Nikah Tanpa Cinta - Bab 343 Lalu Apa Maksudnya

Aku memikirkan maksud Aulex Tsu ini. Ingin berbuat baik kepadaku, lalu mengarahkanku untuk mengkhianati kakak kedua.

Dimatanya, orang seperti aku ini, tidak peduli mendekati kakak kedua atau ayah angkat, hanya untuk mendapatkan keuntungan saja. Selama dia memberikanku banyak keuntungan, maka aku akan berpihak padanya.

Dia melihatku seperti ini, aku juga tidak apa-apa. Semakin dia merendahkanku, semakin tidak akan serius menghadapiku. Dianggap remeh oleh lawan, sebenarnya adalah sebuah hal yang beruntung.

"Aku tidak terlalu mengerti maksud CEO Tsu." aku merespon dengan datar.

"Julian adalah adikku. Kamu juga tahu, sejak dulu yang diangkat menjadi penerus adalah anak tertua. Aku adalah anak sulung, juga mempunyai banyak pengalaman mengatur perusahaan. Pemimpin Nanhe Corporation berikutnya, pasti adalah aku. Kalau kamu berseda kerja sama denganku, pasti masa depanmu akan sangat lancar. Kamu adalah orang yang pintar, seharusnya mengerti maksudku."

Aku tersenyum, "Direktur sangat sehat, tidak ada masalah juga bekerja selama belasan tahun lagi. CEO Tsu mulai ingin menjadi penerus dari sekarang, rasanya tidak terlalu baik kali? Apakah CEO Tsu sudah tidak sabar lagi?"

Aulex Tsu dikalahkan oleh perkataanku dan matanya sedikit panik, "Bukan ini maksudku, aku hanya..."

"Kalau CEO Tsu bukan bermaksud seperti ini, lalu apa maksudnya?" aku segera bertanya kembali.

"Aku hanya bilang untuk kedepannya..."

"Masalah kedepannya, CEO Tsu mulai merencanakan dari sekarang, bukankah terlalu tidak sabar?" aku lanjut melawan.

"Ivory, tolong jaga kata-katamu! Aku tidak bermaksud sepertimu! Kalau kamu seperti ini lagi, jangan salahkan aku bersikap tidak sungkan." Aulex Tsu sedikit malu dan menjadi marah.

Aku melihat dia marah, juga tidak bersiap berdebat lagi dengannya, hanya tertawa lalu diam saja.

Aulex Tsu menyerahkan kartu undangan kepadaku, "Kamu tunggu aku di sini. Aku memarkirkan mobil dulu."

Aku turun dari mobil, kira-kira menunggu di sana selama 20 menit. Dia tidak kembali-kembali juga. Aku langsung mengerti. Dia membuangku sendirian di luar, dan masuk sendiri ke dalam.

Aku awalnya juga tidak tertarik pada hal-hal seperti ini, berpikir ingin pergi saja. Tapi setelah berpikir lagi, kalau aku pulang begini saja, bukankah akan membuat Aulex Tsu senang? Mengira begitu dia tidak mengaturku, aku langsung berubah penakut?

Aku mengatur perasaanku, masuk ke dalam, memberikan kartu undangan. Setelah melewati pemeriksaan keamanan, aku datang ke hall utama. Di sana ada banyak tempat duduk. Aku terkejut melihat di barisan depan tempat duduk ada nama Ivory Yao.

Untung saja aku masuk, kalau tidak tempat duduk itu kosong dan mengecewakan niat baik direktur. Dalam acara yang begitu penting, pasti ditukar dengan banyak hal untuk menyediakan satu tempat duduk di kursi bintang tamu.

Aku duduk di tempat dudukku itu. Aulex Tsu yang ada di sampingku sedikit canggung. Dia bilang setelah memarkirkan mobil, dia lupa aku masih ada di luar, jadi masuk duluan.

Aku bilang tidak apa-apa, aku tahu CEO Tsu pasti melupakanku. Aku adalah orang yang mudah dilupakan, sudah terbiasa.

Di saat pembawa acara mengenalkan bintang tamu, sengaja memperkenalkan dengan perwakilan dari Nanhe Corporation, Tuan Aulex Tsu dan Nona Ivory Yao.

Dikenalkan seperti itu, saat istirahat, ada banyak orang yang inisiatif mengobrol dan bertukar kartu nama denganku. Aku memang mengenal banyak orang ternama. Mungkin sudah mencapai tujuan direktur menyuruhku hadir di sini.

Agak malaman, aku pergi ke pusat perusahaan dan mengurus beberapa pekerjaan. Nadine Jiang malah menelponku dan menyuruhku malam malam lagi di sana.

Kali ini aku menolak dengan tegas, tidak ingin makan bersama mereka lagi. Proses itu bukan seperti makan, melainkan dipenjara.

Setelah mengurus selesai semua masalah, aku menelpon Julian Tsu, memberitahunya masalah sudah hampir selesai, aku mau pulang ke Kota Y, mengurus sesuatu. Dia bilang kalau begitu hati-hati ya.

Jalanan sedikit macet. Saat sampai di stasiun kereta api, tinggal beberapa menit sebelum kereta berangkat, tapi untung saja bisa naik kereta dengan lancar. Kemudian mengeluarkan ponsel, mengirim pesan kepada Ivana Hua, memberitahunya saat aku sampai, mengajaknya minum bir bersama. Besok adalah akhir pekan, hari ini kebetulan minum segelas, beberapa waktu ini terus depresi, ingin minum bir dan menyantaikan diri sebentar.

Ivana Hua sangat senang terhadap aku yang inisiatif mengajaknya minum bir dan bilang akan menjemputku di stasiun, lalu pergi ke pantai bersama.

Kota Y sampai Shanghai awalnya memang tidak jauh. Aku baru tidur sebentar dan kereta api sudah sampai tujuan.

Setelah keluar, aku melihat sekeliling, tidak melihat Ivana Hua dan melihat Yulianto Hua yang tinggi besar berada di tengah kerumunan orang.

Dia juga secara bersamaan melihat ke arahku dan berjalan ke arahku. Mengulurkan tangan untuk membawa koperku.

Aku tidak bicara, hanya mengikutinya dengan senang ke arah parkiran mobil. Tiba-tiba aku ragu aku mengajak Ivana Hua ketemuan, apakah dalam hatiku juga berharap Ivana Hua memberitahu Yulianto Hua kalau aku ingin pulang?

Setelah meletakkan koper, aku naik ke mobil. Yulianto Hua dengan terbiasa memiringkan tubuh dan mengikatkan sabuk pengaman padaku. Tapi kali ini aku bukan mencium aroma parfum yang familiar, melainkan sebuah wangi kecil, dan langsung membuatku merasa tidak nyaman.

"Kamu bolak-balik dua tempat seperti ini, sangat melelahkan bukan?" Yulianto Hua bertanya dengan perhatian.

Aku memikirkan wangi parfum di tubuhnya dan merasa sangat tidak senang dalam hati. Malam meladeninya.

Dia merasakan keanehanku dan menoleh menatapku, "Apa benar-benar sangat lelah? Atau bertemu masalah tidak senang lain? Sedih?"

Aku mendengus, tidak mempedulikan dia.

"Kenapa lagi? Kalau terlalu lelah, tidak usah pergi bermain, istirahat di rumah saja ya?"

"Aku lelah atau tidak apa hubungannya denganmu!" aku menaikkan nada bicaraku tanpa sadar dan teriak ke arah Yulianto Hua.

Dia terkejut diteriaki olehku, "Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa begitu tidak masuk akal? Teriak padaku tanpa alasan apapun?"

"Aku memang tidak masuk akal! Lalu kenapa?" aku berpikir tubuhnya mempunyai aroma yang tidak biasa dan hati terasa seperti terbakar, kembali menaikkan suara lagi.

"Kamu berbuat tidak masuk akal... aku tentu juga memilih memaafkanmu."

Yulianto Hua yang langsung mengalah, membuat amarahku hilang setengah. Aku ini selalu berhati lembut. Selama orang lain mengalah, maka aku juga tidak bisa marah lagi.

"Aku tidak mau pengampunan darimu." aku mencoba berkata dengan kejam lagi.

"Lalu apa maumu? Coba kamu katakan. Tidak peduli apa maumu, aku akan mencoba bekerja sama." Yulianto Hua hari ini bersikap sangat baik. Sifat baiknya benar-benar membuatku sangat tidak terbiasa. Kepatuhan yang tiba-tiba datang, apakah ini masih Yulianto Hua?

"Sebelum kamu menjemputku, kamu pergi kemana?" aku tidak bisa menahan diri dan bertanya.

"Apa?" Yulianto Hua sedikit tidak mengerti maksudku dan menatapku dengan bingung.

"Jawab pertanyaanku. Sebelum kamu datang ke sini, kamu pergi kemana?" aku bertanya sambil menatapnya.

"Aku terus lembur, lalu kakak memberitahuku kamu akan pulang, ingin menjemputmu. Aku melihat jam dan datang ke sini. Kemudian aku menunggu selama setengah jam di sini. Beberapa waktu ini aku terus bermain ponsel di mobil, tidak pergi kemana-mana. Ada apa? Sebenarnya ada apa?"

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu