinya akan membuat orang bergidik. Walaupun dia tidak pernah bersikap jahat denganku, tapi aku tetap anti dengannya.

Saat ini ada seorang teman kerja yang datang membawa bir ke aku, namun dihadang oleh Michael Lu, “Tidak boleh memberinya minum bir, dia adalah milikku.”

Ucapan ini terlalu mesra, aku dan teman kerjaku pada terkejut.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu