Nikah Tanpa Cinta - Bab 151 Dibuat Gila

Yulianto tidak banyak berkata.

Dia tidak berkata, bukan karena setuju dengan jawaban dari Julian.

Malah sebaliknya, dia tidak mengakuinya, hanya kerena sopan saja, makanya dia tidak langsung menolaknya.

"Aku juga pernah tinggal beberapa waktu dirumah itu." Yulianto berkata dengan pelan.

Julian tidaklah kaget, dia hanya menjawab, "Benarkah, kalau begitu lumayan baik."

"Aku tinggal disana dua tahun, itu adalah sebuah pengalaman yang sulit dilupakan." tambah Yulianto.

"Lumayan lama." Balas Julian.

"Sebenarnya aku ingin tahu siapa sebenarnya pemilik rumah ini? Ditempat mewah ini, rumah itu terus dipertahankan terus, itu butuh kemampuan yang hebat."

"Julian tersenyum, "Orang hebat dikota Y sangatlah banyak."

ini jelas tidak ingin memberitahu siapa pemilik rumahnya, Yulianto tentu saja mengerti maksud Julian, dia juga tidak mempertanyakan lagi.

Mereka berdua mengobrol sebentar lagi, Julian lalu melihat jam tangannya dan mengatakan bahwa dia harus kembali ke hotel, besok paginya dia harus kembali ke kota Y.

Yulianto menyetujuinya, "Baiklah, kalau begitu lain kali baru minum lagi saja."

Setelah itu, aku dan dia mengantarkan Julian keluar dari pintu dan naik kemobil kak Alfred, dan membiarkannya mengantarkan Julian pualng ke hotel.

Setelah Julian pergi, Yulianto masuk kedalam rumah, dan terus saja duduk disofa, dia tidak mengatakan apapun, entah apa yang sedang dipikirkannya.

Aku berencana untuk naik tangga, dia tiba-tiba mengangkat kepala dan berkata kepadaku, "Julian berbohong, dia mengatur kamu tinggal disana pasti ada maksud tertentu."

Aku benar-benar salut, setelah dia berpikir beberapa waktu, ternyata dia memikirkan hal ini.

Aku juga tidak berdebat dengannya, aku tersenyum dan naik keatas.

Pagi hari keesokan harinya, setelah menyadari bahwa Yulianto ternyata tidak berada dirumah, Kak Yulie memberitahuku bahwa Yulianto kemarin keluar dan tidak pulang semalaman.

Aku langsung marah ketika mendengarkannya, sudah minum sebanyak itu, masih keluar tengah malam, apakah dia pergi mencari Crystal? jika tidak mengapa bisa tidak pulang semalaman?

Semakin dipikirkan, hatinya semakin merasa cemburu.

Aku menelepon Yulianto, ternyata teleponnya nonaktif, rasanya semakin terbukti pemikiranku, aku juga semakin marah.

Namun marah tetap marah, hal yang harus dilakukan tetaplah harus dilakukan.

Setelah mengganti pakaian dan bersiap kerja, teleponku berbunyi, itu adalah telepon dari kantor Yulianto.

Aku menjawabnya, itu adalah suara Yulianto, "Hpku sudah tidak ada baterai, nanti ketika datang kerja, sekalian bawa bungkusan dokumen dimeja kerjaku."

Aku masih lagi marah saat ini, aku tidak ingin mempedulikannya.

Aku berkata, "Aku bukanlah asisten pribadimu, jika mau mengambil dokumen suruh saja orang untuk mengambilnya, aku tidak bertanggung jawab akan hal ini."

Yulianto juga marah mendengar ini, "Kamu gila lagi? Suruh kamu mengambil dokumen saja juga tidak boleh? Sekalipun kamu bukanlah asisten aku, kamu juga masih adalah bawahan aku, aku menyuruhmu melakukan sesuatu, kamu tetap harus melakukannya!"

Aku juga marah, "Kamu kemarin malam-malam keluar dan tidak pulang, kamu masih ingin aku mengambilkan dokumen untukmu, jangan bermimpi, aku tidak mau."

"Kamu kira kemarin aku keluar untuk apa?" Yulianto seolah mengerti mengapa aku mau melawannya.

"Pergi mencari sayangmu, untuk apa pamer? Tidak tahu malu!" Aku memakinya.

Suara lain dari telepon sana tiba-tiba diam, dia ternyata tidak membantahnya, sungguh aneh.

"Kamu pagi-pagi menuangkan cuka cemburu untukmu? Sungguh besar ketagihan kecemburuanmu, jika tidak mengapa kamu bisa tahu aku pergi mencari orang kemarin?"kata Yulianto dengan santai.

"Karena kamu jelek, kamu tidak tahu malu!" Kata aku.

"Iya, aku pergi mencarinya, kenapa, kamu terus cemburu saja."

Aku marah dan langsung mematikan telepon, aku ingin sekali dia berada dihadapanku dan menamparnya, namun itu juga pemikiranku saja, jika dia benar-benar berada dihadapanku, sepertinya aku juga tidak berani.

Terakhir aku tetaplah membawa dokumennya ke kantor, bagaimanapun juga itu adalah masalah kerja, masalah pribadi tidak boleh menggangu masalah kerja

Setelah datang ke kantor Yulianto, aku meletakkan dokumen dengan kencang dihadapan mejanya dan langsung pergi.

"Berhenti." Kata Yulianto.

Aku berpura-pura tidak mendengarkannya, Yulianto langsung kemari dan menarikku, "Aku suruh kamu berhenti."

Tenaganya sangatalah besar, aku tidak bisa mengelak darinya, aku hanya bisa melototinya.

"Untuk apa kamu bertampang seolah punya dendam besar seperti ini, bukankah kemarin baik-baik saja? Kamu gila apa lagi?"

Aku menghempaskan nafas, tidak peduli.

"Oh, iya, aku lupa lagi, kamu sedang marah dan sedang cemburu."

"Lalu apa yang kamu lakukan?" Yulianto menatapi wajahku yang marah.

Aku malas mempedulikan mereka.

"Kemarin malam, aku awalnya juga ingin tidur, namun aku mendapatkan sebuah telepon, lalu aku keluar." Kata Yulianto.

"Aku tidak mau dengar!"

"Aku tahu kamu tidak mau dengar, jadi barulah aku mau bilang, jika kamu mau dengar, aku malah tidak mau bilang." Kata Yulianto.

Sebenarnya aku ingin dengar, aku mau tahu siapa yang tidak tahu malunya memanggilnya malam-malam keluar.

"Teleponnya dari kak Alfred, dia mengantarkan Julian kembali ke hotel, namun tertabrak, menurutmu apakah aku harus pergi lihat atau tidak?"

Aku langsung tegang, "Ada apa dengan kakak kedua?"

"Kakak kedua? Memanggil begitu mesra dihadapanku, tidak takut aku cemburu?" Yulianto menyipitkan matanya.

"Cemburu apaan? Cepat bialng, ada apa dengan Julian?"

"Kedepannya sebaiknya jangan panggil kakak kedua dihadapanku lagi." Kata Yulianto.

"Kamu cepat bilang masalah serius, apakah lukanya serius atau tidak? Untuk apa mengatakan yang tidak berguna itu."

"Aku juga mengatakan hal serius." Orang ini melihat aku terburu-buru, dia malah tidak panik lagi.

"Yulianto, kamu cepat bilang, apa yang sebenarnya terjadi dengan Julian? Dia diserang diShanghai, jika terjadi apa-apa, bagaimana caranya kita memberi jawaban untuk Klan Tsu di kota Y?"

"Jika aku diserang, apakah kamu akan begitu tegang juga? Atau tidak sama sekali?" Tanya Yulianto kepadaku.

Aku benar-benar akan gila dibuatnya, aku sampai hampir menangis, dia masih sedang basa-basi seperti ini.

"Kamu tidak mau bilang, aku langsung telepon kak Alfred saja."

Namun dia tidak membiarkanku menelepon, dia mengambil hpku, "Jawab pertanyaanku."

Aku dibuat marah olehnya, "Aku tidak tegang, jika kamu diserang, aku sama sekali tidak tegang, sudah cukup?"

Tatapannya sedikit terlihat marah, dan sedikit terlihat kecewa, dia ternyata bisa kecewa? Dia diserang dan aku tidak tegang dan dia kecewa?

Dia lalu melepaskan tanganku, dan kembali ketempat duduknya dengan marah, dia mengambil dokuemn dan menepuknya dengan kencang di meja.

Lihat dia marah seperti seorang anak kecil saja, aku benar-benar kaget, perkataan seperti begini saja bisa membuatnya marah? Kedepannya jika ingin membuatnya marah sungguh mudah sekali.

Tuan Muda kEempat kapan menjadi begitu lemah?

Telepon Alfred terhubung, dari Alfred diketahui bahwa waktu itu diserang, namun Alfred membawa bawahan, dia ada persiapan, dan memukul lari orang-orang itu, Julian tidak ada masalah.

Barulah aku lega, namun sekali dipikir-pikir, memang aku bodoh.

Jika Julian terjadi apa-apa, kalau begitu Yulianto pasti akan langsung memberitahuku, dia sengaja menunda-nunda adalah membuatku panik.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu