Nikah Tanpa Cinta - Bab 261 Jangan menganggu terus
Kalau sudah berbicara soal anak, aku akan menjadi sangat emosional. Aku tidak bisa mengendalikan diri sama sekali, dan hatiku sakit bagaikan diiris pisau.
“Kamu ada dimana?” Yulianto Hua menanyakan kembali pertanyaan yang sudah ditanyakannya sebelumnya.
Karena dia menolak memberi tahuku soal anak, aku tidak ingin berbicara dengannya lagi. Aku pun menutup telepon.
Tetapi dia segera menelepon kembali, aku tidak mengangkatnya, dia pun terus menelepon tanpa henti.
Aku tahu dia keras kepala, tapi aku juga bukanlah orang yang gampangan. Aku juga tidak mematikan telepon, karena aku khawatir pemandu wisata tidak dapat menghubungiku kalau ada sesuatu. Aku membiarkannya terus bergetar.
Tapi aku telah meremehkan kesabarannya, aku memejamkan mata dan beristirahat setidaknya 20 menit, dia masih terus menelepon!
Akhirnya aku tidak tahan, jadi aku mengangkat telepon dan memakinya: "Apakah kamu gila? Bisa berhenti tidak?"
"Adik, kenapa kamu begitu marah, siapa yang sudah menyinggungmu?"
Suaranya tidak benar, ini adalah Julian Tsu, aku melihat kembali ke telepon, panggilan ini kebetulan dari Julian Tsu.
“Tidak apa-apa, Kakak Kedua, aku pikir itu orang lain yang menggangguku istirahat. Maaf, aku tidak bermaksud bersikap kasar padamu.” Aku segera meminta maaf.
"Tidak apa-apa. Siapa yang mengganggumu? Aku minta mereka mengatur hotel yang lebih baik untukmu, mereka tidak mengaturnya?"
"Kakak kedua, sudah diatur, mereka sudah mengatur hotel terbaik untukku di Kota F. Bukan masalah mereka, ini masalahku sendiri."
“Siapa yang mengganggumu? Apa aku perlu memanggil seseorang untuk menanganinya?” Tanya Julian Tsu prihatin.
"Tidak perlu. Benar-benar tidak perlu. Aku hanya sedang merasa suasana hatiku tidak enak untuk sementara waktu, tidak apa-apa."
"Meminta kamu pergi bersama rombongan wisata adalah agar bisa merasakannya sendiri, niatnya juga ingin agar kamu bisa rileks. Jika itu malah membuatmu tidak senang, apa kamu kembali saja?"
“Kakak kedua, aku benar-benar tidak apa-apa, aku bukannya tidak senang, jangan khawatir.” Saat ini ponselku berdering, sepertinya ada panggilan lain yang masuk.
"Oke, kalau kamu ada masalah, telepon saja aku. Jika mainnya tidak senang, kembali kapan saja. Jangan memaksakan diri," kata Julian Tsu lembut.
"Terima kasih, Kakak Kedua, aku sudah tahu."
Setelah selesai berbicara di telepon dengan Julian Tsu, aku merasa lebih baik. Diperhatikan oleh orang itu rasanya menyenangkan, rasanya hangat, membuat orang merasa tidak terlalu tertekan.
Tapi Yulianto Hua kembali menelepon, aku langsung menekannya. Ternyata, dia mengirim pesan: Kamu kirimkan ke aku lokasinya, aku akan datang mencarimu.
Aku membalasnya: Tidak ada hubungan lagi di antara kita, tolong jangan menggangguku terus.
Dia membalas: Mengapa?
Aku berkata mengapa? Apakah kamu sama sekali tidak mengetahuinya? Jangan ganggu aku lagi, aku merasa kesal setiap melihatmu.
Mungkin kalimat ini agak berat, dia tidak membalas pesan tersebut dan tidak menelepon lagi. Aku baru bisa tenang sekarang.
Agak malam, pemandu wisata menelepon dan bertanya apakah aku ingin makan bersama rombongan? Dari sini ke sana agak jauh, aku tidak ingin pergi, aku katakan kalian makan saja, aku akan makan di sini.
Pemandu wisata mengatakan, baiklah, mengatakan bahwa hampir tidak ada acara hari ini, besok pagi kumpul jam 08.30, kamu tunggu di lobby hotel, dan kami akan menjemput kamu.
Itu juga berarti tidak ada kegiatan lagi selanjutnya. Aku harus tinggal di hotel sendirian sampai besok pagi. Tapi diam seperti ini bukanlah pilihan, melihat waktu yang sudah hampir jam makan, aku akan pergi ke restoran untuk makan sedikit.
Setelah berpakaian, aku meninggalkan kamar. Sesampainya di restoran, aku menemukan bahwa ini pas periode puncak, banyak orang yang makan, aku tidak suka terlalu banyak orang, jadi aku berpikir untuk kembali ke kamar dulu dan menunggu sampai periode puncak selesai baru kembali untuk makan.
Sesampainya di kamar, aku mengambil kartu kamar untuk membuka pintu, tapi setelah digesek dua kali ternyata tidak valid. Ketika aku akan pergi ke meja resepsionis untuk meminta staf hotel menanganinya, saat ini pintu tiba-tiba terbuka dari dalam, aku terkejut, mengapa ada orang di kamarku?
Tapi yang lebih mengejutkan aku adalah orang yang membuka pintu dari dalam!
Berkulit putih cerah, wajah yang rupawan layaknya hasil pahatan, dan mata persik yang menawan. Ternyata itu adalah Yulianto Hua!
Dia juga tidak menyangka itu aku, tapi detik berikutnya bibirnya mulai bergerak naik sedikit, "Bagaimana kamu tahu aku tinggal di sini? Kamu datang mencariku?"
“Ini jelas-jelas kamarku, bagaimana kamu bisa ada di sini. Bagaimana kamu bisa masuk?” Aku berkata dengan marah.
"Apa? Kamarmu? Ini jelas kamarku, masuklah kalau kamu datang untuk mencariku, aku juga sedang mencarimu." Kata Yulianto Hua.
Aku melihat kartu kamar, di atasnya tertulis 3017, lalu aku melihat nomor kamar ini, itu adalah 3018! Ya Tuhan, betapa butanya aku, aku salah mengenal nomor kamar! Aku bahkan menggunakan kartu kamarku untuk membuka pintu kamar lain, tidak heran kalau terus-terusan tidak valid!
“Apakah kamu mengira aku sedang tidur, jadi kamu ingin membuka pintu kamarku untuk mengintipku?” Yulianto Hua berkata, “Kamu tidak perlu mengintip, kamu masuk saja dan aku akan membiarkanmu melihatnya.”
Untuk sesaat, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, bahkan tidak bisa dicuci bersih walaupun melompat ke Sungai Kuning (peribahasa Kuno China: tidak bisa menghindari prasangka orang).
“Aku hanya sudah mengambil kartu kamar yang salah, aku tinggal di sebelah, aku bukan datang mencarimu, apalagi begitu kotor seperti yang kamu katakan.” Aku berbalik dan pergi, tapi lalu ditahan olehnya.
“Aku menginap di hotel ini, kamu juga ikut tinggal di sini, bahkan tinggal di sebelahku, kamu masih bilang kamu tidak datang mencariku? Tidak perlu berpura-pura lagi, masuklah.” Yulianto Hua menarikku masuk.
Aku memeluk pintu dengan erat, tidak membiarkan dia menarikku masuk. Sambil berteriak minta tolong.
Keamanan hotel ini lumayan bagus juga, ketika aku sedang bertengkar dengan Yulianto Hua, mungkin karena terlihat di CCTV, dua orang satpam segera muncul dan bertanya apakah aku membutuhkan bantuan.
“Lelaki ini ingin menarikku masuk ke kamarnya.” Aku menunjuk ke arah Yulianto Hua dan berkata.
“Pak, ada apa?” Satpam itu memandang Yulianto Hua dengan waspada.
“Dia istriku. Bukankah wajar kalau dia masuk ke kamarku?” Kata Yulianto Hua dengan muka dingin.
Dua satpam berbadan besar itu menatapku, meminta penjelasan lewat tatapan mata mereka.
“Dia bohong, aku tidak kenal dia. Kalau dia masih menggangguku, tolong panggil polisi,” kataku lantang.
“Ivory Yao, kamu…” Muka Yulianto Hua terihat marah.
Aku mengambil kartu kamar untuk membuka pintu kamarku sendiri, lalu menutup pintunya setelah masuk. Segera seseorang datang untuk membunyikan bel pintu. Aku tahu itu pasti Yulianto Hua. Aku mengabaikannya.
Dia menekannya beberapa kali, dan ketika dia melihat aku mengabaikannya, maka dia pun tidak meneruskannya. Kemudian kiriman pesannya datang: Ivory Yao, kamu keterlaluan!
Aku keterlaluan? Ketika aku mendekam di penjara, dia meminta orang mengirimkan surat cerai untuk aku tanda tangani, tidakkah dia merasa dirinya keterlaluan? Sekarang ketika aku mengabaikannya, dia bisa-bisanya mengatakan bahwa aku keterlaluan?
Aku mengabaikannya dan tidak membalasnya. Dia pun tidak menelepon lagi.
Setelah beberapa saat, langit mulai gelap, dan perutku benar-benar mulai merasa lapar. Tapi aku takut Yulianto Hua akan menangkapku di depan pintu, jadi aku tidak berani keluar.
Setelah melihat melewati lubang pintu dan memastikan bahwa dia tidak ada di depan pintu, aku baru keluar dari kamar dan pergi ke restoran. Tapi begitu aku memasuki lift, seseorang langsung menerobos masuk juga dari belakang, dan itu adalah Yulianto Hua. Aku tidak tahu di mana dia bersembunyi, tetapi aku yakin dia telah menungguku dan terus mencari peluang. Kali ini akhirnya tertangkap olehnya juga.
“Kupikir kamu tidak akan lapar, ternyata kamu masih bisa lapar.” Dia sudah menduga aku harus keluar untuk makan.
Novel Terkait
Nikah Tanpa Cinta×
- Bab 1 Menjual diri
- Bab 2 Kembali bertemu
- Bab 3 Aku bukan pelacur
- Bab 4 Tuan Muda Keempat
- Bab 5 Aku tidak bersedia
- Bab 6 Kamu sungguh keterlaluan
- Bab 7 Menjebak
- Bab 8 Bingung
- Bab 9 Pengaruh obat
- Bab 10 Dia akan segera datang
- Bab 11 Bodoh
- Bab 12 Kamu bisa memukul wajahku?
- Bab 13 Manipulasi
- Bab 14 Lakukanlah sesukamu
- Bab 15 Dibodohi lagi
- Bab 16 Sesuka hati
- Bab 17 Anak-anak orang kaya
- Bab 18 Jamua Malam Keluarga
- Bab 19 Hujan Malam
- Bab 20 Rahasia lantai atas
- Bab 21 Punyaku?
- Bab 22 Tidak Rela Untuk Berpisah Juga Suatu Kesalahan
- Bab 23 Memerankan Karakter Seperti Apa
- Bab 24 Hadiah
- Bab 25 Dalam Hujan Lebat
- Bab 26 Luka hati
- Bab 27 Mengapa ?
- Bab 28 Musuh
- Bab 29 Apakah hanya berani menyakiti wanita ?
- Bab 30 Apakah aku kalau bukan kamu
- Bab 31 Katakan sekali lagi
- Bab 32 Sedekah
- Bab 33 Kegelisahan
- Bab 34 Kunjungan rumah
- Bab 35 Jebakan
- Bab 36 Serangan Balik
- Bab 37 Meminta Tolong
- Bab 38 Masa Lalu
- Bab 39 Sifat Aslinya
- Bab 40 Mengekspos
- Bab 41 Kenapa kamu begitu berkeringat?
- Bab 42 Aku tidak menyukaimu
- Bab 43 lepaskan
- Bab 44 Bukan Aku
- Bab 45 Sungguh Galak
- Bab 46 Bukti
- Bab 47 Tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah
- Bab 48 Pria yang banyak rahasia
- Bab 49 Tidak bisa melihat orang dari penampilan
- Bab 50 Kejam
- Bab 51 Panggil Ayah
- Bab 52 Masuk akal
- Bab 53 Semakin antusias
- Bab 54 Kebetulan
- Bab 55 Maksudnya bukan seperti ini
- Bab 56 Tidak Mudah Terprovokasi
- Bab 57 Memegang Janji
- Bab 58 Dalam Hati Merasakan Kesenangan
- Bab 59 Tampaknya Mengerti
- Bab 60 Adanya Rasa Egois
- Bab 61 Kekuatan Yang Tidak Kecil
- Bab 62 Aneh Bisa Memilihmu
- Bab 63 Sedikit Memberikan Warna
- Bab 64 Inti
- Bab 65 Sangat Tidak Seimbang
- Bab 66 Seberapa Sulit
- Bab 67 Kamu Saja
- Bab 68 Penipu
- Bab 69 Komputer Canggih
- Bab 70 Juga Adalah Jebakan
- Bab 71 Mengetahui Kebenarannya
- Bab 72 Tidak tergantikan
- Bab 73 Hanya Pantas Menenteng Sepatu
- Bab 74 Jumlahnya Tidak Banyak
- Bab 75 Semoga Ada Hasilnya
- Bab 76 Melihat Keriuhan
- Bab 77 Pengaruh Yang Besar
- Bab 78 Tubuh Yang Bagus
- Bab 79 Tidak Tahu Malu
- Bab 80 Tidak Peduli Bentuknya
- Bab 81 Menurutku Kamu Bisa
- Bab 82 Bukan Sesuatu Yang Istimewa
- Bab 83 Merasa Agak Bersalah
- Bab 84 Bukan Pemula
- Bab 85 Jelas Sekali Bukan
- Bab 86 Terlihat sedikit akrab
- Bab 87 Sangat mengejutkan
- Bab 88 Dalam satu malam
- Bab 89 Sekali Mendayung Dua Pulau Terlampaui
- Bab 90 Mendorongku ke tembok
- Bab 91 Ini Sangat Penting
- Bab 92 Gaya Apa
- Bab 93 Kebahagiaan Melayang
- Bab 94 Bukti Yang Sangat Kuat
- Bab 95 Memberikan Dampak Buruk Pada Tubuh
- Bab 96 Tidak masuk akal
- Bab 97 Tidak masuk akal
- Bab 98 Mengganggu wanita
- Bab 99 Dirimu yang menghindar
- Bab 100 Prajurit sedang dalam bahaya
- Bab 101 Pekerjaan Yang Sia-Sia
- Bab 102 Keluarga Yang Hebat
- Bab 103 Berusaha Tampil Sebaik Mungkin
- Bab 104 Benar-Benar Sangat Jahat
- Bab 105 Tidak Ada Kharisma
- Bab 106 Punya Reputasi
- Bab 107 Apa yang ingin dia lakukan
- Bab 108 Tidak tahu malu
- Bab 109 Solusi Yang Lebih Baik
- Bab 110 Ada harga diri
- Bab 111 Bagaimana membuktikannya
- Bab 112 Bagaimana Mungkin
- Bab 113 Hatinya jauh lebih tenang
- Bab 114 Benar Juga
- Bab 115 Tak Ternilai
- Bab 116 Kesan Pertama Yang Baik
- Bab 117 Tidak Sopan
- Bab 118 Pertempuran
- Bab 119 Menenangkan Diri Sendiri
- Bab 120 Apa kamu ingin mati
- Bab 121 Takdir Mempermainkan Manusia
- Bab 122 Benar-benar Bukan Manusia
- Bab 123 Menjaga Jarak
- Bab 124 Tidak Bisa Tenang
- Bab 125 Turut Prihatin Padamu
- Bab 126 Sangat kuat
- Bab 127 Mutiara di dalam Lautan
- Bab 128 Melihat aku dipermalukan
- Bab 129 Adalah orangku
- Bab 130 Lengan panjang
- Bab 131 Tidak bisa menahan emosi
- Bab 132 Citra perempuan
- Bab 133 sedikit mengejutkan
- Bab 134 Jalan Lain
- Bab 135 Menunggu kesempatan untuk pindah
- Bab 136 Tidak bisa diselesaikan
- Bab 137 Keterlaluan
- Bab 138 Jauh lebih rileks
- Bab 139 Aku akan melakukan yang terbaik
- Bab 140 Sesuai keinginanmu
- Bab 141 Mudah sekali
- Bab 142 Tidak bisa menikmati
- Bab 143 Panutan Belajarku
- Bab 144 Tidak sanggup Menerima
- Bab 145 Tiada habisnya
- Bab 146 Tidak Peduli
- Bab 147 Ingat
- Bab 148 Kamu Tidak Tahu Malu
- Bab 149 Tidak Bisa Menjebakku
- Bab 150 Niat Apa
- Bab 151 Dibuat Gila
- Bab 152 Berakting Sendiri
- Bab 153 Benar-Benar Hebat
- Bab 154 Mengompori
- Bab 155 Mendapatkan Keseimbangan
- Bab 156 Pemaluan Yang Besar
- Bab 157 Sangat berpengetahuan
- Bab 158 berkah dari kehidupan sebelumnya
- Bab 159 Tolong tenang sedikit
- Bab 160 Tidak bisa menyentuhku
- Bab 161 Kefokusan yang Sangat Tajam
- Bab 162 Berhati Kecil
- Bab 163 Hanya Ada Yang Lebih Bodoh
- Bab 164 Saling Memuji
- Bab 165 Sudah Tahu
- Bab 166 Kebahagiaan Terbesar
- Bab 167 Sempurna Tanpa Cacat Sedikipun
- Bab 168 Menyebarkan Keromantisan
- Bab 169 Muncul Kecurigaan
- Bab 170 Berpura-Pura Bodoh Padaku
- Bab 171 Bersikap Mendominasi
- Bab 172 Wajar
- Bab 173 Tidak Diragukan
- Bab 174 Banyak Tingkatan Yang Berbedaan
- Bab 175 Tidak Berdasar
- Bab 176 Membuatku Merasa Jijik
- Bab 177 Perkataan Mengejutkan
- Bab 178 Ahli Cinta
- Bab 179 Tidak Serius
- Bab 180 Sembunyi Dulu Saja
- Bab 181 Hal yang Baik
- Bab 182 Sangat Canggung
- Bab 183 Pasti Berhasil
- Bab 184 Solusi
- Bab 185 Rasa yang Dingin
- Bab 186 Tidak Punya Hati Nurani
- Bab 187 Bersikap Netral
- Bab 188 Terlihat Kuat Dari Luar, Akan Tetapi Dalamnya Sangat Lemah
- Bab 189 Kamu Tidak Akan Mengerti
- Bab 190 Seberapa Banyak yang Kamu Pahami
- Bab 191 Daya imajinani yang lumayan tinggi
- Bab 192 Tidak sempat mengurusi diri sendiri
- Bab 193 Sangat tegas
- Bab 194 Semakin mudah
- Bab 195 Bagaikan bermimpi
- Bab 196 Mengata-ngatai
- Bab 197 Membongkar Kartu Akhir
- Bab 198 Perilaku Pribadi
- Bab 199 Pertarungan Sengit
- Bab 200 Sulit Dipercaya
- Bab 201 Masuk akal
- Bab 202 Gentayangan di mana-mana
- Bab 203 Membereskan semuanya
- Bab 204 Begitu Lagak
- Bab 205 Harus Aku Akui
- Bab 206 Sangat berkualitas
- Bab 207 Tidak ada kemampuan
- Bab 208 Sikap apa
- Bab 209 Hal yang menakutkan
- Bab 210 Hubungan apa
- Bab 211 Hidup Bahagia
- Bab 212 Masuk Akal
- Bab 213 Bagaimana cara mengatasinya
- Bab 214 Membuat Orang Muntah Darah
- Bab 215 Tidak memperingatkan kamu
- Bab 216 Sudah Terbiasa
- Bab 217 Wanita Ku
- Bab 218 Jangan Terlalu Bersemangat
- Bab 219 Seorang Istri Harus Mematuhi Suaminya
- Bab 220 Posisinya Terlalu Rendah
- Bab 221 Ada Maksud Buruk Dibalik Perjamuan Makan
- Bab 222 Dia Tidak Peduli
- Bab 223 Bukan Orang Jahat
- Bab 224 Apa yang Perlu Ditebak?
- Bab 225 Jangan Bicara Omong Kosong Denganku
- Bab 226 Apakah dia tidak bisa melihatnya
- Bab 227 Mesra
- Bab 228 Sudah terjadi
- Bab 229 Motif yang sebenarnya
- Bab 230 Emosional
- Bab 231 Berusaha Lebih Keras
- Bab 232 Benar-Benar Hadiah Yang Besar
- Bab 233 Melakukan Pergerakan Setelah Adanya Pertimbangan
- Bab 234 Tunggu Kapan Lagi
- Bab 235 Sesuka Hati Berkata
- Bab 236 Masalah Penting
- Bab 237 Apa Artinya
- Bab 238 Terserah Padamu
- Bab 239 Berhenti Sebentar
- Bab 240 Yang Lebih Cantik
- Bab 241 Mulut binatang buas
- Bab 242 Tidak akan mengampunimu
- Bab 243 Suami istri yang saling mencintai
- Bab 244 Tidak bisa berkata-kata
- Bab 245 Kandidat yang paling cocok
- Bab 246 Ini tidak logis
- Bab 247 Tidak yakin
- Bab 248 Ada orang sengaja mengaturnya
- Bab 249 Frustasi
- Bab 250 Siapa lagi yang bisa
- Bab 251 Tidak Optimis
- Bab 252 Mengutamakan Kepentingan Bersama
- Bab 253 Mengakui Akan Mendapatkan Keringanan Hukuman
- Bab 254 Persiapan Mental
- Bab 255 Tak Berdaya
- Bab 256 Melamun
- Bab 257 Belajar Dari Kehidupan
- Bab 258 Menghindari Pertemuan
- Bab 259 Bertemu Lagi
- Bab 260 Orang Yang Terkenal
- Bab 261 Jangan menganggu terus
- Bab 262 Tidak Berkata apa-apa
- Bab 263 Tidak tergugah
- Bab 264 Binatang berpakaian manusia
- Bab 265 Ternyata begitu
- Bab 266 Mengganti Dengan Gaya Kelas Atas
- Bab 267 Bukan Masalah
- Bab 268 Terlepas Dari Rasa Beban
- Bab 269 Alasan Yang Mana
- Bab 270 Mempertanyakan Soal Makam
- Bab 271 Berkharisma
- Bab 272 Memiliki Tekanan Besar
- Bab 273 Bangunan Masih Sama Tapi Orang Sudah Berubah
- Bab 274 Kembali
- Bab 275 Jangan Membenciku
- Bab 276 Jatuh terluka
- Bab 277 Tetap bersikap tenang
- Bab 278 kembali berharap
- Bab 279 Persaingan sehat
- Bab 280 Silahkan kamu pergi
- Bab 281 Bahaya yang lebih besar
- Bab 282 Temani aku ngobrol
- Bab 283 Tebakannya langsung benar
- Bab 284 Sangat realistis
- Bab 285 Tak terduga
- Bab 286 Sangat berjodoh
- Bab 287 Waktu tidak bisa kembali
- Bab 288 Lama tidak bertemu
- Bab 289 Niat jahat
- Bab 290 Dekorasi yang indah
- Bab 291 Apa Yang Kamu Lakukan?
- Bab 292 Segera berkumpul kembali
- Bab 293 Bertemu dia lagi
- Bab 294 Pria Super Tampan
- Bab 295 Mengejutkan dan mengagumkan
- Bab 296 Jangan Hiraukan Dia
- Bab 297 Berkata Jujur
- Bab 298 Bukti
- Bab 299 Senang Di atas Penderitaan Oranglain
- Bab 300 Menghindar
- Bab 301 Pengkhianat
- Bab 302 Menyebalkan
- Bab 303 Fitnah
- Bab 304 Tinggal
- Bab 305 Kabur
- Bab 306 Nada salah
- Bab 307 Bicarakan baik-baik
- Bab 308 Menjadi patuh
- Bab 309 Menyuapimu
- Bab 310 Lubang hitam
- Bab 311 Membuat Penasaran
- Bab 312 Siapa Yang Sakit
- Bab 313 Merahasiakan
- Bab 314 Ditanya-tanya
- Bab 315 Tidak keluar
- Bab 316 Orang Pintar
- Bab 317 Aku Bukan Orang Luar
- Bab 318 Mencari Kamu
- Bab 319 Wajah Merona
- Bab 320 Pura-pura Sakit
- Bab 321 Bergerak
- Bab 322 Kita Akan Baik-Baik Saja
- Bab 323 Konflik
- Bab 324 Benar-Benar Sangat Mendesak
- Bab 325 Ternyata Enak Sekali
- Bab 326 Pribadi
- Bab 327 Tidak Tega
- Bab 328 Berkhianat
- Bab 329 Anak Gadis
- Bab 330 Ada Apa
- Bab 331 Tenang
- Bab 332 Menurut Kamu Bagaimana?
- Bab 333 Akrab
- Bab 334 Sudah Tidak Ada Masalah
- Bab 335 Orang Picik
- Bab 336 Tidak Bersalah
- Bab 337 Orang Yang Berguna
- Bab 338 Saudara
- Bab 339 Muda Dan Bersemangat
- Bab 340 Minta Maaf
- Bab 341 Foto Bersama
- Bab 342 Hadir
- Bab 343 Lalu Apa Maksudnya
- Bab 344 Wangi
- Bab 345 Orang Yang Tidak Penting
- Bab 346 Tenang
- Bab 347 Gadis cantik mabuk
- Bab 348 Apakah aku sudah gila
- Bab 349 Menyiksa
- Bab 350 Nanti kita bicarakan lagi
- Bab 351 Apa ini
- Bab 352 Melempar tangan
- Bab 353 Mempersulit
- Bab 354 Mengubah rencana
- Bab 355 Tuan Michael
- Bab 356 Kejadian Tak Terduga
- Bab 357 Bukan Dia
- Bab 358 Pasti Ada Persaingan
- Bab 359 Masalah Rumit
- Bab 360 Tempat Umum
- Bab 361 Mencari tahu
- Bab 362 Mendengarkanmu
- Bab 363 Apakah bodoh
- Bab 364 Penjudi
- Bab 365 Menangani
- Bab 366 – Bukan Urusanku
- Bab 367 Korban
- Bab 368 – Langsung berbicara ke intinya
- Bab 369 Kesedihan
- Bab 370 Aku Mengubah Pikiran Aku
- Bab 371 Sakit Hati
- Bab 372 Tidak Tega Hati
- Bab 373 tidak bercerita?
- Bab 374 Selalu sangat dalam
- Bab 375 tidak memaafkan
- Bab 376 Berpura-pura Tertarik
- Bab 377 Memutarbalikkan
- Bab 378 Kembali Diputarbalikkan
- Bab 379 Sudah Tidak Tahan Lagi
- Bab 380 Disengaja
- Bab 381 Salling Memaksa
- Bab 382 Dihalangi Didepan Pintu
- Bab 383 Membuat Masalah
- Bab 384 Makan-makan Keluarga
- Bab 385 Tidak Belajar Apa-apa
- Bab 386 Peran yang sulit
- Bab 387 Meledak Marah
- Bab 388 Rock
- Bab 389 Dia adalah adikku
- Bab 390 Tidak boleh
- Bab 391 Aku Juga Tidak Pergi
- Bab 392 Diduga Teman Lama
- Bab 393 Semuanya Terihat Familiar
- Bab 394 Aku Bukan Dia
- Bab 395 Benar-benar Palsu
- Bab 396 berpura-pura
- Bab 397 penghasutan
- Bab 398 perubahan tiba-tiba
- Bab 399 tidak terlambat
- Bab 400 ceritanya panjang
- Bab 401 Perasaan
- Bab 402 Buntu
- Bab 403 Datang Tak diundang
- Bab 404 Rencana
- Bab 405 Kemitraan
- Bab 406 Siasat
- Bab 407 Perjanjian
- Bab 408 Berterima kasih secara langsung
- Bab 409 Ada masalah
- Bab 410 Ternyata begitu
- Bab 411 Mengancam Aku?
- Bab 412 Wanita Muda Cantik
- Bab 413 Tunangan
- Bab 414 Mendengarkan Dia
- Bab 415 Kemenangan
- Bab 416 Kolaborasi yang Kuat
- Bab 417 Tidak Bisa Menerima
- Bab 418 Wawancara
- Bab 419 Pesta Minum
- Bab 420 Pergi
- Bab 421 Tiba-tiba dan tidak menduga
- Bab 422 Menunggu Kabar
- Bab 423 Mengkhianati
- Bab 424 Dikurung
- Bab 425 Transaksi
- Bab 426 fakta
- Bab 427 Sedikit lelah
- Bab 428 Mengakui
- Bab 429 Ayah
- Bab 430 Takdir
- Bab 431 Hati yang hampa
- Bab 432 Berbohong
- Bab 433 Mengambil barang milik orang lain
- Bab 434 Berakting
- Bab 435 Aneh
- Bab 436 Bertemu
- Bab 437 Pertemuan Tidak Menyenangkan
- Bab 438 Suami Istri Menjalani Hidupnya Masing-masing
- Bab 439 Nona Besar
- Bab 440 Kamu adalah Dia
- Bab 441 Kamu
- Bab 442 Ingatan Yang Hilang
- Bab 443 Berantakan
- Bab 444 Seluruh Situasi
- Bab 445 Kebakaran
- Bab 446 iblis
- bab 447 melarikan diri
- Bab 448 anjlok
- Bab 449 gelisah
- Bab 450 meminta bantuan
- Bab 451 Masalah pribadi
- Bab 452 Permasalahan dalam perusahaan
- Bab 453 Pengobatan Tradisional
- Bab 454 Tidak Mungkin Kambuh
- Bab 455 Bahagia
- Bab 456 dapat dipercaya
- Bab 457 cowok itu ganteng