Nikah Tanpa Cinta - Bab 345 Orang Yang Tidak Penting

Aku memberitahu Ivana Hua, kalau sebenarnya itu bukanlah aku.

"Mana mungkin? Ini jelas-jelas adalah kamu. Meskipun dulu lebih muda, tapi mata ini tidak berbeda, tidak mungkin bukan kamu. Bukan hanya aku yang berkata seperti ini, bahkan kalau kamu tanya seribu orang, seribu orang itu juga akan bilang itu adalah kamu."

"Orang ini bukanlah aku. Ini adalah Feline."

"Siapa Feline? Ada cerita apa di dalam ini?" Ivana Hua juga menjadi tertarik.

Sebenarnya aku tidak bermaksud apapun dengan mengatakan ini pada Ivana Hua. Masalah ini terus tersembunyi di hatiku. Terlalu banyak pertanyaan, aku ingin bicarakan dengan seseorang.

"Aku juga ingin tahu ada cerita apa di dalam ini. Sayangnya sampai sekarang aku tidak mengertinya." aku menggelengkan kepala dan menghela napas, "Feline adalah adik dari Julian yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Aku lumayan dekat dengan Julian karena aku mirip dengan Feline. Jadi ini kelihatannya, hanya sebuah kebetulan saja."

Ivana Hua melihat ulang foto itu, "Ini kamu kok. Apakah mungkin kamu adalah adik kembar Feline, jadi wajah kalian sama persis?"

Sebenarnya aku juga sudah memiliki pemikiran yang sama, tapi kemudian aku menolaknya sendiri. Karena anggota Keluarga Tsu tidak pernah bilang Feline mempunyai adik kembar. Jadi semua hal itu hanya aku saja yang berpikir terlalu banyak.

"Tidak. Aku dan Feline hanya terlihat sama saja. Masalah lain sama sekali tidak ada yang sama."

Ivana Hua melambaikan tangan, "Aku tidak percaya. Di dunia ini mana ada masalah yang begitu kebetulan. Kalau tidak ada hubungan darah, tidak mungkin ada orang yang begitu mirip. Kamu seharusnya juga tidak percaya bukan. Kalau tidak kamu juga tidak akan berkata seperti ini padaku."

Aku menganggukan kepala, "Iya. Masalah ini memang membuatku merasa sangat bingung. Aku juga tidak menemukan orang yang bisa diajak bicara, jadi baru berdiskusi dengan kakak."

"Aku bersikeras memutuskan ada sesuatu dalam ini. Lebih baik kamu memeriksanya. Aku tidak percaya di dunia ini tiba-tiba ada dua orang yang wajahnya sangat mirip. Ini tidak masuk akal, aku tidak percaya."

"Baiklah. Karena Kakak Ivana juga berpikir seperti ini. Maka artinya ini bukan imajinasiku saja. Aku mengira hanya berpikir terlalu banyak saja. Yuk, kita minum lagi."

Mereka berdua lanjut minum, sambil minum sambil mengobrol, tanpa terasa sudah minum dua botol bir. Saat Ivana Hua bersiap memesan botol ketiga, ponselnya berbunyi. Telepon dari Yulianto Hua. Bertanya apakah dia mabuk, apakah perlu menjemputnya?

Ivana Hua membuka loudspeaker dan berkata yang kamu perhatikan buka aku bukan? Kamu mau jemput aku atau Ivory?

Yulianto Hua seharusnya tidak tahu Ivana Hua buka loudspeaker, dan nada bicaranya sangat sombong, "Wanita itu mana bisa dibandingkan dengan kakak? Kamu adalah kakakku, siapa dia? Aku tentu datang untuk menjemputmu."

Dari nada bicaranya itu, aku tahu kalau dia masih kesal karena aku tidak membiarkannya masuk, bahkan bisa dibilang dendam.

Ivana Hua tertawa, "Benarkah? Kalau seperti itu, dia benar-benar tidak penting sedikitpun?"

"Tidak penting! Kakak bukannya tidak tahu aku. Aku, Yulianto Hua, wanita apa yang tidak bisa aku dapatkan? Tapi kakakku hanya ada satu. Di dunia ini, hanya kakak yang paling penting. Orang lain, semuanya tidak layak diungkit."

Ivana Hua tertawa dengan semakin senang, "Tidak penting. Kalau begitu masalahnya juga tidak kukatakan lagi. Yang jelas juga tidak penting."

"Dia ada masalah apa?" Yulianto Hua segera bertanya.

"Seorang wanita yang tidak penting, untuk apa dikatakan. Tidak bicarakan dia lagi, kamu jemput aku pulang saja." Ivana Hua sengaja berkata seperti itu, lalu mengerjapkan mata ke arahku.

Meskipun aku tahu perkataan Yulianto Hua setengah benar setengah salah, tapi aku sedikit marah mendengar itu. Bisa-bisanya bilang aku tidak penting! Yulianto Hua, kamu kira siapa kamu? Kalau aku tidak penting, kamu yang lebih tidak penting!

"Sebenarnya bagaimana dengan wanita itu? Kakak cepat katakan." nada bicara Yulianto Hua sedikit panik.

"Tidak penting, tidak penting. Tidak usah bicarakan dia, kamu cepat jemput aku saja."

Ivana Hua benar-benar sangat profesional dalam hal mengejai adiknya. Yulianto Hua semakin panik, dia semakin merasa biasa.

"Sebenarnya ada apa dengannya? Cepat katakan. Apa kamu mau membuatku mati sangking paniknya?" Yulianto Hua benar-benar panik.

"Kenapa kamu panik? Bukankah kamu bilang wanita itu tidak penting?" ivana Hua terus mengerjai.

"Meskipun tidak penting, tapi bagaimanapun dia adalah manusia. Selain itu juga pernah menjadi istriku. Wanita bodoh itu, ada masalah apa yang bisa dia tangani sendiri. Aku harus menjaganya, kalau terjadi sesuatu padanya, aku juga akan malu bukan."

"Oh, kalau kamu mengkhawatirkan keselamatannya, maka kamu tidak usah khawatir lagi. Dia hanya pergi dengan seorang pria saja, tidak akan kenapa-napa..."

"Apa? Dia pergi dengan seorang pria? Dengan pria seperti apa? Pergi kemana?"

Belum selesai berkata, Yulianto Hua sudah meledak di sana. Mulai bertanya dengan meledak-ledak.

"Pria itu adalah temannya. Pasti tidak ada masalah apapun. Kalau begitu kamu tidak perlu khawatir lagi. Orang yang tidak penting, untuk apa kamu mengkhawatirkannya."

"Temannya? Bagaimana bentuknya? Sebenarnya mereka pergi kemana? Kakak cepat katakan."

"Ada apa denganmu. Sudah dibilang dia pergi dengan seorang pria. Kenapa masih bertanya lagi? Dia adalah orang dewasa, sangat wajar memesan kamar di hotel. Kenapa kamu panik? Sebenarnya apa yang kamu lakukan dengan begitu peduli pada urusan orang lain?" Ivana Hua tidak hentinya mengerjapkan mata padaku dan berusaha menahan tawa.

"Hotel mana yang kamu bilang? Cepat katakan. Kalau lebih malam lagi, tidak akan keburu. Cepat katakan, kakak. Aku mohon." Yulianto Hua benar-benar panik, "Brengsek mana yang membawanya pergi? Aku mau membunuhnya!"

"Yulianto, tenanglah sedikit. Orang yang tidak penting, kenapa kamu begitu panik?" Ivana Hua benar-benar sangat nakal. Masih terus mengerjai Yulianto Hua. Itu adalah adiknya. Kalau aku adalah dia, aku saja tidak bisa melakukannya.

"Aku tidak bisa membiarkan dia pergi dengan pria lain. Kakak cepat katakan. Dia pergi ke hotel mana? Cepat katakan!" Yulianto Hua sepertinya sudah akan gila.

"Oh, dia kembali lagi. Ivory, kenapa kamu kembali lagi?" kata Ivana Hua.

Aku segera bekerja sama, "Kunci mobilku tertinggal di sini, aku kembali untuk mengambilnya."

"Kak, cepat hentikan dia. Jangan biarkan dia pergi. Aku segera ke sana! Kak, kamu harus halangi dia!"

Setelah Yulianto Hua selesai bicara, dia pun menutup sambungan.

Ivana Hua tertawa terbahak-bahak. Melihat aku tidak tersenyum, dia tersentak, "Kamu tidak tertawa? Apa kamu tidak merasa seru?"

Aku tersenyum paksa, "Kak Ivana, kamu benar-benar sangat nakal. Berbohong seperti aslinya saja. Sangat mengerikan. Kedepannya aku jadi takut padamu."

Ivana Hua melambaikan tangan, "Cik, kamu tidak mengerti. Mereka para pria itu sama saja. Lebih mementingkan ego mereka sendiri. Kita harus melatih mereka ke bentuk asli, jangan membuat mereka sombong. Coba kamu lihat, sebenarnya Yulianto sangat menyukaimu. Dia benar-benar panik setengah mati, hanya tidak mau mengakuinya saja."

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu