Nikah Tanpa Cinta - Bab 88 Dalam satu malam

Yulianto Hua tampak mengejek, "Benar sekali. Ada beberapa orang yang bodohnya tak ketulungan."

"Ayah, ibu, jangan lupa untuk berpartisipasi dalam acara ini." Inilah yang Melvin khawatirkan.

"Pasti datang." jawabku.

Yulianto Hua melihati Melvin, "Apakah kamu masih ingat kata-kata dari kalimat itu?"

"Lelaki sejati akan pegang omongannya!" Melvin berkata dengan keras.

"Itu benar, jadi kamu tidak perlu selalu menekankannya. Sudah, kemasi tas sekolahmu dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah." Kata Yulianto Hua.

"Oke." Melvin merespons dengan patuh.

Yulianto Hua menghabiskan kopi paginya dan bangkit berdiri, "Ambilkan tasku."

Ketika kak Yulie mau bergerak, Yulianto Hua menunjukku, "Biarkan dia yang mengambilnya, supaya gerak dan sadar diri."

Aku ingin bilang bahwa aku sudah sadar dari alkoholnya dari sejak lama, tetapi setelah aku pikir-pikir yasudahlah lupakan saja. Sekarang dia memiliki informasi yang bisa dia gunakan terhadapku, jadi kalau bisa aku tahan maka akan aku tahan.

Aku mengambil tasnya dan menyerahkannya kepadanya, namun dia tidak mengambilnya, "Setir mobil, aku hari ini akan berangkat ke kantor bersamamu."

Aku hanya bisa pergi ke mobil dan menunggunya untuk duduk, kemudian aku berkata dengan nada negosiasi, "Bagaimana kalau kamu saja yang menyetir? Ada banyak lalu lintas di pagi hari, ditambah lagi kamu juga berada di mobil, membuatku gugup."

Dia tidak menghiraukanku, menundukkan kepala dan melihat berita di ponselnya.

Setelah beberapa saat, dia berkata dari belakang, "Omong-omong, kamu tidak salah mengenali orang yang mengantarmu ke hotel kan?"

Aku sedikit ragu-ragu. Pada saat itu, aku berusaha keras untuk mengingatnya, tetapi situasinya benar-benar buruk pada saat itu. Sebenarnya aku benar-benar tidak yakin antara salah mengenalinya atau tidak.

"Tidak apa-apa jika kamu tidak ingat, aku bisa mencari tahu. Ketika kamu datang ke kantor hari ini, kamu harus berpura-pura tenang, seakan-akan tidak ada yang terjadi. Hal semacam ini tidak peduli bagaimana dikatakannya, itu disebabkan oleh kebodohanmu sendiri. Ini bukan merupakan hal yang dapat dibanggakan, jadi jangan membicarakannya kepada siapa pun." Yulianto Hua berkata lagi.

"Aku tahu, aku tidak akan mengatakannya. Jangan khawatir, aku memang terlalu lengah mengenai perihal kemarin, dan aku tidak akan pernah membuat kesalahan yang sangat rendah seperti ini lagi."

"Aku tetap akan mengatakan ini, kamu harus jaga jarak dengan orang yang bernama Rick Chen."

"Aku kemarin sama dia benar-benar hanya berpapasan saja, kita biasanya tidak saling menghubungi satu sama lain."

“Kalau begitu apakah dia pernah memohonmu untuk melakukan sesuatu?” Yulianto Hua bertanya padaku.

Aku tiba-tiba teringat Rick Chen memintaku membawakan obat untuk Ivana Hua, tetapi Rick Chen tidak memperbolehkanku untuk membicarakan soal hal ini, jadi aku ragu-ragu antara mau memberitahukannya kepada Yulianto Hua atau tidak.

Jika aku mengatakannya, dia pasti bakal marah. Sudahlah, lebih baik aku tidak mengatakannya.

"Tidak." Kataku dengan merasa sedikit bersalah.

"Tidak peduli seberapa ramahnya tingkah laku Rick Chen di depanmu, kamu tidak boleh menghiraukannya, apalagi membantunya melakukan hal apapun itu, terutama kalau ada hubungannya dengan kakak perempuanku, tidak boleh membantunya."

Ketika dia mengatakan ini, aku menjadi sedikit gugup.

Satu-satunya hal yang pernah aku lakukan untuk membantu Rick Chen itu berhubungan dengan Ivana Hua, jadi apakah aku telah melakukan kesalahan besar? Aku tidak membahayakan Ivana Hua kan?

“Kenapa begitu?” Tanyaku pelan.

"Tidak kenapa-kenapa, Rick Chen ini merupakan orang yang sangat berbahaya. Jangan dekat dengannya, kamu tidak bisa mengalahkannya. Jauhi dia."

"Oke," jawabku dengan enggan.

Aku benar-benar tidak tahu ada kebencian apa diantara mereka, tetapi sejauh ini, Rick Chen di hadapanku adalah orang yang baik hati.

Menyutujuinya untuk membantunya memberikan obat kepada Ivana Hua, itu juga merupakan sesuatu yang sudah aku pertimbangan sangat lama, selain itu aku juga menyutujuinya setelah melihatnya meminum obat tersebut secara langsung dengan mata kepalaku sendiri.

Aku mengira tidak ada yang salah dengan perihal ini, tetapi sekarang Yulianto Hua menekankannya seperti itu, membuatku jadi benar-benar bingung.

“Mengapa kamu tidak berbicara, kamu tidak benar-benar melakukan sesuatu untuk membantu Rick Chen, kan?” Yulianto Hua merasa ada sesuatu yang salah denganku.

"Tidak." Aku dengan cepat menyangkal.

Kemudian dia juga tidak berbicara lagi sampai tiba di kantor.

Yulianto Hua memiliki lift yang khusus untuk eksekutif, ketika menunggu lift, semua karyawan yang menunggu lift di sebelahnya melihat ke arah sini, lalu aku melihat karyawan-karyawan wanita itu dengan seksama, pandangan mata mereka ketika melihat Yulianto Hua seperti sedang melihat idola.

Yulianto Hua sepertinya sudah terbiasa dilihat seperti ini oleh orang-orang, dia menjaga wajahnya tetap dingin seperti biasanya, tanpa melihat kesamping.

Saat memasuki lift, dia dengan lembut merangkul pinggangku.

“Irene Zeng mengatakan bahwa hampir semua karyawan wanita di perusahaan ini menyukaimu,” kataku, dengan mencoba untuk menyelidiki.

“Omong kosong.” Yulianto Hua membalas dengan dua kata.

"Tapi aku rasa itu benar. Mereka jelas sangat menyukaimu. Pandangan mereka ketika memandangmu sangat berbeda."

"Memangnya pandangan mereka ketika melihatku seperti apa? Kenapa kamu pikir mereka menyukaiku?" Yulianto Hua bertanya balik.

Sulit untukku mengatakannya, aku masih ragu-ragu dalam kata-kata itu, Yulianto Hua berkata lagi, "Kalau aku lihat pandangan matamu, kamu memang benar-benar sangat menyukaiku."

Wajahku panas, dan aku tidak tahu harus menjawab apa. Pada saat ini pintu lift telah terbuka.

Yulianto Hua berada di depan dan aku di belakang, berjalan keluar dari lift satu satu. Asisten Yulianto Hua dengan cepat menyambutnya dan mulai membaca jadwal hariannya.

"Sepuluh menit dari sekarang, kita akan mengadakan rapat terlebih dahulu, dan semua jabatan manajer departemen keatas akan pergi ke ruang konferensi untuk rapat sementara." Yulianto Hua sembari berbicara sembari berjalan menuju kantor direktur.

Aku mengikutinya masuk, Yulianto Hua menoleh dan melihatku, "Mengapa kamu ikut masuk? Sepuluh menit lagi akan rapat, kamu tidak bersiap-siap?"

Aku kebingungan dan berkata, "Aku juga harus ikut rapat?"

"Jangan omong kosong! Kamu adalah direktur dari bagian penjualan, masih bertanya ikut rapat atau tidak? Semua dari tingkat jabatan manajer keatas ikut rapat, tidakkah kamu mengerti?" Yulianto Hua berkata dengan marah.

"Oh, kalau begitu bilang yang jelas."

"Aku masih tidak cukup jelas kah? Keluar!" Kata Yulianto Hua.

Aku diam-diam keluar dari kantor Direktur.

Dalam hati aku berpikir, hari-hariku mulai dari sekarang kemungkinan akan semakin sulit, di rumah di atur-atur olehnya, di kantor pun juga masih harus di atur-atur olehnya. Bagaimana ini bisa baik?

Karena aku tidak tahu isi dari rapat Yulianto Hua, jadi aku juga tidak tahu apa yang harus aku persiapkan. Selain itu, waktu untuk persiapan juga hanya ada beberapa menit saja jadi sebenarnya memang tidak bisa menyiapkan apa-apa.

Pada menit ke delapan, aku tiba di ruang rapat dan langsung terkejut.

Hanya dalam beberapa menit, semua bos perusahaan, besar dan kecil, sudah duduk di ruang rapat, duduk dengan tegak dan rapih, seolah-olah seperti pergi ke pengadilan.

Melihat efisiensi ini, itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan hanya dalam latihan satu malam.

Kemampuan melaksanakannya yang sehebat ini, benar-benar mewujudkan gaya kekuasaan hukum dibawah Yulianto Hua.

Pada saat itu, aku benar-benar sangat mengagumi Yulianto Hua.

Karena aku pernah mengalami rapat yang gagal, sehingga aku tahu sebetapa pentingnya untuk sudah duduk rapih dalam beberapa menit semacam ini.

Yulianto Hua juga dengan tepat waktu muncul di ruang rapat, tanpa berpidato dan juga tidak duduk.

Tanpa banyak omong kosong, hanya dua kata: "Rapat dimulai."

Kemudian selanjutnya merupakan suara hening, kalau mengatakan bahwa suara jarum jatuh pun bisa terdengar nampaknya agak berlebihan, tetapi benar-benar tidak ada orang yang mengeluarkan suara keras, dan bahkan suara pernapasan saja sepertinya dengan sengaja diperhalus.

"Ivory Yao telah menjadi direktur penjualan perusahaan sejak kemarin. Untuk menunjukkan sambutan terhadapnya dalam bergabung dengan perusahaan, tugas penjualan perusahaan akan meningkat sebesar 20% berdasarkan rencana awal untuk bulan depan. Saya percaya direktur Yao akan memimpin semua orang untuk menyelesaikan tugas ini bersama-sama." Selesai berbicara, Yulianto Hua mulai tepuk tangan.

Semuanya memberikan tepuk tangan yang meriah.

Dia bilang ini menyambutku? Ini jelas-jelas sedang menjebakku. Aku baru saja datang untuk pertama kalinya, mengapa aku harus meningkatkan tugas penjualan?

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu