Nikah Tanpa Cinta - Bab 201 Masuk akal

“Apa yang kamu senyumkan?” Tanyaku kepada Yulianto Hua, “Apakah kamu tahu, orang seperti kamu kalau tersenyum akan membuat orang merasa membahayakan.”

“Jadi aku tidak boleh tersenyum?” Dengan cepat Yulianto Hua memudarkan senyumnya.

“Bukannya tidak boleh tersenyum, tapi karena kamu biasanya jarang senyum, jadi membuat orang merasa aneh ketika kamu tiba-tiba senyum.”

“Jadi kamu suka jenis orang yang selalu senyum bodoh walaupun tidak ada apa-apa?” Yulianto Hua menatapku dengan meremehkan.

“Bukan begitu juga, ini susah dijelaskan.”

“Aku ingin tahu, apakah sikap bibi Feng terakhir karena kamu?” Tanya Yulianto Hua tiba-tiba.

“Kenapa kamu berpikir seperti itu?” Aku balik bertanya.

“Dia tidak bersuara terus, aku sudah merasa aneh. Kemudian kamu dan dia sama-sama sedang melihat ponsel, kalian juga berkomunikasi lewat mata, seharusnya kamu sedang mengobrol dengan dia di ponsel, tapi bagaimana kamu membujuknya untuk mendukung aku, itu yang tidak aku mengerti.”

Aku menjawab dengan tertawa juga, “Kalau tidak mengerti jangan dipikirkan lagi. Normal saja ada komunikasi antara dua wanita, justru kamu yang seorang pria kenapa memerhatikan wanita?”

“Aku bukannya memperhatikan wanita. Aku hanya tidak mengerti, kamu memberikan janji apa kepada bibi Feng agar dia mendukung kamu?”

Tentu saja aku tidak boleh memberitahunya soal waktu itu aku memaksa Erika Feng menulis bahan, karena tentang aku memaksa Erika Feng menemaniku menghadapi Crystal Lin tidak boleh sampai diketahui Yulianto Hua.

“Sudahlah, tidak membicarakan ini lagi, lebih baik pikirkan nanti saat menghadapi wartawan bicaranya bagaimana.” Aku mengalihkan topik.

“Hanya soal kecil, tidak perlu gugup. Sebenarnya para wartawan ini tidak peduli dengan kenyataan, yang mereka pedulikan adalah bagaimana caranya membuat berita menjadi heboh, agar perusahaan tempat mereka bekerja menjadi pusat perhatian orang. Asalkan bisa memahami satu hal ini, maka gampang sekali untuk menghadapi mereka.”

Sambil bicara, mereka sudah keluar dari lift, Yulianto Hua mengisyaratkan aku untuk merangkul lengannya, kemudian berjalan keluar bersama.

Di depan pintu gedung sana sudah dipenuhi oleh wartawan, kalau bukan karena ada petugas keamanan yang menghadang, mungkin mereka sudah menyerbu masuk.

Aku muncul di hadapan wartawan dengan merangkul lengan Yulianto Hua, para wartawan tersebut langsung tidak berhenti memotret dan ingin menyerbu masuk.

Air muka Yulianto Hua berubah, serta melambaikan tangan mengisyaratkan mereka untuk tidak maju. Dia berwibawa sekali, para wartawan itu benar-benar menghentikan langkah mereka.

“Semuanya jangan berebut, istriku akan memberitahukan apa yang ingin kalian ketahui. Aku ada urusan lain, jadi harus pergi dulu.”

Yulianto Hua melihat aku sekilas, mengisyaratkan aku untuk melepaskan lengannya. Aku agak kebingungan, aku mengira dia yang akan menghadapi para wartawan ini, tidak disangka dia malah membuang aku di hadapan wartawan dan kabur sendiri?

Ini sama sekali berbeda dengan yang aku pikir, apa yang dia lakukan?

Alfred Jiang sudah datang menghampiri, dengan wajah garang ia membuka jalan di kerumunan wartawan, lalu membawa Yulianto Hua pergi.

Wartawan-wartawan ini tahu julukan buruk dari Yulianto Hua, tidak ada yang berani menghadangnya, orang-orang yang beraninya hanya kepada orang lemah ini langsung mengerumuni aku di tengah.

Aku kesalnya sampai ingin mengumpat leluhur Yulianto Hua, tapi tidak ada waktu untuk mengumpat lagi, sekarang aku harus menghadapi wartawan, aku hanya bisa dengan tersenyum membiarkan mereka memotret aku sesuka hati, sedangkan dalam hatiku tidak berhenti berpikir harus bagaimana.

“Nona Yao, Tuan Hua bilang kamu akan menjelaskan semuanya, bagaimana anda merancang rencana penculikan putri Winsen Chen?” Seorang wartawan wanita bertanya dengan pedas.

Air mukaku langsung dingin, “Kalau kamu adalah hakim, cara kamu seperti ini disebut deduksi bersalah. Kamu secara subjektif sudah menganggap aku bersalah, lalu apa lagi yang bisa kukatakan? Kamu hanya seorang wartawan, tanpa mempedulikan kenyataan dan langsung tanya bagaimana aku merancang penculikan, ini kamu sedang memfitnah aku, pengacaraku akan menghubungi perusahaan kamu.”

Para wartawan menjadi agak diam, aku juga tidak bersuara, membiarkan mereka memotret sesukanya.

Setelah kira-kira memotretnya sudah cukup, mereka pun hening.

Kalau dibiarkan begitu, mereka juga tidak akan mendapat bahan berita yang bermakna.

Dalam hatiku sudah berpikir harus bagaimana menjelaskannya, juga tahu tidak bisa mengundur lagi, hari ini kalau para wartawan ini tidak mendapat berita apa pun, mereka tidak akan melepaskan aku.

“Ada beberapa hal yang ingin aku jelaskan mengenai masalah ini, pertama, aku tidak tahu apa-apa tentang penculikan putri Direktur Chen. Hari itu ketika dia menemui aku juga tidak mengungkit masalah ini, aku juga tahunya dari televisi. Aku sudah bekerja sama dengan pihak polisi untuk penyelidikan, sejauh ini pihak polisi tidak punya bukti bahwa masalah ini ada kaitannya dengan aku, mengenai satu hal ini jika kalian tidak percaya, boleh bertanya ke pihak kepolisian. Jadi aku berharap ketika memberitakan masalah ini, jangan secara subjektif menganggap aku bersalah, jangan langsung tiba-tiba memakai teori muslihat tanpa dasar.

Karena ada kritikan aku terhadap salah satu wartawan tadi, tidak ada seorang pun yang berani berbicara setelah aku menjelaskan, semuanya sedang menunggu kelanjutanku, aku mengusap rambut di keningku dan melanjutkan.

“Kedua, kami membeli saham direktur Chen dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar, intinya kami tidak merugikan Direktur Chen, melainkan membiarkan dia mendapat untung. Sehingga kami tidak perlu melakukan hal ini dengan cara yang melanggar hukum. Kalau kami benar-benar melakukannya, kami bisa membuat Direktur Chen menjual sahamnya dengan harga yang paling rendah, untuk apa membelinya dengan harga tinggi?”

“Terakhir yang terpenting adalah soal pembelian Lanhai Technology, ini merupakan penanaman saham pribadi dari aku dan Yulianto Hua, tidak ada hubungannya sedikit pun dengan Hua’s Inter Company. Berharap semuanya jangan mengaitkan hal ini dengan Hua’s Inter Company, lebih tidak lagi menggunakan masalah ini untuk memberitakan Hua’s Inter Company yang tidak-tidak. Kenyataan pasti akan terbongkar suatu hari nanti, di saat belum ada kesimpulan, berharap semuanya bisa memberitakan masalah ini dengan objektif, jangan sembarangan menulis. Tiga hal ini yang ingin aku sampaikan.”

“Nona Yao, sebelumnya hubungan kamu dengan Yulianto Hua kurang baik, sekarang sudah kelihatan mesra, apakah ini sengaja diperlihatkan ke kita?” Tanya seorang wartawan wanita.

Aku tersenyum, “Terima kasih perhatian dari semuanya, hubungan aku dan Yulianto Hua selalu baik, tidak pernah ada perselisihan atau apa pun itu. Semua tebakan di luar sana itu tidak berdasar apa-apa. Apa yang dikatakan dari aku dan Yulianto Hua baru merupakan kenyataan, terima kasih atas perhatiannya kepada kami suami istri, kami pasti akan berusaha bersama sampai selamanya.”

Aku percaya Crystal Lin dan Felicia Chen pasti akan mendengar apa yang kukatakan tadi, aku memang mengatakannya untuk didengar oleh mereka.

Setelah menjawab beberapa pertanyaan untuk memenuhi nafsu gosip mereka, barulah mereka membiarkan aku pergi.

Sekembalinya ke Shanghai Telecom, dari jauh sudah melihat ada wartawan juga di depan pintu sana.

Aku tidak masuk ke dalam, melainkan keliling satu putaran dan pulang ke Maple Garden.

Menghadapi wartawan adalah sesuatu yang melelahkan, harus mengatur ekspresi, juga memperhatikan pemilihan kata, tidak berhati-hati sedikit saja sudah dijadikan berita oleh mereka, jadi cukup sampaikan apa yang perlu disampaikan, tidak perlu menemui wartawan berulang kali.

Sesampainya dirumah, aku melempar sepatu hak tinggiku, dan berbaring istirahat di sofa.

Kukeluarkan ponsel untuk melihat berita, video wawancaraku sudah keluar, bukannya terlalu narsis, tapi aku tampak lumayan bagus di kamera, namun di kolom komentar lebih banyak memusatkan perhatian ke Yulianto Hua, aku adalah orang yang menjawab wawancara, tapi malah menjadi daun hijau yang mendampingi bunga.

Tidak salah apa yang dikatakan Yulianto Hua, yang diperhatikan kebanyakan orang hanyalah gosip, bukan kenyataan dari sebuah masalah.

Berbagai komentar tersebut berasal dari anak muda, bahkan merupakan wanita muda yang memuji ketampanan Yulianto Hua, kemudian tanda seru yang panjang di belakang, mereka sama sekali tidak peduli dengan apa yang aku katakan.

Tentunya juga ada yang mengumpat, bilang aku mengeyel, bilang aku pelacur tapi masih ingin tampak suci.

Aku juga sudah punya persiapan hati diumpat, ini memang normal sekali, aku tidak naik darah.

Saat ini Yulianto Hua menelepon, “Bagus sekali penampilannya, sudah kuduga kamu pasti bisa. Dan kamu juga kelihatan cantik, sangat cocok masuk kamera. Aku merasa kamu boleh masuk ke dunia hiburan.”

“Yulianto Hua, kamu seorang pria, malah membuang aku ke wartawan, sekarang masih bicara seperti ini di sini, masih merasa enak hati?”

Ucapan Yulianto Hua seolah sedang menahan tawa, “Aku memberi kamu kesempatan untuk masuk kamera, malah dibilang mencampakkan kamu? Kamu adalah nyonya muda keluarga Hua, adalah wanita aku, Yulianto Hua, pasti akan ada saatnya harus berhadapan dengan wartawan, banyak memberi kamu kesempatan untuk berlatih, masih tidak terima? Kalau aku ada di sana, menurutmu apakah kharismamu bisa melampaui aku? Apakah menurut kamu wartawan akan memperhatikan kamu? Justru di saat aku tidak ada, barulah kamu bisa menjadi pusat perhatian.”

Ucapan ini seolah sedang mengelak, tapi sepertinya juga masuk akal.

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu