Nikah Tanpa Cinta - Bab 291 Apa Yang Kamu Lakukan?

Pelan-pelan waktu berlalu dalam keheningan. Langit sudah gelap semua.

Tapi orang yang berkumpul di Venture Park semakin banyak, informasi disebarkan dari satu orang ke sepuluh orang, sepuluh orang ke seratus orang, dengan cepat sudah ramai di internet. Banyak orang dari berbagi tempat di kota datang ke sini untuk menonton.

Mengikuti keramaian dan menonton adalah hal yang paling disukai masyarakat, tidak peduli ada yang bunuh diri dengan meloncat dari gedung tinggi, atau ada yang meloncat ke sungai, pasti pada nonton beramai-ramai, di tempat yang semakin ramai, orangnya pun semakin banyak, ditambah lagi orang-orang yang menonton dalam suasana hati yang bergejolak.

Saat ini aku mendengar sorakan dari luar, suaranya keras sekali, suara yang dikeluarkan dari banyak orang.

Aku tidak bisa menahan diri untuk membuka gorden sedikit untuk melihat, lampu yang dipasang diluar sudah menyala semua, tidak peduli itu lampion besar atau lampu warna-warni, semuanya menyala. Di lampu situ juga mulai menunjukkan tulisan selamat ulang tahun.

Hiasan yang tadinya memang sudah gemerlapan, kemudian ditambah dengan bunga segar, Venture Park pun menjadi tempat pameran lampu dan bunga yang keindahannya tiada banding.

Dan di tengah Venture Park, tidak tahu sejak kapan ada dipasang sebuah layar sementara di sana, tulisan ‘Selamat Ulang Tahun Ivory Yao’ muncul dari layar tersebut.

Kemudian muncul pula satu per satu foto, dari aku yang kecil sampai dewasa. Foto tersebut diedit berubah dari foto paling awal sampai yang sekarang, ada aku yang montok di usia lima enam tahun, aku yang lucu dan manis di usia tujuh delapan tahun, terus berlanjut sampai aku yang setelah dewasa.

Aku tidak tahu apakah aku yang dulu kecil memang seperti itu, rupa aku saat kecil yang dibuat dari hasil efek dan editan komputer tentunya tidak nyata. Tapi di mataku, ini benar-benar mengharukan. Karena masa kecil adalah sesuatu yang kurang di diriku, aku sama sekali tidak punya ingatan, aku tidak tahu datang dari mana, lahir dari mana, bertumbuh besar dari mana.

Aku menyadari air mataku tidak berhentinya mengalir, segera kuambil tisu untuk mengelap.

Saat ini ponselku berdering, akhirnya berdering. Benar, telepon dari Yulianto Hua.

Segera aku mengangkat telepon, dia tertawa di balik telepon sana, “Menunggu telepon aku dari tadi bukan?”

“Apa yang kamu lakukan? Tidak merasa kekanak-kanakan sekali?” Kataku dengan gusar.

“Tidak kekanak-kanakan sama sekali, hanya ingin merayakan ulang tahun kamu, tidak senang? Tidak sedikit uang yang aku habiskan untuk ini.” Ujar Yulianto Hua.

“Aku tidak perlu kamu melakukan ini semua, ulang tahun aku tidak penting, kamu juga tidak perlu mengatur acara yang demikian besar, aku tidak suka.”

Yulianto Hua menghela nafas, “Sudah kuduga kamu akan berbicara seperti ini, tapi aku tetap ingin melakukannya, coba kamu keluar, aku tunggu kamu di depan pintu.”

“Kalau mau buat keributan, kamu sendiri saja, aku tidak mau keluar.” Kataku masih dengan gusar.”

“Sekarang sudah ribut seperti ini, kamu tidak punya pilihan lain, kalau masih tidak keluar juga, orang-orang di luar mungkin akan mendobrak kantormu, dengarkan aku, keluarlah dengan patuh.”

“Kamu ini selalu suka mengancam orang, tapi aku tetap tidak terancam sama kamu. Aku tetap tidak keluar, aku malah mau melihat, siapa yang berani mendobrak kantorku, siapa pun yang berani, aku langsung lapor polisi.”

Suara Yulianto Hua terdengar bangga, “Ini tidak bisa kamu pilih sendiri. Keluar dan terima doa dari kita semua saja. Begitu banyak orang menunggu tokoh utama hari ini menampakkan diri, kalau pun kamu tidak keluar, besok juga pasti jadi pencarian terpopuler di internet. Mau sembunyi bagaimana pun juga tidak bisa, kalau kamu tidak keluar, orang-orang ini tidak akan menyerah, bisa jadi nanti sampai semalaman.”

Sebenarnya aku tahu dia pasti akan memaksa aku keluar, tidak peduli dengan cara apa pun, dia pasti bertekad memaksa aku keluar. Dia membuat keributan yang begitu besar, kalau tidak berhasil memaksa aku keluar, dia akan merasa bersalah dengan dirinya sendiri. Tapi aku tetap tidak terima, tidak mau mengalah. Aku bukannya tidak tahu diuntung, aku hanya tidak suka rasanya diatur sana sini. Kalau dia memberikan hal yang baik ke aku, aku tidak dapat memilih, kalau dia memberikan sesuatu yang buruk ke aku, aku juga tidak dapat memilih, seolah di depannya, aku hanya bisa memilih untuk menerima, aku tidak suka perasaan seperti ini.

Aku pun langsung mematikan telepon, kalau pun tidak bisa, aku akan tidur satu malam di kantor, aku tidak percaya aku tidak akan menang!

Tapi saat ini tiba-tiba mulai terdengar sebuah suara yang sangat keras, “Ivory Yao, keluar!”

Dari kaca jendela aku melihat, orang-orang yang menonton keramaian tersebut menyoraki beberapa kata secara kompak dengan dipimpin oleh seseorang. Aku tidak mengenal orang itu, tapi yang pasti merupakan orang suruhan Yulianto Hua.

Suara mereka semakin kencang, semakin banyak orang berkerumun, bisa dikatakan sudah akan memecahkan gendang telinga.

Saat ini orang di perusahaan mulai mengetuk pintu dan berkata, “CEO Yao, kalau kamu masih tidak keluar juga, sudah akan ada orang yang mau menerobos masuk. Nanti kalau keributannya semakin besar dan merusak fasilitas perusahaan, harus bagaimana melapor ke pusat?”

Aku menghela nafas panjang, menekan kegugupan dalam hati. Meskipun kemungkinan hal ini terjadi sangat kecil, tapi juga bukannya tidak mungkin sama sekali. Intinya hal ini tidak boleh semakin heboh lagi. Kalau misalnya terjadi sesuatu yang parah karena ulang tahunku, aku tidak mampu mempertanggungjawabkannya.

Aku bilang, “Iya, kalau begitu kalian temani aku keluar, kalian harus melindungi aku keluar dari sini dengan aman.”

Mereka pun seketika bersorak dan bilang, “Akhirnya kita bisa menonton sampai selesai dan pulang kantor!

Aku keluar dari gedung kantor dengan dikepung oleh teman kerja, kemudian terdengar sorakan ramai. Rasanya seperti saat-saat dimana artis yang naik ke panggung konser.

Rasa ini sangat aneh, karena aku tidak pernah mengalaminya. Aku hanyalah orang biasa, aku tidak terbiasa dengan rasa menjadi pusat perhatian dan dinanti-nantikan orang.

Saat ini lampu di lingkaran dalam mati sebagian, seketika penerangan di sini menjadi gelap banyak. Dan tiba-tiba seberkas cahaya muncul dari gedung seberang menerangi diriku, membuat aku agak pusing, aku berjalan maju, cahaya itu mengikuti aku terus. Lalu terdengar suara tepuk tangan dan sorakan yang tidak berhenti.

Aku tidak tahu apa yang mereka riuhkan? Aku hanya keluar dengan memakai seragam kantor, tidak dengan pakaian mewah, apa yang perlu diriuhkan?”

Kemudian cahaya lampu padam semua! Menjadi gelap gulita di sekeliling. Aku masih tidak menyangka, lampu yang dipasang ini bahkan bisa dikontrol, sungguh tidak tahu bagaimana melakukannya.

Cahaya lilin muncul di kegelapan, ada yang mendorong kue ulang tahun besar menuju ke aku. Satu per satu orang yang berkerumun di samping memberikan jalan.

Dia semakin mendekat, berjas putih, tampang sempurna yang bagaikan hasil pahat. Terkesan semakin memikat di bawah cahaya lilin.

Ketampanan Yulianto Hua menimbulkan jeritan dari para fans di tempat, jeritan ini bukan untukku, pasti untuk dia, karena yang menjerit adalah wanita. Ada yang mulai tidak bisa menahan diri mengeluarkan ponsel untuk memotretnya.

Tapi Yulianto Hua mengangkat satu tangan mengisyaratkan semuanya untuk diam. Orang-orang itu sangat patuh, semuanya menurunkan tangan yang memegang ponsel.

Akhirnya dia sampai ke hadapanku sambil mendorong kue ulang tahun, yang membuat aku gembira adalah dia bahkan memakai sarung tangan putih. Ini membuat dia terasa seperti pelayan pria di restoran bintang lima.

“Selamat ulang tahun.” Ujarnya dengan suara berat.

Tentu saja aku tidak akan mempermalukan dia di depan banyak orang, dengan suara kecil aku mengucapkan terima kasih.

Kemudian Yulianto Hua menghadap ke kerumunan orang, kedua tangannya menurun, naik dan turun tiga kali, lalu diangkat lagi dengan semangat.

Kekompakan dari mereka semua benar-benar mengejutkan, seketika ratusan sampai ribuan orang mulai menyanyi bersama : “Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun......”

Ini adalah ucapan selamat ulang tahun paling banyak yang pernah aku terima, meskipun aku tidak tahu apakah hari ini adalah hari ulang tahunku. Tapi ucapan sudah aku terima.

Aku ingin menangis lagi.

Usai menyanyikan lagu selamat ulang tahun, layar besar menyala, seorang anak kecil tampan muncul di layar dengan berpakaian jas yang bermodel sama dengan Yulianto Hua, tangannya memegang sekuntum besar bunga, “Ibu, aku Melvin, selamat ulang tahun.”

Setelah itu, sekali lagi ia mengucapkannya dengan lancar dalam bahasa inggris.

Ketika suara tepukan terdengar lagi, air mataku akhirnya tidak tahan untuk mengalir keluar.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu