Nikah Tanpa Cinta - Bab 67 Kamu Saja

Ketika aku keluar, supir sudah kembali dari menjemput Melvin.

Hal pertama yang ingin dilakukan Melvin, ternyata adalah berenang.

Sekarang kemampuan berenangnya sudah sangat baik, dan dibawah pelatihan Yulianto, kekuatannya semakin lama juga semakin baik, Melvin yang sekarang, seperti dua orang yang berbeda dengan Melvin yang dulu.

Dulu Melvin lemah, karena kekurangan cinta ia menjadi rendah diri, Kris sangat jarang baik terhadapnya, ia hidup dengan gemetaran, sangat jarang terdapat senyum tulus di wajahnya.

Tapi sekarang berbeda, Yulianto sangat menyayanginya.

Menggunakan baju Ayah dan Anak yang senada dengan Yulianto, di antar jemput dengan mobil mewah ke sekolah, rendah dirinya perlahan luntur, sekarang ia berubah menjadi percaya diri dan ceria, sering mengucapkan kalimat Bahasa Inggris yang benar, membuat orang terkejut.

“Nyonya, suruh Tuan Muda naik, sudah waktunya makan.” Kak Yulie mengingatkannya.

“Panggil saja dia Melvin, tidak usah memanggilnya Tuan Muda.” Ucapku.

“Anakku memang adalah Tuan Muda.” Kebetulan Yulianto berjalan menghampiri.

“Jadi kamu ingin Kak Yulie memanggilmu Tuan Tua? Jika Melvin adalah Tuan Muda, bukankah kamu adalah Tuan Tua?”

Tatapan Yulianto menghina, “Apakah kamu buta? Dari mana aku tua?”

“Papa, lihatlah apakah gayaku benar?” Melvin dari dalam air memanggil Yulianto. Panggilan ‘Papa’ nya semakin lama semakin lancar.

“Good! Bagus! Terus berusaha ya.” Langsung saja raut wajah Yulianto berubah menjadi lembut.

“Mama, bagaimana menurutmu? Apakah aku berenang dengan baik?” Melvin sangat gembira.

“Ia tidak mengerti, kamu tidak usah bertanya padanya.” Ucap Yulianto.

“Bukankah tidak baik kamu berbicara seperti ini di depan anak? Sudah cukup kamu merendahkanku secara pribadi, tidak usah melakukannya di depan anak kan?” Ucapku geram.

Ia menyipitkan matanya, “Marah? Kamu kan memang tidak mengerti. Dasar penyu.”

“Papa, apa itu penyu?” Ternyata ucapan ini terdengar oleh Melvin.

“Penyu artinya sangat hebat. Berarti mengatakan Mamamu sangat hebat.” Yulianto menatapku mengejek.

Aku menggumam, tidak menggubrisnya.

“Kalau begitu Papa juga penyu, karena Papa sangat hebat.” Ucap Melvin tiba-tiba.

Sesaat aku tidak bisa menahannya, aku pun tertawa.

“Betul, Papa adalah penyu besar, lain kali kamu panggil dia Papa Penyu saja.” Ucapku sambil tertawa.

“Papa Penyu.” Ucap Melvin dengan serius dan bangga.

“Lebih baik tidak usah, Melvin, kita harus rendah hati, meski Papa memang sangat hebat, tapi tidak boleh dipanggil Penyu, lebih baik kamu panggil Papa saja.” Yulianto langsung membenarkannya.

Aku memelototinya, “Kamu juga tahu harus melindungi kesan diri sendiri di depan anak? Kalau begitu mengapa kamu tidak memikirkan orang lain?”

“Aku punya kesan, tentu saja harus dijaga, kamu tidak punya kesan, tidak perlu dijaga.” Ucap Yulianto dengan ringan.

“Lain kali jika kamu berani mempermalukanku di depan anak, aku akan menyuruhnya memanggilmu penyu, bahkan bisa ada panggilan yang lebih aneh, seperti Papa anjing kampung, Papa liar, Papa brengsek atau apapun itu, semua kata ini adalah kata yang baik, sangat cocok denganmu.”

Raut wajah Yulianto tidak berubah, “Beraninya kamu!”

“Lihat saja aku berani atau tidak!”

Yulianto tidak menggubrisku, “Melvin, naiklah dan makan.”

Melvin berenang ke tepian, membiarkan Yulianto menariknya, tapi Yulianto mengisyaratkan agar ia naik sendiri.

Kak Yulie datang, membawakan pakaian Melvin.

Yulianto tetap tidak pergi, ia terus memandangi bagian dalam dari kolam renang.

Aku sedikit penasaran, menanyakan apa yang dilakukannya.

Yulianto menunjuk air, tapi tidak berkata-kata, menyuruhku melihatnya.

Aku menundukkan tubuh, melihat air, air sangat jernih, tidak terlihat kejanggalan apapun. “Tidak ada apa-apa?”

“Berapa tinggimu?” Tiba-tiba Yulianto bertanya dengan serius.

“163 cm, kenapa?”

“Menurutmu, kamu setinggi 163, terjatuh ke kolam setinggi 150 cm, berapa kemampuan mengapung tubuhmu?” Tanya Yulianto dengan serius.

Aku terdiam, mengapa tiba-tiba menanyakan soal fisika?

Sedetik kemudian, ketika tiba-tiba aku sadar ada masalah apa, semua sudah terlambat, dari belakang Yulianto mendorongku, aku pun terjatuh ke dalam air.

“Berapa kemampuan mengapungmu, kamu coba saja sendiri agar tahu.” Yulianto berkata dengan suara angkuh.

Aku yang tanpa persiapan, terjatuh memukul air, memukul air hingga kulitku terasa sakit, lalu setelah merasakan lantai dengan kakiku, barulah aku tenang.

Di dalam hati dengan cepat aku menyebut nama nenek moyang Yulianto. Lalu menarik napas dalam, tenggelam ke dalam.

Ketika aku hampir tidak kuat, akhirnya aku merasa ada orang yang menarikku.

Aku menutup rapat kedua mataku, pura-pura pingsan.

“Sedangkal ini saja bisa tenggelam? Ini tidak masuk akal.” Yulianto menggumam sendiri.

Ia menggendongku ke tepi kolam, menidurkanku telentang.

Aku membuka sedikit mataku dengan perlahan, melihat baju rumahnya yang basah semua, sedang bersiap menunduk memberiku napas buatan.

Aku menyemburkan air yang sudah kusiapkan di dalam mulutku, langsung menyemburkan ke wajahnya.

Ia mundur ke belakang, menyipitkan matanya menatapku, “Kamu tidak apa-apa?”

“Bagaimana mungkin aku tidak apa-apa, aku sudah pingsan. Yulianto apakah kamu bisa melakukan sedikit hal baik?” Ucapku marah.

Yulianto meraba wajahnya yang kusembur air, menyipitkan mata, lalu menunduk, “Ayo, aku gendong kamu masuk, lain kali tidak akan bercanda seperti ini lagi denganmu.”

Aku tidak menyangka ia bisa selembut ini, aku menurut membiarkannya memelukku, melihat wajahnya yang seperti pahatan di hadapanku, hatiku berdegup.

Baru saja di dalam hati aku gembira, tapi tidak mengira ia lagi-lagi melemparkanku ke dalam air.

“Bercanda denganku ……”

Setelah mendengar kedua kata itu, dengan cepat aku masuk sampai ke dasar kolam, ketika aku mengapung ke permukaan, Yulianto sudah melangkah dengan langkah besar ke arah ruang makan.

“Brengsek!” Aku memakinya, ia seperti tidak mendengar apapun, langsung masuk ke rumah.

Perlahan aku memanjat naik dari kolam renang, berganti pakaian, barulah turun dan makan malam.

Melihatku masuk, wajah Yulianto pun bersiaga, lalu memandang Alfred, “Kak, sudah lama kamu tidak datang ke rumahku untuk makan, mala ini kita harus minum-minum.”

“Kamu bukannya tidak tahu, sudah lama aku berhenti minum.” Alfred menatapku, “Kamu temanilah dia minum.”

Yulianto terbiasa menyipitkan matanya, “Benar juga, bukankah kamu bisa minum, kamu saja yang menemaniku.”

Setelah yang terjadi tadi di kolam renang, tentu saja sekarang aku tidak berani membuatnya marah lagi, siapa yang tahu apa yang akan dilakukannya. Orang yang punya banyak ide buruk ini, selain tidak boleh membuatnya marah, apakah aku juga tidak bisa bersembunyi darinya?”

“Aku juga sudah tidak minum. Aku seorang wanita, mana bisa menemani kalian para pria. Aku minum sedikit sup saja, akhir-akhir ini sedang diet.” Ucapku datar.

“Minumlah sedikit, kamu harus melatih kemampuan minummu, dua hari lagi kamu harus menggantikanku berpartisipasi dalam rapat besar pemegang saham Hua’s Inter Company, nanti aka nada alcohol, kamu anggap saja berlatih lebih dulu.” Ucap Yulianto.

Bercanda macam apa ini, aku menggantikannya menghadiri rapat besar pemegang saham? Aku seorang sales penjual ponsel, sama sekali belum pernah pergi ke acara semegah itu, aku tidak bisa melakukannya!

“Aku tidak bisa, aku tidak pernah menghadiri acara seperti itu. Aku tidak bisa melakukannya.” Aku buru-buru mengibaskan tanganku.

“Aku tidak ada, kamu adalah istriku, tentu saja kamu harus menggantikanku. Jika kamu tidak pergi, maka berarti aku benar-benar absen dalam rapat kali ini, apakah kamu ingin melihat posisiku semakin dikesampingkan di Keluarga Hua?” Ucap Yulianto dingin.

“Tapi aku tidak bisa melakukannya.”

“Jangan bilang kamu tidak bisa melakukannya, aku bilang bisa, maka kamu bisa. Ayo, buka birnya.” Ucap Yulianto.

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu