Nikah Tanpa Cinta - Bab 417 Tidak Bisa Menerima

Kali ini Yulianto Hua sama sekali tidak memarahiku kembali, hanya mengangguk, berkata: “Masuk akal, dia Kakakku, bukan Adikku, untuk apa aku mengurusi masalahnya, dia tidak mengaturku saja, sudah seharusnya aku syukuri.”

“Baguslah jika kamu tahu. Sebenarnya aku merasa seharusnya kamu mendukung Rick bersama Kak Ivana, mereka saling menyukai, sudah sewajarnya bersama.”

Alis mata Yulianto mengerut: “Oh tidak bisa. Rick Chen sudah bersikap demikian pada Kakakku, atas dasar apa dia boleh bersama Kakakku, aku tidak bisa menerima yang satu ini.”

“Inilah kesalahanmu, tidak peduli ada dendam dan kebencian seperti apa di masa lalu, semuanya sudah berlalu. Memangnya kamu ingin menyimpan dendam itu seumur hidup.”

Yulianto tidak berbicara, seharusnya dia setuju dengan perkataanku. Hanya saja dalam seketika tidak mampu menerimanya.

“Sudahlah, tidak bicarakan ini lagi. Mulai besok kita persiapkan semua keperluan untuk keberangkatan ke Amerika. Setelah aku berpesan dan pamit dengan perusahaan, kita langsung berangkat.”

Tiba-tiba merasakan kesenangan melarikan diri, hati kecilku mulai tergerak.

“Apakah kamu sudah membeli rumah disana? Rumahnya besar atau tidak?” Tiba-tiba merasa penasaran dengan kehidupan disana.

“Bukankah sudah aku beritahu kamu, aku sudah membelinya sejak lama. Rumah yang besar, dengan lingkungan yang bagus.”

“Tetapi setelah tiba disana, apa yang harus aku lakukan? Tidak mungkin setiap hari berdiam diri dalam rumah memasak untukmu kan? Menjadi Ibu rumah tangga di luar negeri?”

“Memangnya apa yang buruk?” Yulianto Hua meraba wajahku, lanjut berkata: “Kamu masih takut aku tidak mampu menghidupimu?”

“Aku tahu kamu mampu menghidupiku, tetapi aku tidak akan menjalani hidup seperti itu. Dengan begitu aku akan kehilangan kemampuan bertahan hidup yang aku miliki, jika suatu saat nanti kamu tidak menginginkanku lagi, aku hanya bisa menjadi pengemis. Aku ingin memiliki pekerjaan sendiri, aku ingin bisa menghidupi diri sendiri.”

“Kedengarannya, kamu membuat persiapan demi meninggalkanku sewaktu-waktu, apa benar begitu?” Kata Yulianto sambil mengerutkan kening.

“Memilki kemampuan pergi sewaktu-waktu adalah yang terpenting. Kamu juga tidak ingin melihatku seperti benalu yang terus melititi kamu kan?”

“Tentu saja aku mendukung jika kamu bisa mandiri, seorang perempuan yang mandiri memiliki daya pikat semakin besar. Tenang saja, aku tidak akan membiarkanmu menjadi ibu rumah tangga. Setibanya di Amerika, kita akan melakukan inverstasi, juga akan mendirikan perusahaan, tentu saja kamu yang akan membantuku paling banyak. Dengan adanya kesibukan, kamu pun tidak akan merasa bosan.”

Barulah aku merasa lebih tenang: “Baguslah jika begitu.”

……

Satu minggu kemudian, siang hari, aku sedang tertidur dalam ruangan kantor, tiba-tiba saja asisten mengetuk pintu, masuk ke dalam.

Dengan wajah panik, dia berkata: “CEO Yao, apakah ini benaran?”

Aku tercengang sesaat, berkata :”Apa yang membuatmu begitu panik, bukankah ini jam istirahat siang? Kenapa kamu malah ribut disini?”

Dia sadar telah mengganggu waktu tidur siangku, semakin pani, segera berjalan keluar ruangan: “Maafkan aku, CEO Yao….”

“Tunggu dulu, ada apa kamu mencariku?”

“Apakah Anda tidak membaca berita? Tuan Hua mengumumkan pengunduran dirinya. Aku hanya ingin bertanya pada Anda, apakah berita ini benaran?” Kata asisten.

Oh, ternyata hari ini Yulianto mengumumkan pengunduran dirinya. Hal ini sudah aku ketahui sejak awal, hanya saja tidak tahu dia akan melakukannya hari ini.

“Benaran.” Jawabku dengan datar: “Dia yang mengundurkan diri, kenapa kamu yang heboh?”

Asisten terdiam sesaat, lanjut berkata: “Aku tidak heboh, hanya saja semua orang sedang membicarakannya, jadi aku datang bertanya, kami tahu hubungan Anda dan Tuan Hua…..”

Aku menganggukkan kepala: “Kamu keluar dulu, jika kalian sudah membacanya lewat berita, itu artinya pasti benar.”

“Haiya, sayang sekali.” Kata Asisten dengan wajah amat kecewa.

Aku sedikit merasa lucu melihat reaksinya: “Apa yang disayangkan? Dia bukan bos di perusahaan kita, dia mengundurkan diri dari Hua’s Inter Company, lalu apa yan perlu disayangkan?”

Wajah asisten memerah: “Aku pun tidak mengerti, intinya merasa sangat disayangkan, aku keluar dulu, CEO Yao.”

Selesai berkata, dia langsung keluar, sekaligus menutup pintu. Aku menyambungkan komputer dengan jaringan internet, kabar Yulianto Hua mengundurkan diri terpampang di baris pencarian terhangat.

Yulianto bertemu para wartawan dan media di kantor pusat Hua’s Inter Company, dengan jas yang rapi, dan ketampanan yang keterlaluan.

Dia memberi penjelasan atas pengunduran dirinya, bahwa dirinya merasa harus mengisi ulang energi, maka harus melanjutkan studi di Amerika untuk beberapa waktu, oleh karena itu memilih mengundurkan diri untuk sementara. Setelah pulang nanti, dia akan lanjut menjadi ketua dalam Hua’s Inter Company. Selama dia tidak ada, Erika Feng, Wakil CEO akan menggantikan posisinya.

Yulianto Hua menyampaikan ungkapan terima kasih atas dukungan Hua’s Inter Company, juga berharap selama dia pergi, semua anggota bisa mendukung Hua’s Inter Company, membantu Erika Feng secara penuh.

Erika Feng beserta beberapa komisaris lainnya menjumpai wartawan bersama Yulianto Hua, Erika pun memberikan ucapan pada Yulianto Hua di hadapan semua media. Berharap dia bisa menikmati studi di Amerika, cepat kembali dengan ilmu melimpah, dan memberikan jasa yang lebih besar bagi Hua’s Inter Company.

Dengan diadakannya jumpa pers itu, proses serah terima pun dinyatakan selesai. Di antara Hua’s Inter Company dan aku, Yulianto memutuskan memilih aku.

Melihat layar komputer di depan mata, tiba-tiba wajahku terasa sejuk, entah sejak kapan air mata mulai menetes membasahinya.

Meski Yulianto Hua tersenyum hangat, tetapi aku tahu, dalam hatinya tentu merasa kecewa. Dia sudah melakukan pengorbanan banyak bagi Hua’s Inter Company, kini dilepas begitu saja. Siapapun yang menjadi dia, tentu tidak akan merasa senang.

Tiba-tiba teringat perkataan Erika Fang, dia berkata Yulianto Hua akan menyesali keputusannya hari ini, juga berkata tiba saatnya nanti Yulianto akan membenciku, juga meninggalkanku.

Dalam hati aku bertanya pada diri sendiri, apakah Yulianto sungguh tidak akan menyesal? Bagaimana jika dia menyesal nantinya? Apakah keadaan masih bisa diselamatkan?

Aku membuka aplikasi pemeriksa pasar saham, mencari tahu nilai saham Hua’s Inter Company. Dalam sekejap terkejut, karena melihat pergerakan saham Hua’s Inter Company yang merosot!

Ini sangat wajar, setelah ketua mengundurkan diri, jatuhnya nilai saham secara besar-besaran sudah menjadi bayangan semua orang, tadinya aku mengira Yulianto sudah menyiapkan langkah-langkah yanga akan diambil setelah mengumumkan pengunduran, kini kelihatannya, mereka tidak berhasil mengatasi pengaruh besar yang dibawakan oleh perginya Yulianto.

Saat ini asisten masuk lagi, berkata: “CEO Yao, ada sekelompok wartawan di luar, menunggu untuk mewawancarai Anda, bagaimana ini?”

Pergerakan para wartawan sungguh cepat, bisa-bisanya menyerbu ke tempatku!

“Katakan aku tidak ada, saat ini aku belum bisa menemui wartawan.”

“Tetapi para wartawan sudah memotret mobil Anda di parkiran.”

“Memangnya jika mobilku di parkiran, sudah pasti aku di kantor? Memangnya aku tidak bisa keluar dengan kendaraan lain?” Kataku dengan kesal.

“Tetapi mereka sudah mengepung kantor perusahaan kita, jika Anda tetap tidak keluar, takutnya….”

Aku berdiri dari tempat duduk, menyingkapkan gorden jendela perlahan, terlihat puluhan laki-laki dan perempuan di bawah! Yang ditakutkan tidak semuanya dari mereka berprofesi sebagai wartawan, ada sebagian yang bahkan tidak membawa kamera, hanya memegang handphone pribadi.

Kemungkinan sebagian dari mereka datang untuk meramaikan, hanya untuk mencari sensasi, membagikan ke media sosial.

Aku segera menelepon Yulianto, dia malah mengangkat dengan cepat: “Nyonya Hua?”

“Ada banyak wartawan mengepung perusahaanku, bagaimana ini?”

“Terima saja wawancara itu, kamu juga bukan tidak pantas hadir di depan publik kok. Kamu cukup perjelas keadaan, aku bukan dipaksa mengundurkan diri, melainkan memang sungguh akan melanjutkan studi di Amerika, keluarlah dan bicara di depan semuanya, mungkin saja akan membuahkan hasil yang lebih baik. Anggap saja kamu membantuku. Nilai saham sudah semakin jatuh, harus segera diselamatkan.” Kata Yulianto Hua dari ujung telepon.

Aku menghela nafas, berkata: “Baiklah kalau begitu.”

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu